Cerita Waris Thalib Dipinang Jadi Pendamping M Syahrial, Mereka Menakhodai Kota Tanjungbalai
Plt Wali Kota Tanjungbalai, H. Waris Thalib, memiliki perjalanan hidup yang sangat rumit dan perjungan sebelum akhirnya menjadi wali kota
WH: Yang pertama, Pak Wali pimpinan kami kita siap loyalitas mendukung perintah atasan. Kedua saya harus meninggalkan jabatan. Disitu tidak ada status pensiun harus berhenti dengan tidak mendapat pensiun.
T: Karier masih ada berapa tahun lagi Bang?
WH: Masih ada 12 tahun lagi waktu itu, dapat eselon-II dan masih bisa Sekda. Saya kalau sudah ucapkan tidak akan mau menarik lagi. Begitu saya sampaikan kesiapan saya, banyak tantangan saya. Banyak ngomong, ngapain kau ke situ ya kalau lulus.
Kalau tak lulus, rugi. Tapi saya tidak komitmen, istiqomah jadi nekatlah saya untuk putuskan. Kalau sudah diputuskan tidak bisa diganggu gugat.
T: Ada 100 orang yang mendaftar menjadi wakilnya beliau, kira-kira apa yang dilihat dari Abang, sehingga mengabaikan 100 orang itu?
WH: Sampai saat ini saya tidak tahulah bagaimana pandangan mereka terhadap saya. Saya jujur saja sangat mengucapkan terima kasih buat keluarga H Syahrial yang sudah membawa saya menjadi pendamping. Dan, membesarkan saya.
Saya tidak mimpi, tidak punya keyakinan bisa seperti sekarang ini dengan latar belakang kehidupan saya. Makanya, saya tetap hormati dan mungkin tidak ngerti penilaian mereka sama saya. Saya jabatan lurah dan camat, pernah menjadi terbaik. Mungkin itu dasarnya.
T: Diterpalah Tanjungbalai dengan musibah, sehingga Syahrial bermasalah dengan hukum. Lalu, saat ini sebagai Plt, bagaimana komunikasi dengan Syahrial?
WH: Setelah dilantik menjadi wakil wali kota bersama Pak Syahrial, saya berkomitmen ingin belajar sama Pak Wali. Saya juga sampaikan sama Pak Sekda Yusmad, saya mau belajarlah Pak Wali karena tidak masuk dalam dunia politik.
Saya hanya sebagai lurah dan camat, lebih dari situ tidak pernah. Pak Wali sudah satu periode memimpin Kota Tanjungbalai dan saya lihat sudah mampu sama kedudukan dengan bupati dan wali kota yang lain. Kemudian, tokoh karier politik sebagai Ketua Golkar Tanjungbalai.
Sewaktu mengambil dukungan ke partai, saya lihat dia juga sudah termasuk tokoh politik dan mampu berkomunikasi. Mulai dari tingkat daerah, provinsi dan pusat. Sehingga, saya yakini saya akan duduk bersama beliau akan belajar ilmu pemerintahan dan politik.
Maka saya bilang sama Pak Sekda, Pak mari temenin saya duduk bersama beliau, Pak Sekda bilang tunggu ya Pak Wakil, kalau ada waktu kita berkomunikasi. Saat ini, Pak Wali masih sibuk, tidak memungkinkan bertemu.
Posisi itulah tidak berapa lama musibah itu terjadi pada Selasa, Senin malam saya pergi takjiah ke Padangsidempuan karena orangtua driver saya meninggal dunia. Saya dapat kabar lagi di Sidempuan, maka saya cepat pulang, hanya setengah jam di rumah duka.
Waktu hari Selasa belum ke Jakarta, tapi situasi tidak kondusif, langsung ada surat panggilan untuk saya. Saya dimintai keterangan. Saya tidak bisa lagi berkomunikasi, berkunjungpun saya tidak bisa. Sejak itu, sampai sekarang tidak bisa lagi berkomunikasi. Ada larangan-larangan.
T: Kita sempat ketemu di Tanjungbalai, ada pernyataan Abang yang menarik, saya menyelamatkan pemerintahan ini. Sejauh mana lakukan itu?
