Rusia vs Ukraina
PENGAMAT Militer Rusia: Perang Nuklir Bukan di Ukraina, Tapi Bisa di 4 Pulau Wilayah Asia Ini
Seorang ahli militer Rusia, Sergei Marzhetsky, mengklaim bahwa Jepang akan memantau invasi mereka ke Ukraina.
Pada tahun 1805, pelaut Rusia dari fregat "Juno" dan kapal tender "Avos" memasang tiang dengan bendera Rusia di pantai Teluk Aniva, dan kamp Jepang di Iturup dirusak. Rusia disambut hangat oleh Ainu.
Pada tahun 1854, untuk menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik dengan Jepang, pemerintah Nicholas I mengirim Wakil Laksamana E. Putyatin.
Misinya juga mencakup pembatasan harta milik Rusia dan Jepang.
Rusia menuntut pengakuan atas haknya atas pulau Sakhalin dan Kuril, yang telah lama menjadi miliknya.
Mengetahui dengan baik betapa sulitnya situasi yang dihadapi Rusia, sementara secara bersamaan melancarkan perang dengan tiga kekuatan di Krimea [Perang Krimea], Jepang mengajukan klaim yang tidak berdasar atas bagian selatan Sakhalin.
Pada awal 1855, di Shimoda, Putyatin menandatangani perjanjian perdamaian dan persahabatan Rusia-Jepang pertama, yang menurutnya Sakhalin dinyatakan tidak terbagi antara Rusia dan Jepang, perbatasan didirikan antara pulau Iturup dan Urup, dan pelabuhan-pelabuhan Shimoda dan Hakodate dibuka untuk kapal Rusia dan Nagasaki.
Dikutip dari catatan Danelis.ru, Risalah Shimoda tahun 1855 dalam pasal 2 mendefinisikan: “Selanjutnya, perbatasan antara negara Jepang dan Rusia akan dibuat antara Pulau Iturup dan Pulau Urup. Seluruh Pulau Iturup adalah milik Jepang, seluruh Pulau Urup dan Kepulauan Kuril di sebelah utaranya adalah milik Rusia. Adapun Pulau Karafuto (Sakhalin), masih belum dipisahkan oleh perbatasan antara Jepang dan Rusia”.
(*/tribun-medan.com/ intisari)
