Pengakuan Perawat Merasa Takut Diterapkannya The New Normal, Semakin Jauh Akhir Cerita Virus Corona
Bahkan, skenario new normal ini berpotensi kasus covid-19 semakin meningkat di Indonesia. Sehingga berimbas pada tenaga medis.
Harif menyebutkan, hingga hari ini, praktis para perawat sudah hampir 3 bulan para perawat tak bisa pulang ke rumah karena menjalani tugas ini.
Ia tak meragukan dedikasi dan idealisme para perawat, namun ia menganggap wajar apabila para perawat merasa gamang.
"Sementara orang lain bisa pulang kampung, mudik, ketemu keluarga, sementara mereka semakin jauh harapannya untuk bisa kembali seperti semula," kata Harif.
Kegamangan itu makin terasa dengan potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 akibat new normal yang digaungkan pemerintah.
Pasalnya, menurut Harif, tak ada jaminan bahwa pelaksanaan new normal kelak akan berlangsung optimal, dengan protokol kesehatan diterapkan secara ketat di mana-mana.
Terlebih, bukan hanya new normal, pemerintah juga akan melakukan pengurangan PSBB, sesuatu yang diklaim oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy kemarin, berbeda dengan pelonggaran PSBB.
"Masalahnya, yang mau diimplementasikan oleh pemerintah adalah relaksasi PSBB. Kalau new normal-nya orang harus jaga jarak, ya bagus-bagus saja. Jangan seperti di bandara kemarin, itu bukan new normal namanya!" tegas Harif, merujuk insiden membeludaknya Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (14/5/2020) lalu tak lama setelah pemerintah mengizinkan beroperasinya transportasi umum.
"Mau mal buka, kantor buka, tapi protokol kesehatan harus tetap diterapkan, jarak antarorang 1 meter, banyak fasilitas cuci tangan, pakai masker. Tapi kalau kita lihat konteks hari ini, orang-orang kita disiplinnya sangat kurang, PSBB belum dilonggarkan saja sudah banyak pelanggaran, apalagi jika nanti dilonggarkan?" tambah dia.
Para perawat pun semakin pesimistis melihat akhir cerita pandemi ini di Indonesia.
Harapan bahwa mereka dapat segera bernapas lega, semakin hari semakin surut, apabila new normal betul-betul diterapkan tanpa protokol kesehatan yang ketat.
"Kira-kira begitu lah, ya (semakin jauh dari optimisme), walaupun teman-teman itu jarang mengeluarkan keluhan semacam itu karena memang sudah menjadi tugas harian," ujar Harif.
Syarat negara terapkan new normal versi WHO
Badan Kesehatan Dunia alias WHO merilis enam panduan bagi negara-negara yang ingin beralih ke fase new normal.
Keenamnya menitikberatkan pada tanggung jawab penuh pemerintah, bukan semata kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Pertama, negara tersebut harus memiliki bukti bahwa penularan Covid-19 dapat dikendalikan.
