Hewan Penyebar Rabies
Hewan Penyebar Rabies di Deliserdang Ada 17.000 Ekor, Pemerintah Malah Kekurangan Vaksin
Jumlah hewan penyebar rabies di Kabupaten Deliserdang jumlahnya tembus hingga 17.000 ekor. Sementara vaksinnya kurang
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM,DELISERDANG- Dinas Pertanian Kabupaten Deliserdang mecatat, ada 17.000 ekor hewan penyebar rabies yang tersebar di wilayahnya.
Dari data yang ada, hewan penyebar rabies paling tinggi itu ada di Kecamatan Pancurbatu, dan Kecamatan Sibolangit.
"Populasi HPR kita itu mencapai 17 ribu ekor. Sementara dosis yang kita punya cuma 10 ribu," kata Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Deliserdang, Refly Sofyan Siregar, Senin (24/7/2023).
Ia mengatakan, untuk 5.000 dosis vaksin milik Pemkab Deliserdang.
Baca juga: Januari - Juli Tercatat 3.888 GHPR, Warga Diminta Suntik Vaksin Rabies Hewan Peliharaan
Sementara itu, 5.000 lainnya milik Kementerian Pertanian melalui dinas di Provinsi Sumut.
Refly menjelaskan, Dinas Pertanian menjadi pihak yang bertanggungjawab atas masalah rabies.
Sementara untuk kasus gigitan hewan penyebar rabies, itu kewenangan Dinas Kesehatan.
Saat ini, vaksinasi terus dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus rabies.
"Sekarang vaksinasi bertahap terus kita lakukan. Makanya sekarang ini dosis vaksin 10 ribu itu juga sudah mulai habis," kata Refly.
Baca juga: Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Meningkat, Dinas Ketapang Lakukan Vaksinasi di Kecamatan Amplas
Ia menerangkan, saat ini petugas pusat kesehatan hewan (Puskeswan) mulai bergerak ke tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Deliserdang.
"Kita punya dua Puskeswan di Lubukpakam dan Pancurbatu. Mereka lah yang turun ke rumah-rumah. Satu Puskeswan melingkupi wilayah 11 Kecamatan," kata Refly.
Refly menjelaskan, untuk sasaran ketika petugas datang, tetap HPR seperti anjing, monyet maupun kucing.
Ia mengakui, jika sebelum masa Covid-19, penanganan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan vaksinasi massal.
Hal itu dilakukan selama satu tahun sekali di Kabupaten Deliserdang.
Baca juga: Puluhan Anjing di Siantar Mulai Disuntik Vaksin Rabies, Dinas Terkait Keluarkan Surat Edaran
"Mulai dari tahun 2020 atau sejak covid tepatnya, karena keterbatasan dana sampai saat ini vaksinasi massal tidak kita lakukan lagi. Makanya itu sekarang dilakukan bertahap. SDM kita juga kan kurang seperti dokter hewan dan paramedik. Contoh dari kecamatan ini dulu baru setelah itu kelompok ini pindah ke kecamatan lain," ucap Refly.
Ia menambahkan, sebelum tahun 2020, kegiatan vaksin massal berjalan karena petugas vaksinator juga diambil dari bidang lain.
Bukan hanya dari bidang peternakan saja namun juga PPL saat itu juga dilibatkan mengingat juga punya skil sebagai vaksinator.
Karena biaya operasionalnya masih ada jadi seluruhnya bisa digunakan sampai 100 orang lebih.
Baca juga: DIGIGIT Anjing Kesayangannya, Bocah Meninggal karena Rabies, Viral Video Ketakutan Saat Minum Air
"Jadi setiap kecamatan langsung bergerak gak bertahap lagi tapi itu dulu. Kalau sekarang kita mengharapkan ada pro aktif dari pemilik anjing contohnya. Kadang-kadang kita datang ke desa itu dari rumah ke rumah nggak ada yang pegang anjingnya. Harusnya dia pegang anjingnya dan dibawa diserahkannya ke kita supaya divaksinasi," kata Refly.
Kasus lain juga disebut kadang ada warga yang memang tidak mau anjingnya divaksin.
Disebut anjing dipelihara untuk berburu sehingga dianggap ketika divaksin akan menjadi lemah.
Meski telah disampaikan itu adalah mitos namun banyak juga yang disebut nggak mau kalau anjingnya divaksin. (dra/tribun-medan.com).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.