Ibadah Haji 2022
KISAH Wanita Kembar Penderes Karet Asal Sumut Naik Haji, Kompak Menabung hingga Doa Dapat Jodoh
Setelah penantian panjang selama 11 tahun, dua wanita saudara kembar yakni Mariano Dalimunthe dan Mariana Dalimunthe bisa naik haji.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN-MEDAN.com - Setelah penantian panjang selama 11 tahun, dua warga Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Sumatera Utara, akhirnya bisa mewujudkan impiannya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Kedua wanita ini adalah saudara kembar yakni Mariana Dalimunthe dan Mariani Dalimunthe.
Perempuan kembar yang telah berusia 60 tahun tersebut, tergabung dalam kloter 10 Embarkasi Medan.
Kedua wanita kembar itu sedianya berangkat haji pada tahun 2020 lalu, namun karena pandemi Covid-19 ditunda.
Mereka tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz (KAIA),Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa (21/6/2022), pukul 14.10 Waktu Arab Saudi (WAS) menggunakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 3110.
Saat ditemui Tribun di Asrama Haji Emberkasi Medan, Senin (20/6/2022) lalu, Mariana menceritakan awal mulanya bersama sang adik bisa berangkat haji.
Ia mengaku awal mulanya berawal dari saran anak paman mereka.
"Jadi kami disarankan sama anak tulang kami katanya kalau belum punya jodoh coba berniat untuk berangkat haji," ceritanya.
Pulang dari rumah anak pamannya tersebut, ia langsung bercerita pada sang adik Mariani.
"Kubilang sama adik, biar gak marah dan gak merasa mampu karena ngajak daftar haji jadi kami daftar menggunakan uang arisan (jula-jula) yang akan ditarik itu sebesar Rp 14 juta," jelasnya.
Setelah sepakat untuk naik haji, mereka pun mencari informasi seputar biaya dan lain sebagainya.
"Waktu ada pesta di kampung datanglah adek dari Gunung Tua. Kemudian nanya soal haji ini. Katanya bisa dengan menggunakan dana talangan (kredit) selama dua tahun," ucapnya.
Dengan modal nekat, akhirnya keduanya mendaftar haji di tahun 2011 lalu.
"Kemudian kami langsung mendaftar satu bulan kemudian setelah nanya-nanya saat pesta di kampung itu, kalau gak salah bulan November 2011," terangnya.
Dikatakan Mariana, ternyata biaya pendaftaran haji saat itu sebesar Rp 6,7 juta. "Dan dalam dua tahun itu mamak meninggal dan saat itu juga uang pendaftaran kami masih kurang," paparnya.
