Jejak Kesaktian Datu Parulas Parultop di Pulau Samosir

Bisa sebagai syarat permisi, yang biasa diistilahkan dengan "Napuran/Demban Tiar".

Napuran harus diisi sejumlah uang bilangan genap seikhlas hati. 

Perlahan, Frenki membuka pintu depan rumah Batak.

Satu persatu jendela juga dibuka, seisi ruangan Rumah Parsaktian Datu Parulas Parultop ditembus cahaya. Aroma khas kayu

Aura kesakralan melekat, meski terik matahari cukup panas rumah ini mampu memberi kesejukan.

Sebelum menjelaskan benda-benda pusaka baik kisah Datu Parulas Parultop dan hubungannya dengan Batu Guru, Frenki memimpin ritual kecil.

Selembar daun sirih, diselipkan di antara kedua tangannya yang bersembah. Doa-doa dipanjatkan.

Selepas itu, napuran tiar diletakkannya di samping cawan dan "gajut".

Gajut, semacam kantongan berbahan anyaman pandan untuk wadah sirih dan perlengkapan lainnya yang dipakai untuk ritual. 

Baca juga: Kasasi Zuraida Hanum Ditolak, Anak Sulung Hakim Jamaluddin Mengucap Syukur

Di atas sebelah kiri rumah, antara atap dan dinding diletakkan 2 benda pusaka penting peninggalan Datu Parulas Parultop.

Disimpan rapi dalam kotak, isinya Ultop dan piso si dua baba. 

"Ini isinya, senjata ampuh Oppung Datu Parulas Parultop. Ultop, senjata mematikan dan piso Sidua Baba juga,"ujar Frenky mengawali penjelasan. 

Memang, sebagian dari rumah ini pernah dipugar di akhir tahun 1900-an. Meski begitu, hanya beberapa saja yang diganti seperti atap.

Sedangkan tiang dan lantai kayu dengan ukuran yang lebar tetap terpasang rapi. 

Setelah dari klan Marga Nainggolan, Datu Parulas merupakan marga Lumban Raja pertama.