Sidang Kerangkeng Manusia
Kasus Kematian Sarianto Ginting di Kerangkeng Manusia, Sepupu Korban dan Sopir Ambulans Jadi Saksi
Dewa Perangin-angin, anak Bupati Langkat nonaktif kembali menjalani persidangan di PN Stabat, dalam kasus kerangkeng manusia, Rabu (10/8/2022).
Penulis: Muhammad Anil Rasyid |
"Yang saya dengar dari orang, yang masuk ke rehab (kerangkeng) milik Pak Terbit sering dipukuli. Saya gak tau kalau ada yang pernah meninggal dunia, cuma taunya ada yang dipukuli aja. Saya pun gak pernah lihat bagaimana tempat rehabnya ini," ujar Agustina.
Kemudian, Sarianto meninggal dunia setelah dua malam masuk ke dalam kerangkeng.
"Dua malam masuk ke dalam rehab habis itu dapat kabar meninggal. Saya gak tau dia dipukuli, katanya meninggal kena sakit lambung. Tiba dirumah, kondisinya Sarianto sudah dimandikan, dikafani dan sudah dimasukkan ke dalam peti. Saat mau melihat mayatnya, Sariandi adiknya mengatakan jangan dibuka petinya. Karena mamak saya kepingin tau, buka aja katanya malam itu juga," ujar Agustina.
Setelah dibuka, Agustina menuturkan jika wajah Sarianto sudah membengkak.
"Diakan kurus, pada hari itu tidak ada lebam lebam. Tapi besoknya keluar darah dari hidung dan mulut, tapi sudah kering. Sedangkan malam itu tidak ada darah. Saya pun curiga, tapi karena si adik Sarianto sudah meneken perjanjian tidak ada tuntutan atau apapun, mau bagaimana lagi," ujar Agustina.
Ketua Majelis Hakim kembali menanyai Agustina apakah ia mengetahui hubungan terdakwa Dewa Perangin-Angin dan Hendra terhadap Sarianto Ginting.
"Saya gak tau hubungan terdakwa terhadap kematian Sarianto.
Baca juga: Dewa Perangin-Angin Jalani Sidang Ketiga Kasus Kerangkeng Manusia di Langkat, Ini Keterangan Saksi
Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nelson Viktor Supratman menanyai Agustina soal keadaan fisik Sarianto saat dijemput.
"Dalam keadaan sehat waktu dijemput mau dibawa ke tempat rehab (kerangkeng). Sarianto tidak pernah sakit, minum kuku bima sanggup dia sampai lima gelas, saya tau karena dia minum diwarung saya," ujar Agustina.
Sedangkan Penasehat Hukum, Mangapul Silalahi juga menanyai Agustina, dari mana ia tau kalau kerangkeng milik Bupati Langkat nonaktif, sering terjadi pemukulan.
"Mendengar dari orang, kalau panti rehab (kerangkeng) itu sering memukuli orang," ujar Agustina.
Sedangkan, saksi Fendi Irawan dalam keterangannya mangatakan, ia awalnya ditelfon oleh Suparman Perangin-Angin dari lokasi kerangkeng.
"Pada tanggal 15 Juli 2021 sekitar pukul 22.00 WIB, saya dapat telepon dari Suparman, minta antar jenazah, saya jemput kemana, dirumah bupati katanya. Dan Saya gak tau soal kerangkeng," ujar Fendi.
Lanjut Fendi, begitu tiba di rumah bupati, ia pun diarahkan Suparman untuk menuju lokasi kerangkeng. Karena menurutnya, pada saat itu peti jenazah berada di samping kerangkeng.
"Saya diarahkan masuk ke dalam kerangkeng oleh Suparman, masuk dari samping rumah pak bupati menuju arah kerangkeng. Belum pernah ke kerangkeng sebelumnya, taunya cuma rumah pak bupati. Saya lihat kerangkeng, cuma tak terlihat begitu jelas karena malam. Sedangkan peti diletakkan di samping kerangkeng. Tidak nampak pintu besi, hanya kolam yang terlihat," ujar Fendi.