Pengakuan Perawat Merasa Takut Diterapkannya The New Normal, Semakin Jauh Akhir Cerita Virus Corona
Bahkan, skenario new normal ini berpotensi kasus covid-19 semakin meningkat di Indonesia. Sehingga berimbas pada tenaga medis.
Kedua, kapasitas sistem layanan kesehatan termasuk rumah sakit dipastikan sanggup mendeteksi, mengisolasi, memeriksa.
Dan melacak serta mengarantina orang-orang yang kemungkinan berhubungan dengan pasien Covid-19.
Ketiga, risiko merebaknya wabah sanggup ditekan di lingkungan yang berisiko tinggi, seperti rumah-rumah para lansia hingga tempat-tempat berkerumun.
Keempat, sistem pencegahan di tempat-tempat kerja dapat diukur secara pasti, melalui physical distancing, ketersediaan fasilitas cuci tangan, dan etika batuk/bersin.
Kelima, risiko penularan kasus impor dapat ditangani.
Keenam, komunitas-komunitas/warga bisa “bersuara” (soal pandemi) dan dilibatkan dalam transisi menuju new normal.
Di samping itu, panduan tersebut sebetulnya ditujukan untuk negara-negara Eropa, karena beberapa negara di sana mulai menunjukkan tanda-tanda membaik berdasarkan kajian ilmiah, seperti Spanyol, Italia, Jerman, Perancis, dan Swiss.
Sementara itu, Indonesia masih bergelut dengan kenaikan kasus Covid-19 setiap hari dengan masalah minimnya pemeriksaan.
Sebagai perbandingan, di antara 5 negara dengan jumlah penduduk terbanyak sedunia, kemampuan tes Covid-19 Indonesia paling buruk.
Berdasarkan data aktual Worldometers per Senin (18/5/2020), India dan Pakistan memeriksa 1,6 orang per 1.000 penduduk; Brazil memeriksa 3,4 orang per 1.000 penduduk; dan Amerika memeriksa 33 orang per 1.000 penduduk.
Bagaimana dengan Indonesia?
Negara ini hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk.
Di region Asia Tenggara, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negeri jiran Malaysia yang memeriksa 13 orang per 1.000 penduduk dan Filipina yang memeriksa 2 orang per 1.000 penduduk.
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Kegamangan Tenaga Medis di Tengah Skenario The New Normal Indonesia
