Pilpres 2024

Antitesis dari Jokowi, Penyebab Merosotnya Elektabilitas Anies Baswedan Menurut Pengamat

Penyebab terus merosotnya elektabilitas bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan diungkap pengamat.

Kolase Tribun Medan/HO
Presiden Jokowi dan Anies Baswedan - Antitesis dari Jokowi, Penyebab Merosotnya Elektabilitas Anies Baswedan Menurut Pengamat 

TRIBUN-MEDAN.com - Penyebab terus merosotnya elektabilitas bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan diungkap pengamat.

Menurut pengamat, merosotnya elektabilitas Anies bukan karena lambannya pengumuman cawapres seperti disebutkan teman dalam koalisinya yakni politisi Partai Demokrtat.

Melainkan, turunnya tingkat ketertarikan masyarakat terhadap Anies masih ada hubungannya dengan Presiden Joko Widodo.

Apalagi Anies selama ini sudah mendapatkan label sebagai antitesis dari Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarata itu mendapat dukungan dari sebagian para pemilih Prabowo Subianto di Pemilu 2019.

"Terutama pemilih Prabowo Subianto merasa kecewa dengan keputusan dari Ketua Umum Partai Gerindra itu bergabung di dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo," kata pengamat politik Bawono Kumoro, dikutip dari Tribunnews.com, Rabu (7/6/2023).

"Seiring dengan hal tersebut kemudian predikat sebagai antitesis dari Joko Widodo terlanjur melekat kuat dalam diri Anies Baswedan," tambah Bawono.

Bawono melanjutkan penjelasannya, jadinya antitesis Jokowi memunculkan dampak negatif kepada tingkat elektoral Anies.

Elektabilitas Anies akan mengalami tekanan ketika approval rating atau tingkat kepuasan masyarakat kepada kinerja Jokowi meningkat.

Survei LSI Denny JA mengungkapkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto tertinggi di Sumatera Utara, dibandingkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Survei LSI Denny JA mengungkapkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto tertinggi di Sumatera Utara, dibandingkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. (HO)

"(Ditambah lagi) Prabowo Subianto perlahan-lahan mampu membuat pemilih-pemilih dia balik kandang sembari menuai simpati para pemilih Joko Widodo di Pemilu 2019 lalu sebagai konsekuensi dari sokongan endorsement Presiden, baik secara tersirat maupun tersurat kepada Prabowo Subianto," beber peneliti lembaga survei Indikator Politik Indonesia ini.

Bawono mengungkap, Anies masih bisa kembali meningkatkan elektabilitasnya jelang Pilpres 2024.

Langkah pertama yang perlu ia lakukan adalah memikat kembali simpati para pemilih dari Jokowi di Pemilu lalu.

"Selain itu kerja-kerja politik partai pendukung juga harus semakin digiatkan."

"Agar para pemilih atau konstituen dari partai-partai pendukung lebih solid dalam memberikan dukungan terhadap anies baswedan sehingga tidak mengalami split ticket voting," imbuh Bawono.

Bawono kemudian menyinggung perihal partai pendukung Anies yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.

Ia menyakini, Partai NasDem, PKS, dan Demokrat belum bulat sepenuhnya mendukung Anies.

"Data survei nasional Indikator Politik periode 26 - 30 Mei menunjukkan, pemilih atau konstituen dari Partai Demokrat menjatuhkan pilihan capres terhadap Anies Baswedan masih sekitar 40 persen saja."

"Jangan sampai koalisi perubahan ini salah melakukan identifikasi masalah. Ibarat rasa gatal di kepala tetapi justru tangan digaruk," tandas Bawono.

Andai Anies Gagal Nyapres

Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan survei bertajuk 'Jika Anies Gagal Tiket Capres'.

Survei itu dilakukan seandainya Anies gagal nyapres lantaran ada masalah di internal partai koalisi pengusungnya.

Dari hasil survei tersebut, jika capres head to head Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, nama Menteri Pertahanan (Menhan) lebih unggul.

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana menyatakan, keterpilihan Prabowo menyentuh 50,4 persen.

"Bila ada dua calon yang bertarung saat ini, Pak Prabowo Subianto unggul sebanyak 50,4 persen dukungan dibanding Pak Ganjar Pranowo yang hanya sebesar 43,2 persen," ujar Ade dalam keterangan tertulis dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (6/6/2023.

Dari angka tersebut, Ade menyebut kalau margin atau jarak keterpilihan Prabowo Subianto terhadap Ganjar memiliki rentang yang cukup besar yakni 7,2 persen.

"Jadi memang cukup tebal marjinnya sebanyak 7,2 persen selisihnya," katanya.

Lebih lanjut kata Ade, perpindahan suara pendukung Anies Baswedan yang jika dikatakan gagal nyapres lantaran ada masalah internal partai koalisi digadang menjadi salah satu efek melesatnya elektabilitas Prabowo.

Ade menyebut, mayoritas pendukung Anies, yakni sebanyak 50,8 persen akan memilih Prabowo karena meyakini Menhan tersebut dapat melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Sedangkan migrasi suara Anies ke Pak Ganjar Pranowo ini hanya 25,4 persen," jelasnya.

Tak hanya itu, Ade juga menyampaikan surveinya tentang segmen masyarakat yang memberikan dukungan kepada kedua nama itu dalam laga Pilpres 2024.

Hasilnya, sebanyak 56,4 persen masyarakat dengan pendidikan dibawah sekolah dasar lebih memilih Prabowo ketimbang Ganjar yang hanya memperoleh 37,1 persen dukungan.

Sebagai informasi, survei ini digelar dalam periode 3-14 Mei 2023.

Adapun responden yang dilibatkan yakni 1.200 orang dari seluruh Indonesia, survei ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.

(*/ Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved