Berita Sumut

Upaya Sumut Tekan Biaya Produksi Beras, Sosialisasikan Penggunaan Pupuk Organik ke Petani

Biaya operasional petani dan tingginya harga serta ketersediaan pupuk subsidi sulit didapat menjadi penyebab kenaikan harga beras di pasaran saat ini.

|
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Petani memanen padi di persawahan Desa Pematang Johar, Deliserdang, Sabtu (8/2/2020). Bercocok tanam merupakan mata pencaharian warga setempat, dengan areal seluas 100 hektar. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Biaya operasional petani dan tingginya harga serta ketersediaan pupuk subsidi yang sulit didapat, menjadi penyebab kenaikan harga beras di pasaran.

Direktur Utama PT Dhirga Surya Sumatera Utara, Isfan mengatakan operasional petani menggunakan mesin serta sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi mendorong naiknya harga beras saat ini.

Baca juga: Pekan Depan Beras Bulog Sudah Tersedia di Indomaret dan Alfamart se-Sumut

Sehingga dengan begitu, pihaknya menekan biaya produksi dan akan sosialisasikan penggunaan pupuk organik untuk menekan harga beras.

Ia mengatakan untuk hari ini, Kamis (16/2/2023) harga beli gabah sebesar Rp1.650 per kilogram dengan harga jual beras yang diecer oleh PT Dhirga Surya sebesar Rp12.500 per kg untuk beras kualitas super.

Lanjutnya, sehingga dengan begitu target yang dikerjakan saat ini adalah bagaimana mengurangi biaya produksi.

Meski yang disegerakan adalah pengurangan biaya produksi dengan menggunakan pupuk organik, namun bukan berarti juga memfokuskan ke pembuatan sertifikasi untuk standarisasi organik.

"Yang penting menekan harga, sehingga dengan menggunakan pupuk organik produksi petani tidak turun, biaya yang turun. Nanti akan kita rumuskan pola organiknya. Karena organik yang murni organik, itu kan banyak sektornya dan jadi mahal," ujarnya, Kamis (16/2/2023).

Baca juga: BI Sumut dan Tim Pengendali Inflasi Daerah Panen 8.224 Ton Beras di Serdangbedagai

Ia juga mengatakan PT Dhirga Surya dan Pemerintah Provinsi Sumut saat ini tengah melakukan sampling penerapan pupuk organik ke beberapa kelompok tani yang ada di Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Toba, Kabupaten Serdangbedagai dan Kabupaten Asahan.

"Di musim tanam berikutnya pola itu yang mulai diterapkan penggunaan pupuk organiknya. Di bulan Juni. Sekitar 100-150 hektare yang kita bina. Untuk sekarang kalau kita lihat hasil sampling dari yang menggunakan pupuk organik itu, angka (produksinya) itu biasa melebihi," pungkas Isfan.

(cr9/tribun-medan.com)

 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved