TRIBUNWIKI

Sejarah Stasiun Kereta Api Siantar, Bukti Majunya Industri Perkebunan Kolonial Belanda

Dengan suksesnya perkebunan yang dirintis Belanda di wilayah Sumatera Timur, khususnya wilayah Kota Pematangsiantar.

Penulis: Alija Magribi | Editor: Ayu Prasandi
Alija Magribi/Tribun Medan
Stasiun Kereta Api Pematangsiantar     

TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR- Keberadaan Stasiun Kereta Api Pematangsiantar tak lepas dari industri perkebunan yang maju di masa pemerintahan kolonial Belanda.

Kota Siantar saat itu merupakan pusat pemerintahan, politik, ekonomi, dan militer kolonial. 

Berdasarkan penelitian sejarawan Universitas Simalungun Jalatua Hasugian yang diterbitkan 16 Desember 2009; Pemerintah Belanda mulai membuka perkebunan tembakau di Deli pada tahun 1863, - bersebelahan dengan Simalungun di mana lahan percobaan seluas 75 hektare oleh Jacob Nienhuys.

Kondisi umum Pematangsiantar ketika itu masih menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Siattar telah dipersiapkan kolonial menjadi ibukota afdeling (kabupaten) Simalungun yang sebelumnya merupakan onderafdeelingen (kecamatan) Karolanden - Simalungun. 

Dengan suksesnya perkebunan yang dirintis Belanda di wilayah Sumatera Timur, khususnya wilayah Kota Pematangsiantar, alhasil berdampak pula pada pembangunan infrastruktur di Kota Pematangsiantar.

Stasiun kereta api Pematangsiantar terletak di Jalan Kartini Bawah diperkirakan berdiri sejak tahun 1915.

Baca juga: Bayi 4 Bulan Ditemukan Tewas di Ayunan dalam Kondisi Mengenaskan, Mata Terbuka, Popok Penuh Belatung

Pembangunan jalur kereta api ini dilaksanakan untuk kepentingan pihak perkebunan yang pengelolaannya dilakukan oleh NV. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). 

NV DSM ini merupakan salah satu perusahaan jawatan kereta api di Sumatera.

Sebuah kemajuan pesat lantaran di masa itu,  Pulau Jawa sudah berdiri 11 perusahaan sejenis.

Jalur kereta api yang ada di Pematangsiantar merupakan jalur penghubung ke Kota Medan.

Pembangunannya diperkirakan sama dengan pembukaan jalur kereta api Besitang - Medan - Tanjungbalai dan Rantauprapat yang diselesaikan pada tahun 1934

Dengan adanya jalur kereta api ini, pengangkutan perkebunan di daerah Deli semakin lancar. 

Penampakan bangunan stasiun saat ini masih memiliki nuansa khas kolonial Belanda.

Baca juga: Menang Besar Atas PS Kwarta, Ternyata Pertahanan PSMS Medan Masih Gelagapan

Bagian depan stasiun, tepatnya pada pintu masuk dihiasi dengan bentuk bulatan bulatan yang terbuat dari bata.

Sedangkan atap stasiun terbuat dari genteng. Pada sisi kiri dan kanan bangunan stasiun terdapat gudang gudang penyimpanan barang-barang.

Tetapi kondisi pergudangan kini sudah banyak berubah karena telah dialihfungsikan warga atas persetujuan pengelola, PT KAI.

(alj/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved