Berita Sumut

Sidang Kerangkeng Manusia di Langkat, Saksi Akui Dipukul Pakai Selang dan Dipekerjakan Tanpa Dibayar

Saksi Budi Harta Sinulingga sebut selama menjalani rehabilitasi di kerangkeng pernah dipukul. Setelah itu dipekerjakan tanpa dibayar.

Tribun Medan/Muhammad Anil Rasyid
Saksi Budi Harta Sinulingga saat menunjukkan bekas pukulan selang di bagian belakang tubuhnya di ruang sidang Pengadilan Negeri Stabat, Rabu (7/9/2022). Pukulan diterima saat berada di dalam kerangkeng Bupati Langkat nonaktif, Terbit Rencana Perangin-Angin. 

"Saya dimasukkan di kereng (kerangkeng) satu. Saya masuk kereng pada sore hari. Saya diselangi Bang Terang pertama kali masuk, dan besok paginya sikap taubat sekitar 5-10 menit. Dan kalau ada anak kereng (kerangkeng) baru, bang Terang memukul pakai selang. Bang Rajes juga menyelangi kalau ada anak kereng yang disuruh gak mau," ujar Budi sembari menunjuki bekas luka ditubuh bagian belakangnya, dan memperagakan sikap taubat. 

Sementara itu, Budi juga menyinggung kalau Dewa Peranginangin anak Bupati Langkat nonaktif juga ikut serta melakukan kekerasan terhadap penghuni kerangkeng.

"Dewa juga memukuli tangan saya, pakai selang. Gara-gara pada saat itu dia menanyai mana yang sering megang bong (alat hisap sabu), habis tu dipukuli Dewa," ujar Budi. 

Jaksa Penutut Umum (JPU) Indra Ahmadi Efendi juga bertanya kepada Budi, apakah pernah ada penghuni kerangkeng yang melarikan diri. 

"Pernah ada anak kereng yang lari, sekitar empat orang, yaitu bernma Salam, Waluhu, Edi, satu lagi saya gak ingat namanya. Tiga dapat, satu tidak. Edi dan Waluhu agak lama dapatnya. Dan dimasukkan di dalam kereng satu. Di suruh bergantung di jeruji sel," ujar Budi.

Budi juga mengaku, Bupati Langkat nonaktif, Terbit Rencana Peranginangin, sering berkunjung ke kerangkeng. 

Baca juga: Penasehat Hukum Tolak Keterangan Saksi, Keberatan Soal Topeng di Sidang Kerangkeng Manusia

"Pak Bupati cuma memeriksa saja," ujar Budi. 

Disinggung ketua majelis hakim soal kematian salah seorang penghuni kerangkeng bernama Abdul Malik Isnur alias Bedul, Budi pun mengetahui hal tersebut.

"Ada satu anak kereng yang tewas, bernama Bedul. Saya takut dengan para terdakwa yang mulia," ujar Budi. 

(cr23/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved