Akomodasi dan Mamin Paling Berdampak, Alami Penurunan Pendapatan Terbesar
Hal ini berarti dampak Covid-19 sampai Juli terhadap usaha di Sumut masih relatif lebih bagus dibandingkan secara nasional.
Penulis: Septrina Ayu Simanjorang | Editor: Eti Wahyuni
TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Hasil survei secara nasional yang dilakukan pada pertengahan Juli terhadap dampak Covid-19, ada tiga sektor utama yang menyatakan mengalami penurunan pendapatan.
Perusahaan pada sektor akomodasi dan makanan minuman mengalami penurunan pendapatan terbesar yaitu 92,47 persen. Sektor lainnya adalah sektor jasa lainnya dan transportasi.
"Sedangkan usaha yang dampaknya rendah walaupun penurunan pendapatannya masih di atas 50 persen, yaitu real estate. Yakni sekitar 59,15 perusahaan mengalami penurunan pendapatan," kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Dr Ateng Hartono dalam Webinar Statik Ketenagakerjaan, Selasa (20/10/2020).
Sementara di Sumatera Utara, dari survei dampak Covid-19 yang dilakukan pada pertengahan bulan Juli 2020 dengan responden 1.240 pelaku usaha menyatakan bahwa sekitar 73 persen pelaku usaha di Sumut beroperasi normal.
Baca juga: Kementerian Perindustrian Optimistis Industri Pengolahan Tumbuh Hingga 5,5 Persen di 2021
Hal ini berarti dampak Covid-19 sampai Juli terhadap usaha di Sumut masih relatif lebih bagus dibandingkan secara nasional.
"Nah, apa yang dilakukan perusahaan itu? Sekitar 11,37 persen mengurangi karyawan, sekitar 12,26 persen perusahaan di Sumut melakukan pemberhentian sementara. Sampai saat ini masih ada 6,21 persen responden perusahaan berhenti beroperasi," katanya.
Dari survei serupa secara nasional, dalam menghadapi Covid-19, PHK sebagai langkah terakhir yang diambil perusahaan. Pengurangan jam kerja adalah langkah yang relatif banyak diambil oleh pengusaha yakni sekitar 32,66 persen. Sedangkan sekitar 3,69 persen yang merumahkan karyawan.
"Perusahaan yang melakukan perubahan jumlah pegawai di masa Covid-19 antara lain perusahaan memiliki mengurangi jumlah pegawai bekerja ada 35,56 persen. Sedangkan perusahaan memiliki tidak mengurangi menambahkan pekerja sekitar 62 persen. Sementara hanya sekitar 2 persen yang menambah pegawainya. Ini merupakan perusahaan yang relatif tidak begitu terdampak, biasanya di bidang komunikasi dan kesehatan," katanya.
Namun kata dia yang perlu diwaspadai adalah pelaku usaha yang melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja yang relatif lebih banyak adalah pada usaha menengah dan besar. Terutama pada industri pengolahan, konstruksi, serta akomodasi dan makanan minuman.
"Industri pengolahan bahkan menyatakan melakukan pengurangan pegawainya sekitar 52 persen mulai pertengahan Juli 2020. Dampak ini akan tercermin dalam survei tenaga kerja yang akan dilakukan BPS dan dirilis November ini," pungkasnya.
Dua Pendekatan
Mengatasi dampak Covid-19 dalam ketenagakerjaan ada dua pendekatan yang harusnya dilakukan pemerintah, yaitu dari sisi permintaan dan penawaran. Permintaan ini dalam hal mengembalikan industri agar kembali seperti sebelum adanya Covid-19 misalnya pada industri pengolahan, pariwisata, investasi, dan sektor lainnya.
Hal ini diungkapkan Direktur Ketenagakerjaan Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto dalam Webinar Statistik Ketenagakerjaan, Selasa (20/10/2020).
"Sementara dari sisi suplai, kita juga harus pikirkan agar tenaga kerja kita siap untuk masuk kembali ke pasar kerja. Selama menunggu proses pemulihan ekonomi, tenaga kerja kita harus mendapatkan tambahan pelatihan untuk menghadapi pola kerja yang pasti akan berbeda dengan sebelumnya," katanya.
Ia mengatakan, ke depan teknologi akan lebih banyak dimanfaatkan untuk berkoordinasi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini tercermin dari banyaknya koordinasi melalui virtual di tengah pandemi ini.
