Gas Beracun Diduga dari PT SOL Masih Dibiarkan, Warga Minta Anggota Dewan Jangan Pura-pura Buta
Anggota DPRD Tapanuli Utara diminta jangan pura-pura buta terkait kasus gas beracun yang diduga dari PT Sarulla Operation Limited (SOL)
Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Array A Argus
Gas Beracun Diduga dari PT SOL Masih Dibiarkan, Warga Minta Anggota Dewan Jangan Pura-pura Buta
TARUTUNG,TRIBUN-Kasus gas beracun yang bersumber dari pembangkit listrik gas bumi, yang dikelola PT Sarulla Operation Limited (SOL) masih berlanjut.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, maupun DPRD Tapanuli Utara seolah bungkam.
Sejumlah anggota dewan yang dipercaya masyarakat justru pura-pura buta dan tuli.
• Terkena Semburan Uap Panas Satu Pekerja PT Sarulla Operation Limited Meninggal Dunia
"Kami minta tolong pada anggota dewan untuk bersuara.
Kami mohon agar aktivitas PT SOL ini dihentikan," ungkap Donfri Sihombing, saat berorasi di depan gedung DPRD Taput, Senin (16/3/2020).
Ia mengatakan, akibat gas beracun itu, sawah di Desa Banuaji I, II dan IV rusak parah.
Bahkan, sejumlah petani saat ini menganggur.
Sebab, sawah mereka tidak bisa lagi dikelola, karena beberapa diantaranya sudah dipasangi garis polisi.

"Gas beracun ini sangat membahayakan bagi kami. Kalau terus dibiarkan, kami khawatir akan timbul korban jiwa lainnya," ungkap Donfri.
Saat melakukan aksi, Donfri dan warga membawa sejumlah poster berisikan kecaman.
Mereka berharap agar aktivitas PT SOL dihentikan.
Kemudian, pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memberikan informasi mengenai kondisi sebenarnya tentang gas beracun ini.
"Tolong lah kami ini. Jangan biarkan desa kami teracuni," ungkap Donfri.
• Kesal dengan Suara Dentuman, Warga Jarah Kantor Hyundai di Proyek Sarulla
Saat menggelar aksi, masyarakat dikawal ketat petugas kepolisian.
Sayangnya, setelah berpeluh keringat menyampaikan pendapat, tak satupun anggota dewan yang menanggapi aksi warga.
Terpisah, Bupati Taput, Nikson Nababan beralasan sudah mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo.
Ia juga sudah memerintahkan dinas terkait untuk turun ke lokasi melakukan pemeriksaan, terhadap gas yang menyebur dari sawah masyatakat.
"Minggu lalu sudah datang tenaga ahli dari Kementerian ESDM untuk memeriksa itu.
Mudah-mudahan pekan ini hasil kajian mereka bisa kami dapat," kata Nikson.
• Ledakan Proyek PLTP Sarulla Buat Warga Panik
Sementara itu, PT SOL yang sebelumnya sempat tidak mengaku bahwa gas beracun tersebut berasal dari pembangkit listrik mereka akhirnya mengakui ada kebocoran.
Namun, kebocoran itu diklaim bukan karena kelalaian perusahaan, melainkan karena fenomena alam yang mengeluarkan sejenis karbon dioksida, sehingga uap tersebut menyebar dan terhirup seorang warga.
"Fenomena fumarol atau keluarnya uap air dan gas (seperti karbon dioksida, belerang dioksida, asam klorida, dan hidrogen sulfida) ke permukaan merupakan salah satu bentuk jenis-jenis manifestasi alam di dalam sesar besar Sumatera yang memiliki tektonik aktif," kata Kepala Teknik Panas Bumi (KTPB) PT SOL, Donny Tambunan lewat siaran persnya, Senin.
Ia mengatakan, lokasi kebocoran gas itu memang berada di Desa Banuaji, sekitar 10 kilometer ke arah Barat Laut di atas hulu dari lokasi produksi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla.
• SK Gubernur Terkait PLTPB Sarulla Kembali Dipertanyakan
"Lokasinya cukup jauh dari wilayah operasional PLTP Sarulla, dan Desa Banuaji juga tidak terkategori sebagai desa terdampak dalam AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) milik SOL.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi di Desa Banuaji tidak terkait dengan kegiatan operasional SOL," katanya.
Soal demo yang dilakukan warga, Donny mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemkab Taput dan Polres Taput.
Terkait gas beracun ini, Tribun Medan sempat menyambangi lokasi beberapa waktu lalu.
Dari amatan di lokasi, sawah milik warga di Desa Banuaji menyemburkan gelembung udara dengan diameter berbeda.
Ada yang berdiameter keliling 30 sentimeter, ada juga lubang yang mengeluarkan suara berisik akibat hembusan udara dari dalam tanah.
• Geothermal Sarulla Beroperasi 2012
Udara yang keluar dari dalam tanah ini bercampur aroma belerang, namun tidak panas.
Diduga, gara-gara ini pula seorang warga bernama Sabungan Sinaga (67) di Desa Banuaji IV meninggal dunia pada 16 Mei 2019 lalu, lantaran diduga menghirup gas asam sulfit atau H2S yang keluar dari pematang sawah.
Kepala Bidang Pencemaran dan Perlindungan pada Dinas Lingkungan Hidup Sumut, Fauzi Tarigan mengatakan, hasil uji laboratorium mengenai dugaan kebocoron gas dari PT SOL sudah selesai dikerjakan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Namun, tidak ada kejelasan lebih lanjut seperti apa hasilnya. Sebab, Fauzi berdalih bahwa hasil uji lab itu langsung diserahkan pada PT SOL.
• Mess Karyawan PT SOL Dilalap Api, Kebakaran Terjadi saat Penghuninya Tidur
"Untuk hasil uji telah diserahkan kepada PT Sarulla dan DLH Kabupaten Taput," kata Fauzi, Senin (16/3/2020).
Ia beralasan, DLH Sumut tidak ada menerima salinan atau lampiran mengenai hasil uji lab dimaksud.
Sebab, yang punya wewenang atas persoalan ini adalah DLH Taput.
Disinggung lebih lanjut mengenai hal ini, Fauzi malah mengatakan jika DLH Taput merasa tidak mampu menuntaskan masalah ini, sebaiknya serahkan pada DLH Sumut.
"Kalau mereka (DLH Taput) tidak sanggup, kami akan turun," ungkap Fauzi.
Sementara itu, anggota DPRD Taput, Parsaoran Siahaan berjanji akan mengusulkan investigasi ulang terkait kasus kebocoran gas ini.
Ia mengatakan, usulan itu akan disampaikan pada pimpinan dewan dalam waktu dekat.(wen)