Tembus Pasar Mancanegara, UMKM Keloria Buktikan Dunia tak Selebar Daun Kelor

UMKM Keloria Moringa Jaya memproduksi produk herbal yang dipasarkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga berhasil menembus pasar mancanegara.

TRIBUN MEDAN/TRULY OKTO PURBA
PELAKU UMKM Keloria Moringa Jaya, Syahrani Devi menunjukkan produk-produk herbal berbahan daun kelor yang diproduksi sejak tahun 2018. Produk herbal ini dipasarkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga berhasil menembus pasar mancanegara. 

Seiring berjalannya waktu dan dunia berangsur-angsur pulih darri pandemi, produksi daun kelor kembali bergeliat. Karyawan yang sempat dirumahkan kembali bekerja. Titik ekspor produk Keloria bertambah. Tak hanya di Australia, tetapi juga sudah menembus Malaysia, Singapura, Brunei, Jepang, Jerman, dan Belanda.  “Sepanjang tahun 2022 lalu, kami mengirimkan sekitar 300 kilogram tepung daun kelor ke Australia setiap bulannya,” katanya, bangga.

Syahrani berkeinginan, agar Keloria terus naik kelas sehingga kehadirannya semakin dirasakan masyarakat. Di tahun 2022, ia melihat peluang untuk ikut dalam pengadaan barang/jasa yang diadakan pemerintah melalui LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Tetapi status legal UMKM Keloria yang masih UD tak memenuhi syarat untuk mengikuti pengadaan. Sebaliknya yang dibutuhkan adalah legal perusahaan. Jika UMKM ingin ikut dalam pengadaan, maka harus berbentuk PT Perseorangan.

Syahrani pun mengikuti aturan tersebut. Status legal UMKM diganti dari UD menjadi PT Perseorangan. Selain itu namanya pun diubah dari Keloria Sehat menjadi Keloria Moringa Jaya. UMKM Keloria Moringa Jaya pun terdaftar di LPSE pemerintah.

“Kami ikut pengadaan makanan tambahan untuk pencegahan stunting. Kami berinovasi mengolah tepung daun kelor menjadi cookies (Mori Foodiy) dengan varian cokelat. Sambutan pemerintah sangat baik. Produk cookies ini sudah bekerjasama dengan beberapa pemerintah daerah di Sumatera Utara,” katanya.

Untuk dukungan bahan baku, Keloria Moringa Jaya kini bermitra dengan beberapa kelompok petani yang memiliki pohon kelor. Syahrani mengaku memiliki 20 pokok pohon kelor di belakang rumah, namun itu tidak mencukupi seluruh kebutuhan yang mencapai 500 kilogram daun kelor per bulan. Ketika masuk ke ekspor, bermitra dengan kelompok petani menjadi solusi yang baik.

“Saat ini kami punya mitra kelompok petani di Desa Bandar Labuhan Tanjung Morawa yang menanam 10 ribu pohon. Kelompok petani ini merupakan mitra kerjasama degan kampus UMSU melalui program peningkatakn ekonomi masyarakat dari tanaman kelor. Jadi, UMSU memberikan bibit pohon kelor sesuai luas lahan mereka dan hasil panen dibeli oleh UMKM. Kami juga bermitra dengan petani perorangan di Desa Lengau Seprang Tanjung Morawa. Khusus untuk daun kelor, sudah tercukupi dari mitra petani. Sedangkan untuk biji kelor, saya masih mendatangkan dari luar Sumut karena biji kelor di Sumut belum tersedia,” katanya.

Tekun dan Terus Belajar

Syahrani yang juga menjabat Ketua Perkumpulan Pegiat Kelor Indonesia Sumut ini mengakui, berhasil membawa UMUM Keloria Moringa Jaya (Keloria Sehat) menjadi UMKM yang naik kelas hingga memiliki pasar di mancanegara bukan dilakukan dalam waktu yang singkat. Menurutnya, ketekunan dan keinginan untuk terus belajar menjadi kunci keberhasilan Keloria Moringa Jaya.

Ketekunan Keloria dapat dilihat dari keseriusan dirinya mengurus sertifikat BPOM dan halal. Sedangkan terus belajar diperlihatkan Syahrani dengan rajin mengikuti pelatihan-pelatihan dan membaca jurnal sehingga mampu melakukan inovasi produk yang beragam, tidak hanya kapsul daun kelor.

“Saya melihat banyak UMKM saat ini yang tidak serius. Kalaupun ada pelatihan, mereka menganggap pelatihan tersebut sebatas untuk berkumpul, bukan untuk belajar atau mengupgrade pengetahuan. Pengalaman saya, ada UMKM yang justru tidak terima saya ajak untuk naik kelas seperti melakukan ekspor. Menurutnya, UMKM tidak perlulah ekspor, cukup pasar di dalam negeri saja. Padahal peluang ekspornya terbuka lebar,” kata Syahrani.

Syahrani juga menyarankan agar UMKM memperkuat status legal UMKMnya dengan mengurus izin UD atau PT Perseorangan serta mengurus sertifikat produk. Dengan kejelasan status legal dan sertifikat, produk lebih mudah untuk dipasarkan atau sekadar ikut dipromosikan.

“Selain itu kalau mau ikut pengadaan dari pemerintah, peluangnya sangat terbuka ketika sudah berstatus PT Perseorangan,” jelasnya.

Syahrani menambahkan, meskipun hanya mengolah daun kelor, dirinya berhasil membuktikan bahwa dunia tak selebar daun kelor. Maknanya adalah, meskipun diiringi banyak tantangan dalam mengelola UMKM Keloria, Syahrani tak putus asa. Dengan ketekunan dan terus belajar, Syahrani berhasil membuktikan bahwa, jika dikelola dengan serius, produk buatan UMKM juga bisa berjaya dan menembus pasar mancanegara.

“Saya mengajak semua pelaku UMKM agar tidak putus asa. Dunia memang tak selebar daun kelor. Banyak peluang yang dapat kita raih sepanjang tetap tekun dan terus belajar,” pungkasnya.

Dukungan Jasa Logistik JNE

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved