Adat Batak

Eksistensi Orang Batak di Toba, Mombang Boru Sipitu Sundut Jadi Pengingat Sejarah Masyarakat Adat

Masyarakat adat batak di Toba mengadakan upacara Mombang Boru Sipitu Sundut, yang merupakan bagian dari warisan budaya leluhur

Penulis: Alija Magribi | Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/ALIJA
Masyarakat dari Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita Sihaporas (Lamtoras) menyelenggarakan acara tradisi dan ritual bernama Mombang Boru Sipitu Sundut di dekat gerbang masuk-keluar Desa/Nagori Sihaporas. 

Ritual berlangsung satu hari, dan tanpa gondang.

Setelah manganjab, lanjut tradisi robujuma atau panjang bekerja ke ladang selama 3 hari, lanjut robu harangan (larangan bepergian ke hutan) selama 3 hari.

Kemudian, hari ke-7 diselenggarakan manangsang robu, yaitu membatalkan atau mengakhiri masa pantang, dengan mengadakan ritual doa di hutan.

Kelima - Ulaon Habonaran, doa kepada Debata Mulajadi Nabolon melalui Habonaran Ni Huta dan sampai pada Raja Sisimangaraja. 

Keenam, Pangulu Balang Parorot ialah doa kepada Debata Mulajadi Nabolon, melalui penjaga kampung dan sahala hadatuaon. 

Dan ketujuh - Manjuluk suatu ritual doa kepada Debata Mulajadi Nabolon memohon perlindungan ata keberhasilan tanaman, melalui ritual di gubuk atau ladang. Diselenggarakan sesaat sebelum memulai bercocok tanam.

Tujuh ragam tradisi Batak Toba ini dilakukan Martua Boni Raja atau Ompu Mamontang Laut Ambarita sejak awal tahun 1800-an.

Hingga saat ini, keturununannya, generasi ke-8 hingga 11 yang turun-temurun mendiami Desa/Nagori Sihaporas, Kecamatan Pamartang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, tetap melanjutkan tradisi Ompu Mamontang Laut Ambarita. 

Tentang Sihaporas

Desa/nagori Sihaporas, terletak di kawasan Danau Toba, berjarak kurang lebih 7 kilometer dari tepi danau, garis lurus dari Dolokmauli, dekat Sipolha. 

Sihaporas berjarak sekitar 6 kilometer dari Jalan Raya Lintas Sumatera, tepatnya dari Simpang Aek Nauli - Sihaporas, sekitar 9 kilometer sebelum Kota Parapat dari arah Pematang Siantar. 

Dahulu, desa Sihaporas masuk Kecamatan Siantar. Kemudian tahun 1980-an  pindah wilayah administrasi Kecamatan Sidamanik. Lalu setelah reformasi, terjadi pemekaran menjadi desa sendiri, Nagori/Desa Sihaporas dan masuk Kecamatan Pamatang Sidamanik.

Baca juga: Yuni Shara Trending di Twitter, Pakai Ulos Batak Dikira Pakaian Terbuka, Banjir Hujatan dan Dukungan

Nagori Sihaporas terdapat 5 kampung, yakni Lumban Ambarita Sihaporas, Sihaporas Bayu, Sihaporas Bolon dan Sihaporas Aek Batu serta Gunung Pariama.

Penduduk empat kampung yang terdapat nama Sihaporas umumnya adalah keturunan Martua Boni Raja Ambarita atau Ompu Mamontang Laut Ambarita yang  menyeberangi Danau Toba, sekitar tahun 1800-an. Keturunannya kini sudah 11 generasi berada di Sihaporas. Mereka melestarikan adat Batak Toba.

Tanah adat Sihaporas dijajah Belanda, awal tahun 1913 untuk ditanami pinus. Penjajah mencaplok tanah dari keturunan generasi kelima Ompu Mamontang Laut, antara lain Ompu Lemok Ambarita, dan Ompu Ni Handur Ambarita. 

Kemudian pada tahun 1916, penjajah Belanda menerbitkan peta enclave Sihaporas, dimana terpampang tiga nama areal yakni Sihaporas, Sihaporas Bolon dan Sihaporas Negeri Dolok.

Baca juga: Makna Singkap Rere dalam Budaya Batak Toba

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved