3 Wanita Ini Diburu karena Ingin Menggulingkan Kepala Negara Otoriter yang Telah Berkuasa 26 Tahun

Seorang pemimpin negara sampai mengemis-ngemis untuk dapatkan senjata baru dari Rusia gara-gara ulah tiga orang wanita ini.

Editor: AbdiTumanggor
themoscowtimes.com
Maria Kolesnikova (kanan), Svetlana Tikhanovskaya (tengah), dan Veronika Tsepkalo (kiri baju merah) 

Ternyata Maria Kolesnikova ditangkap oleh otoritas keamanan Belarusia dari tengah jalan dan berusaha mendeportasinya ke Ukraina. 

Ia dianggap sebagai wanita yang membahayakan negara Belarusia

“Dia telah ditahan. Investigasi ini masih berlangsung,” ujar pernyataan Komite Investigasi Belarus, yang merupakan lembaga keamanan negara itu, seperti dilansir Euro News pada Rabu (16/9/2020).

Rusia yang sudah merupakan sekutu Belarusia, menuduh Amerika Serikat berusaha memicu revolusi di Belarus hingga mengalami protes massal sejak pemilu 9 Agustus 2020 lalu.

Hal itu bermula dipicu tuduhan kecurangan perolehan suara oleh kelompok oposisi terhadap petahana yang sudah berkuasa 26 tahun, Presiden Alexander Lukashenko.

Kepala Badan Intelijen Luar Negeri SVR, Rusia, Sergei Naryshkin, menuduh Amerika Serikat bekerja di belakang layar untuk menggulingkan Lukashenko lewat kudeta melalui oposisi.

Ini merupakan tuduhan terkuat dari Moskow Rusia terkait krisis tersebut. “Pada dasarnya kita berbicara tentang upaya terselubung yang buruk untuk mengatur revolusi lain dan kudeta anti-konstitusional, yang tujuannya tidak ada hubungannya dengan kepentingan warga Belarusia,“ kata Sergei.

Svetlana Tikhanovskaya

Belarus presidential election: Rising opposition star <a href='https://medan.tribunnews.com/tag/svetlana-tikhanovskaya' title='Svetlana Tikhanovskaya'>Svetlana Tikhanovskaya</a>  speaks to Euronews

Svetlana Tikhanovskaya. (euronews.com)

Tikhanovskaya, kandidat oposisi utama dalam pemilihan presiden yang disengketakan pada Agustus, meninggalkan negara itu beberapa hari kemudian setelah pasukan keamanan melakukan tindakan keras terhadap protes hasil pemilihan tersebut.

Tikhanovskaya, yang membela suaminya sebagai kandidat oposisi setelah dia dipenjara, sekarang berada di negara tetangga Lithuania bersama anak-anaknya.

Dia secara terbuka mempertanyakan hasil pemilihan, menuntut penghitungan ulang setelah Komisi Pemilihan Pusat mengumumkan bahwa dia hanya memenangkan 9,9 persen suara.

“Kami tidak mengakui hasil pemilu,” kata Tikhanovskaya.

"Kami telah melihat protokol yang nyata. Kami mendesak mereka yang percaya bahwa suara mereka dicuri untuk tidak tinggal diam," ujarnya.

Revolusi yang dilakukan Svetlana Tikhanovskaya, cs ini ternyata didukung oleh Uni Eropa

Salah satunya Pemimpin Demokrat Italia, Laura Boldrini telah menemui Svetlana Tikhanovskaya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved