Pembunuhan Berencana
Tiorma Tambun Kerasukan Arwah Serda Sahat, Anaknya yang Dibunuh Komandan di Arhanud Rudal 004/Dumai
Tiorma Tambun, ibu dari mendiang Serda Sahat Wira Naugerah Sitorus kerasukan saat mengikuti sidang lanjutan pembunuhan anaknya di Dilmilti I Medan
TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Tiorma Tambun, istri dari Kapten Arh Hulman Sitorus kerasukan saat mengikuti sidang pembunuhan anaknya di Pengadilan Tinggi Militer (Dilmilti) I Medan.
Anak Tiorma Tambun, bernama Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus sebelumnya dibunuh sang komandan dengan cara disiksa sedemikian rupa, saat korban bertugas di Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai.
Ketika berada di Dilmilti I Medan, Tiorma Tambun mulanya keluar dari ruang sidang.
Ia kemudian terbaring di depan meja Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Dilmilti I Medan.
Tak lama berselang, Tiorma Tambun histeris.
Ia kemudian menangis sembari meracau tak menentu.
Baca juga: Jerit Pilu Tiorma Tambun, Anaknya Serda Sahat Sitorus Tewas di Tangan Atasan
Baca juga: Kasus Kematian Serda Sahat Wira Kembali Mencuat, Keluarga Masih Menunggu Keadilan
Dalam kondisi menangis itu, kerabat Tiorma Tambun mengatakan bahwa ia tengah kerasukan anaknya yang tewas dibunuh.
"Anaknya yang masuk itu," kata keluarga Tiorma, Rabu (11/1/2023) kemarin.
Lantaran Tiorma menangis sambil meracau, suaminya, Kapten Arh Hulman Sitorus berusaha menenangkan.
Hulman memeluk sang istri dengan erat sambil berbisik.
"Sabar nak, sabar nak, bapak ini nak," ucap Hulman Sitorus, ayah kandung Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus.
Setelah dipeluk dan ditenangkan oleh Hulman, barulah Tiorma tersadar.
Baca juga: Isak Tangis Ibu Serda Sahat Sitorus yang Tewas Dianiaya, Tiorma Tambunan: Tolong Saya Bapak Panglima
Tiorma tampak linglung dan kebingungan.
Ia berulangkali bertanya pada suami dan kerabatnya, apa yang telah terjadi.
"Kenapa mamak? Kenapa aku?," tanya Tioma yang kebingungan.
"Kalian apakan aku? Capek kali badan ku," tanya lagi.
Minta Bantuan Panglima TNI dan Presiden
Saat mengikuti sidang lanjutan pembunuhan anaknya di Dilmilti I Medan, Tiorma Tambun sempat mengungkapkan isi hatinya.
Dia merasa selama ini keluarganya telah dizolimi.
Pembunuhan terhadap anaknya terkesan lamban ditangani, bahkan terkesan ditutup-tutupi.
Atas kasus ini, ia pun bermohon pada Panglima TNI Laksmana Yudo Margono dan Presiden RI, Joko Widodo untuk memberikan perhatian penuh atas kasus ini.
"Semua orang itu enggak ada yang melihat kami sebagai keluarga, tidak ada yang memihak sama kami, kemana saya mengadu? Hanya ke bapak Panglima sama bapak Presiden saya mengadu," kata Tioma menangis histeris.
Baca juga: Kisah Tragis Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus, Disebut Tewas di Tangan Atasan, Ibunya Menangis
Baca juga: SAMBO VERSI TNI, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus Tewas Diduga Dianiaya Atasan, Kasusnya tak Jelas
Ia mengatakan, dalam kasus ini sudah ada tiga orang yang diadili.
Mereka adalah Sertu Simson Candra Aritonang, Serda Lulut Sapta Hendrawan dan Letda Yhonrotua Rajagukguk.
Namun, kata Tiorma, yang semestinya bertanggungjawab penuh dan dihukum adalah Mayor Arh Gede Henry Widyastana, yang kala itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai.
"Harusnya dia (Mayor Arh Gede Henry Widyastana) yang bertanggungjawab, bukan si Rajagukguk itu. MA harus menghukum dia," kata Tiorma.
Besar harapannya, Mayor Arh Gede Henry Widyastana dapat diberikan sanksi yang setimpal.
Apalagi anaknya sudah mati di tangan para atasan.
Baca juga: Tak Terima Keterangan Saksi, Ibu Almarhum Serda Wira Minta Tolong Ke Panglima TNI dan Presiden RI
Dalam persidangan, Oditur Militer sempat memanggil sejumlah saksi.
Mereka yang datang diantaranya Serka Sembiring, dr Fery Mardinus dan dr Bakhtiar dari rumah sakit.
Namun, keterangan saksi Serka Sembiring itu dianggap tidak relevan oleh Tiorma.
Tiorma Tambun, istri Kapten Arh Hulman Sitorus menangis sejadi-jadinya di depan Pengadilan Militer Tinggi I Medan, menuntut keadilan atas tewasnya sang anak Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus, yang meninggal di tangan atasan.
Saat demo di depan Dilmilti I Medan, Tiorma Tambun turut meminta perhatian Panglima TNI yang baru, Laksmana Yudo Margono.
Tiorma Tambun memohon keadilan, karena kasus yang dialami anaknya terkesan tidak mendapat kejelasan.
Menurut informasi, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus adalah anggota Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai.
Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus tewas di tangan pimpinannya.
Dari keterangan keluarga dan pengacara, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus tewas setelah diduga dianiaya pimpinannya sebelum menjalani latihan pada November 2018 silam.
Baca juga: Tak Main-main, Hadi Tjahjanto Akan Sikat Oknum TNI/Polri yang Terlibat Mafia Tanah
"Tolong saya bapak Panglima, tolong saya. Empat tahun saya menahan sedih ini, tolong saya bapak,” teriak Tiorma Tambunan, ibu mendiang Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus, saat melakukan aksi di Pengadilan Militer Tinggi (Dilmilti) I Medan, Selasa (20/12/2022).
Dalam kasus ini, ada tiga orang yang diadili.
Mereka adalah Sertu Simson Candra Aritonang dan Serda Lulut Sapta Hendrawan.
Keduanya sudah dihukum penjara dan dipecat dari kesatuan.
Namun, satu terduga pelaku lainnya yakni Letda Yhonrotua Rajagukguk belum dipecat dan masih dibiarkan berdinas, setelah yang bersangkutan melakukan banding.
Baca juga: Ketegasan Jenderal Andika Soal Transparansi Dana Pasokan Senjata TNI dalam Satgas Perdamaian Dunia!
Baca juga: Laksamana Yudo Janji Kejar Purnawirawan TNI yang Backing Bisnis Haram
"Ini Sambo versi TNI. Pelaku bebas berkeliaran dimana-mana. Ini cara pembunuhan yang biadab,” kata Ketua Horas Bangso Batak (HBB) Sumut, Tomson Parapat, saat mendampingi orangtua korban.
Di depan gedung Dilmilti I Medan, orangtua korban menangis tersedu-sedu.
Tiorma Tambun mengatakan dirinya sudah cukup bersabar selama empat tahun ini atas kematian sang anak.
Namun, terduga pelaku lain tidak dipecat dan tidak ditahan.
Bahkan, terduga pelaku lain masih berdinas seperti biasa.
Atas masalah ini, Tiorma Tambunan meminta kepada Panglima TNI untuk mengatensi kasus anaknya yang terkesan dikaburkan para petinggi TNI AD.
Baca juga: Wanita Simpanan Hamil Besar, Perwira Marinir TNI AL Cuma Divonis 5 Bulan, Istri Sah Kecewa Berat
Dalam orasinya, Horas Bangso Batak dan pihak keluarga mendesak Dilmilti I Medan untuk menghukum terduga pelaku lain, yakni Letda Yhonrotua Rajagukguk.
Keluarga dan HBB juga meminta TNI AD, khususnya Kodam I/Bukit Barisan untuk menyeret Mayor Arh Gede Henry Widyastana, mantan Komandan Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai untuk turut diproses hukum.
Baca juga: Oknum TNI AL yang Hamili Selingkuhan Tak Dipecat, Sang Istri Beber Awal Terungkapnya Perselingkuhan
Sebab, menurut keluarga, sebagai atasan, Mayor Arh Gede Henry Widyastana yang sekarang menjabat sebagai Pabandyabinkar Spersdam Kasuari harus pula bertanggungjawab atas kematian Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus.
"Kami menganggap (mereka) itu pantas didakwakan dengan Pasal 338 dan juga Pasal 340 junto Pasal 55 yang ancamannya 15 tahun penjara,” tegas Poltak Silitonga, kuasa hukum keluarga korban.
Baca juga: LBH Medan Merasa Curiga dan Aneh, Dandim 02122/TS Kok Ngurusi Tambang Emas Ilegal
Kronologis kejadian
Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus adalah anak pasangan Kapten Arh Hulman Sitorus dan Tioma Tambunan.
Setelah dinyatakan lulus sebagai anggota TNI, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus kemudian mengikuti pendidikan di Resimen Induk Kodam I/Bukit Barisan di Kota Siantar.
Setelah enam bulan pendidikan di Rindam, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus kemudian dikirim ke Kota Malang, Jawa Timur untuk mengikuti pendidikan Arhanud.
Usai pendidikan di Kota Malang, Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus mendapat penempatan di Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai.
Baca juga: Dandim 0212/Tapanuli Selatan Pastikan Tak Ada Anggota yang Terlibat Tambang Emas Ilegal
Di sinilah korban diduga mendapat penganiayaan dari atasannya.
Setelah diduga dianiaya pada 8 November 2018, keesokan harinya, korban dipaksa menjalani latihan berat.
Saat itu medis sudah menyatakan bahwa kondisi fisik Serda Sahat Wira Anugerah Sitorus dalam keadaan tidak sehat.
Namun, para atasan Serda Sahat tetap memaksa korban terjun latihan.
Bahkan, korban dipaksa masuk ke dalam kanal hingga akhirnya tenggelam.
Baca juga: PENJELASAN Dandim Letkol Amrizal Nasution Soal Isu Pembebasan Paksa Mafia Tambang dari Polres Madina
Baca juga: Kodam Jawab Isu Dandim dan Prajurit TNI Bebaskan Paksa Mafia Tambang Emas Ilegal di Madina
“Sudah dinaikkan ke ambulans, almarhum dipaksa turun dan disuruh ikut kegiatan. Padahal petugas kesehatan sudah mengatakan tidak mampu lagi mengikuti kegiatan saat itu,"
"Bahkan ditenggelamkan ke kanal, sehingga darah masuk ke paru-parunya, juga ada gambut di paru-parunya. Itu semua ada dalam berkas perkara,” kata Poltak Silitonga, kuasa hukum keluarga.
Dalam keadaan tidak berdaya dan tak sadarkan diri, korban lantas dilarikan ke RSUD Dumai.
Pada 10 November 2018, Serda Sahat kemudian dinyatakan meninggal dunia.
Baca juga: Kapolda Sumut Ngacir Ditanya Dugaan Dandim 0212/TS Lepas Paksa Mafia Tambang Emas di Polres Madina
Atas kematian tidak wajar Serda Sahat, keluarga kemudian melapor ke Polisi Militer.
Setelah diusut, hanya tiga orang yang diseret ke Pengadilan Militer Tinggi I Medan.
Dua orang sudah dipecat, satu lagi yang merupakan seorang perwira belum dipecat.
Bahkan, saat melakukan aksi di depan Dilmilti I Medan, keluarga dan kuasa hukum meminta Mayor Arh Gede Henry Widyastana, mantan Komandan Detasemen Arhanud Rudal 004/Dumai ikut diadili dan diberi sanksi tegas.(tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.