Hotman Paris Sentil Ketua Ormas
HOTMAN PARIS Sentil Ketua Ormas yang Sebut Ikan Mujair Sebagai Hama dan Bukan Untuk Dikonsumsi
Pengacara kondang Hotman Paris sentil ketua ormas Forum Batak Intelektual (FBI) Leo Situmorang yang sebut ikan mujair sebagai hama.
Penulis: M.Andimaz Kahfi | Editor: M.Andimaz Kahfi
Suhunan Situmorang berasal dari Samosir. Ayahnya seorang pensiunan PNS. Sampai usia 16 tahun ia masih tinggal di Pangururan.
"Aku Batak dari Samosir, sampai usia 16 tahun di Pangururan. Ayahku pensiunan PNS, anaknya banyak (dan itu jamak zaman dulu). Ibuku ikut membantu sumber keuangan bapak dengan cara beternak, juga memanfaatkan sawahnya di kampung asal bapak, Desa Sabulan--kendati sering sakit. Belah pinang, istilahnya," cerita Suhunan.
Sebagai anak kesembilan dari 11 bersaudara, Suhunan Situmorang berjarak jauh dari abang-abang dan kakak-kakaknya.
Bahkan, sebagian abang dan kakaknya malah seperti saudara saja, tidak dekat, karena mereka telah ke Medan, lalu ke Jakarta dan Surabaya saat dirinya masih kanak-kanak.
"Abang dan kakanya jarang sekali pulang kampung karena saat itu uang tidak mudah dimiliki, alat transportasi antarpulau pun masih terbatas," pungkasnya.
Menurut Suhunan, rumahnya di Tajur yang berada di dekat Danau Toba, umumnya orangtua kawan-kawannya pegawai negeri, militer, polisi. Tak ada petani atau pedagang. Hampir semua rumah berhalaman, ada tanaman dan bunga-bunga sering bermekaran, menambah keasrian.
"Rumah-rumah di Tajur, dahulu dianggap tempat rumah-rumah bagus. Meski bangunan setengah beton setengah kayu, berkaca banyak, banyak yang suka. Beberapa kawanku yang kampungnya di pelosok-pelosok Samosir, malah menyangka orang-orang Tajur itu kaya--setidaknya tak seperti mereka. Bayangan mereka dulu, pegawai negeri, tentara, polisi, "orang kaya." Tak tahu aslinya," beber Suhunan.
Suhunan mengungkap, ia senang bercerita mengenai kehidupannya masa kanak hingga menuju remaja di Pangururan-Samosir.
Di tengah kebersahajaan, jarang punya uang jajan, ia menemukan atau mengalami keindahan yang mengesankan.
Cerita tentang masa lalunya di Pangururan, merupakan kisah-kisah yang amat menarik bagi anak-anaknya, terutama bagi kedua putrinya.
"Mereka kadang mengaku cemburu karena berbeda sekali dengan kehidupan dan pengalaman mereka di Jakarta yang hanya mengandalkan teman sekolah, minus teman tetangga," papar Suhunan.
Bahkan, cerita-cerita mellow saat Suhunan dan adiknya kedinginan menjaring ikan-ikan kecil di Danau untuk pakan ayam dan ternak, pun bagi mereka menarik.
"Mereka pun suka mendengar ulah ayam dan bebek yang nakal dan lucu, membuat si Nona bontot jadi memantangkan makan daging bebek sampai sekarang. Ada satu bebek bernama Beky, sebenarnya karanganku, yang centil dan sering bikin aku repot karena kadang lupa pulang. Beky keasyikan bermain dengan kawanan bebek sampai hari gelap. Aku harus mencarinya sambil berteriak "Bibi....!" ke arah danau. (Pernah kutuliskan di Facebook: Beky bebek centil)," lanjut Suhunan.
"Si Nona itu jadi sayang dan menganggap bebek seperti 'pet', maka tak patut dijadikan makanan."
"Duniaku yang dikitari panorama indah sejak lahir, diisi aneka permainan dengan kawan-kawan sebaya, sungguh suatu kekayaan yang mengesankan bagiku. Bila aku paling sering pulang ke Samosir dari semua anak orangtuaku meski mereka tidak ada lagi, memang karena aku sangat terikat ke bumi leluhur ini," pungkas dia.