Cerita Waris Thalib Dipinang Jadi Pendamping M Syahrial, Mereka Menakhodai Kota Tanjungbalai
Plt Wali Kota Tanjungbalai, H. Waris Thalib, memiliki perjalanan hidup yang sangat rumit dan perjungan sebelum akhirnya menjadi wali kota
WH: Saya diberitahu dan membaca peraturan, kepala daerah dan wakil kepala daerah, jika kepala daerah berhalangan, kewenangan tetap diberikan kepada wakil. Sebenarnya saya katakana belum mampu dan belum begitu pengalaman mengelola pemerintahan ini. Apalagi menjadi pimpinan.
Tetapi, pascakejadian ini, pemerintah Tanjungbalai tidak ada nahkodanya dan pemerintahan harus berjalan. Masyarakat tidak tahu apa yang terjadi, masyarakat tidak tahu apa yang harus dikerjakan, jadi saya punya niat menyelamatkan pemerintahan ini. Paling tidak meneruskan sampai habis periode. Pemerintah ini tidak boleh berhenti dan tidak beraktivitas.
Pada saat itu masih ada sekda untuk melaksanakan regulasi untuk menjalankan tupoksi dari masing-masing OPD. Dan meneruskan jabatan ini sampai akhir masa. Lebih luas menyelamatkan Tanjungbalai yang dicintai ini. Alhamdulillah, kita bisa menjakan tugas sebagaimana amanah. Alhamdulillah semua berjalan lancar, terkendali.
T: Satu langkah lagi menjadi wali kota definitif, dari sekian banyak program, apa program prioritas untuk mengangkat Tanjungbalai lebih baik?
WH: Dalam kesempatan ini, pertama kita berdoa agar Bapak H Syahrial SH.,MH tetap diberikan kesehatan dan kemudian dapat menghadapi persoalan hukum ini dan mendapat keputusan seadil-adilnya. Kemudian, di pemerintah ini, lebih kurang 3 bulan jadi pelaksanaan tugas dengan berbagai macam kegiatan.
Sebenarnya sederhana, masyarakat Tanjungbalai ini saya kenal, mereka ini tidak menuntut banyak walaupun kehidupannya pengin sejahtera. Pertama, bagaimana air bersih di Kota Tanjungbalai bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kedua, jalan dimana-mana itu ada yang rusak dan berlubang-lubang, Alhamdulillah sedikit demi sedikit baik ditanggung APBD Tanjungalai, APBD Provsu dan pusat sedang berjalan. Ketiga tentang kesehatan, rumah sakit dan bagaimana masyarakat itu harus sehat dan tidak susah untuk berobat jika membutuhkan pengobatan.
Soal pertumbuhan ekonomi di Tanjungbalai memang jujur, dikatakan kementerian dan gubernur, kondisi berbeda dengan kabupaten/kota lain. Tanjungbalai tidak punya laut, Tanjungbalai tidak punya industri di Sumut. Dan tanjungbalai tidak punya perkebunan.
Jadi, untuk mendapatkan PAD sangat kecil sekali. Saat ini diharapkan dari penghasilan rumah sakit, dan retribusi lain-lain, sangat kecil sekali. Maka kita mengajak OPD dan tokoh masyarakat lainnya untuk banting stir mengubah Tanjungbalai.
Ada potensi wisata air, regius, dan kuliner dan budaya tapi keterbatasan anggaran, namun tetap berupaya dan masyarakat nelayan. Masyarakat Tanjungbalai punya kapal, punya gudang, tetapi ekspor dan impor ikan ada di Belawan. Sehingga PAD tidak masuk ke Tanjungbalai.
Kami berharap ada dibangun TPI, tempat pelelangan ikan. Malah TPI ada di Kabupaten Asahan. Kita punya data pendukung untuk membuat TPI. Potensi lain lagi untuk industri bisa dibangun di Tanjungbalai.
Kami berkunjung ke kabupaten/kota bahkan sampai ke Aceh untuk mencari informasi potensi yang bisa dikembangkan di Tanjungbalai. Menjadikan PAD di Tanjungbalai. Alhamdulillah banyak investor dan pengusaha pengin berinvestasi hanya waktu yang menjawabnya nanti.
Kami tidak ada bicara masalah komisi, apalagi retribusi di awal tetapi ada pengusaha setelah sukses bekerjasama.
T: Abang sebagai Plt akan mempermudah investor masuk dengan segala potensi yang ada di sana?
WH: Izin kita bantu, kita minta biaya sesuai perda. Kalau ada yang nakal beritahu saya, saya akan pasang badan. Segala sesuatu yang bisa dikomunikasi saya bersedia. Saat ini kami butuhkan Sungai Asahan dan Sungai Silau sedimentasi sangat tinggi, kami butuh pengerukan. Kami minta paling PAD 25 persen.
(Jefri Susetio)
