Derita Warga Miskin di Serdang Bedagai, Usman Bertahan di Rumahnya Yang Beratap Plastik

Bagian kayu-kayu balok yang menjadi tulang rumah juga sudah berlapukan karena banyak dimakan rayap.

Penulis: Indra Gunawan | Editor: Salomo Tarigan
TRI BUN MEDAN/Indra Gunawan
Usman beserta anak dan istrinya berada di dalam rumah Kamis, (14/5/2020). 

TRI BUN-MEDAN.com- Kondisi ekonomi yang serba kekurangan membuat Usman alias Wak Oong (50) dan istrinya Atik (45) harus rela menetap di rumah gubuk tua mereka yang sudah lapuk di Dusun II Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Di rumah itu kini mereka tinggal bersama dua anak mereka Jaka (11) dan Surni (9) yang masing duduk di bangku Sekolah Dasar.

Jika malam hari kedinginan, pada saat siang hari mereka pun selalu merasa kepanasan.

Dinding rumah yang sebagian besar terbuat dari tepas bambu sudah tampak berbolongan.

Pada bagian depan kayu pun dijagakkan untuk menahan beban tepas yang memang sudah mau tumbang.

Sementara itu bagian kayu-kayu balok yang menjadi tulang rumah juga sudah berlapukan karena banyak dimakan rayap.

Usman dan keluarganya tinggal di rumah yang kondisinya tak layak huni
Usman dan keluarganya tinggal di rumah yang kondisinya lapuk, tak layak huni (TRI BUN MEDAN/Indra Gunawan)

Kondisi yang lebih memprihatinkan terlihat di bagian atas rumah. Atap daun rumbia yang sudah tua bukan lagi sekedar terlihat bocor namun sudah tampak berbolongan.

Saking banyaknya Usman pun sudah tidak mampu untuk menanganinya.

Maklum semakin banyak disentuh atap rumahnya itu pun akan semakin besar ukuran bolongnya.

Untuk bagian yang paling besar bolongnya, Usman pun mensiasati nya dengan menempelkan plastik sebagai penggantinya.

Walaupun disaat hujan air tetap masuk namun Usman mengaku plastik bisa lebih membuatnya nyaman.

Karena saat ini sedang musim hujan, tong plastik pun sudah terlihat stanbay di bagian lantai rumah. Lantai semen di ruang tamunya pun sudah tampak berpecahan karena begitu sering dimasuki air hujan.

" Ya begini lah rumah saya. Bisa makan saja sudah Alhamdulillah ya bagaimana mau betuli rumah. Kerjaan saya mocok-mocok di kampung ini. Apa yang disuruh orang saya kerjain lah. Disuruh orang mencangkul ya saya cangkul. Kadang cabut bibit padi juga. Selagi halal yang disuruh orang ya kita kerjain lah,"kata Usman Kamis, (14/5/2020).

Walaupun masih berusia 50 tahun namun fisik Usman tampak lebih tua dari usianya. Katanya, sudah sejak kecil dirinya hidup banting tulang. Ia mengaku bisa memiliki rumah karena ini merupakan rumah warisan orang tuanya yang juga sebelumnya diwarisi oleh neneknya. Saat ini rumahnya sendiri sudah atas nama dirinya sendiri.

" Kalau anak saya sebenarnya lima tapi dua sudah menikah dan ada yang lajang sedang merantau. Anak yang sudah berumah tangga pun ya bukannya orang senang kali,"kata Usman.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved