Geger Keraton Solo, Ada Oknum Polisi Todongkan Senpi, Penyebabny Sejarah Konflik Sejak 18 Tahun Lalu
Kedua kubu ini yaitu Sasonoputro yang mengatasnamakan Sri Susuhan Pakubuwono XIII dengan Lembaga Dewan Adat (LDA) atau kubu Gusti Moeng.
Sehingga jalin hubungan dengan pembantu Sri Susuhan Pakubuwono XIII.
"Yang 5 tahun di sini tidak pernah dipindah.
"Yang dua berhubungan dengan pembantunya Sinuhun kemudian kawin," jelasnya.
Cucu Raja Keraton Solo Ditodong
BRM Suryo Mulyono, cucu Sri Susuhan Pakubuwono XIII akui ditodong senpi.
Ia pun ungkap yang menodong senpi ini adalah anggota polisi.
"Saya diginiin (mengisyaratkan tangan seperti ditodongi senjata api)."
"'Isoh meneng ra mas?' Ditodong didorong. 'Ojo peh aku nganggo klambi biasa terus kowe nyepelekke aparat'
(Bisa diam tidak mas, jangan karena saya tidak memakai seragam lantas anda menyepelekan aparat)," tuturnya mengikuti perkataan oknum tersebut.
Sejarah dan Akar Masalah Konflik
Melansir dari Tribunnews.com, peristiwa yang terjadi di Jumat malam ini dipicu oleh konflik Keraton Solo yang sampai saat ini masih berlangsung.
Konflik ini awalnya usai meninggalnya Pakubuwono XII pada 12 Juni 2004 atau sekitar 18 tahun lalu.
Kendati begitu, kala itu Pakubuwono XII ini tak memiliki permaisuri serta mengangkat putra mahkota.
Akibatnya terjadi perebutan takhta di antara anak keturunan Pakubuwono XII.
Kedua kubu pun mengklaim sebagai pewaris takhta dan deklarasikan diri sebagai raja Keraton Solo.
Kubu ini yaitu Hangabehi putra tertua dari selir ketiga Pakubuwono XII mendeklarasikan diri sebagai raja pada 31 Agutsus 2004.
Sedangkan Putra Pakubuwono XII dari selir yang berbedar, Tedjowulan pun nekat juga deklarasikan diri sebagai raja pada 9 November 2004.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/keraton-solo-tribunmedan.jpg)