Cerita Waris Thalib Dipinang Jadi Pendamping M Syahrial, Mereka Menakhodai Kota Tanjungbalai
Plt Wali Kota Tanjungbalai, H. Waris Thalib, memiliki perjalanan hidup yang sangat rumit dan perjungan sebelum akhirnya menjadi wali kota
WH: Iya, dibilangnya Pak waris jadi camat namun tidak boleh memilih tempat, kami tempatkan Pak Waris di Kecamatan Datuk Bandar Timur. Alhamdulillah betul, saya dilantik pertama sebagai camat. Selama perjalanan di camat itu, Alhamdulillah dapat penghargaan sebagai kecamatan terbaik tingkat Tanjungbalai dan terbaik empat di Sumut.
Maka habis periode pertamanya, kebetulan waktu jadi lurah 25 persen di kantor dan 75 persen di luar bersama masyarakat. Saya nongkrong di warung sekaligus dakwah mengisi pengajian, khotbah jumat dan hampir setiap wirid di kelurahan saya ikut.
Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan, saya sampaikan apa yang saya miliki. Waktu sebagai camat juga begitu, saya hobi berada di tengah masyarakat.
T: Blusukan gitu?
WH: Betul sekali. Jujur saja, waktu jadi lurah saya membantu masyarakat sampai berikan surat keterangan tanah gratis. Saya selesaikan, semua bisa selagi masih mau bantu, semua bisa. Maka banyak yang saya bantu di Kelurahan Gading, Tanjungalai. Kemudian, di kecamatan juga seperti itu.
T: Bagaimana saat Beliau meminang Anda sebagai pendampingnya sebagai Wakil Wali Kota Tanjungbalai?
WH: Saya diundang ke rumahnya, posisi sebagai Camat Datuk Bandar Timur, saya diundang ke rumah orangtuanya. Waktu diundang, saya pengin ikut lelang menjadi kepala dinas, jujur saja. Waktu itu, ada yang kosong, Disperindag.
Ada lima dinas yang kosong seperti Satpol PP, Dinas Pendidikan, Disperindag, saya ikut lelang sudah mendaftar. Kebetulan BKD menggagalkan lelang itu dan sampai sekarang belum diisi jabatan itu. Saya diundang ke rumah dipanggil melalui telepon.
Ketika itu, saya ditanggul mengamankan banjir di Datuk Bandar Timur, menjelang magrib. Saya sampaikan, bisa ketemu nanti, habis magrib saya datang. Dijawabnya ya datangnya. Maka datang saya habis magrib. Gini, inikan mau pilkada.
Rencana Pak Wali mau ikut lagi untuk periode kedua, berharap Pak Warislah yang mendampinginya. Mendengar itu, saya langsung terkejut. Saya lupa tanggalnya. Saya jawab, masih banyak calon toko lain yang mau, kebetulan sudah ada digadang-gadang.
Dia bilang kalau daftarnya Pak Waris ada 100 daftar calon wakil. Tetapi, jangan kau tanya masalah itu. Kami berharap Pak Warislah. Tidak mungkin itu, jangan tidak mungkin-mungkinlah. Saya segan juga karena pimpinan jadi bicaranya terbatas.
Pendek ceritanya, mohon tempo dua hari. Saya tidak kepikiran sehingga tidak bisa jawab secara spontan. Saya tidak sempat mikirin apa-apa. Saya minta waktu dua hari, pertama pengin musyawarah keluarga. Kedua, minta petunjuk sama yang maha kuasa.
Ketika saya pulang, satu hari sesudah itu, saya berkumpul bersama keluarga. Saya minta restu mertua juga, jadi keputusannya pada saat itu mertua bilang bismillahkan dengan berbagai macam pertimbangan. Yang pahit dan manis, ditelepon saya lagi. Bagaimana sudah siap ? Saya bilang belum karena janji dua hari.
Kebetulan saya belum istikharah, minta petunjuk sebagaimana petunjuk dari mertua. Kalau sudah keputusan yang maha kuasa, saya lebih yakin dari segala-galanya. Saya bismillahkan dengan segala kekurangan dan tidak punya kelebihan. Mereka bilang, kami tidak minta persyaratan apapun, hanya kesanggupan Pak Waris saja. Yang penting bersedia saja sudah cukup bagi kami. Mereka juga tahu dengan segala kondisi material.
T: Lalu secara pribadikan sudah mengambil kesempatan itu, ada dua kemungkinan kalau maju maka melepas jabatan dengan status pegawai negeri?
