Berita Viral
Sosok Lukas Kolo Guru PPPK Tak Pernah Digaji Selama 10 Tahun Mengajar, Tinggal di Perpus Demi Hemat
Inilah sosok Lukas Kolo (37), guru di SMP Negeri Wini NTT yang sudah 10 tahun mengajar tapi tak pernah digaji
Dia mengaku harus membuat alat peraga karena tak memiliki lab bahasa.
Baca juga: SOSOK Briptu Yusri Adhy, Polisi Izinkan Bocah Temani Ibunya Dipenjara, Ikhlas Bila Ditegur
Baca juga: Sosok Bidan Dwi Yunita, Tewaskan Bayi Prematur 1,5 Kg Demi Konten, Dimandikan Selama 1,5 Jam
“Sejauh ini, kami hanya bisa pakai alat peraga. Kami kreatif sendiri untuk membuat gambar atau poster. Kami sediakan dan kami paparkan agar mereka tahu tentang apa,” tuturnya.
Saat praktik listening atau praktik mendengarkan percakapan Bahasa Inggris, sang guru bernama Frederikus menggunakan speaker atau pengeras suara kecil yang disambungkan ke ponsel.
Frederikus mengungkapkan bahwa SMP Negeri Wini tak memiliki proyektor untuk mengajar.
Bahkan terkadang dirinya meminjam proyektor ke SD Katolik Wini yang tak jauh dari sekolahnya.
“Kami kadang kalau mau pakai Infocus (merek proyektor) harus pinjam dari SD Katolik Wini. Karena kan mereka ada. Kalau ada pertemuan orang tua dan urgent, ya harus pinjam,” ujar Frederikus.
Di sisi lain, setiap guru harus membeli buku referensi tambahan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa.
“(Kalau ada tambahan belajar, guru) harus beli. Terkadang, buku referensinya disiapkan oleh guru, lalu mereka fotokopi,” ucap Guru Bahasa Indonesia, Aryance Paulina Thake Kolo.
Baca juga: PENYEBAB Utama Marshel Widianto Diboikot Sejumlah TV, Sang Komika Akui Kesalahannya
Baca juga: PENGAKUAN Guru Ngaji yang Cabuli 20 Anak di Semarang: Saya Suka Anak Kecil, Tapi Kebablasan
Lukas pun meminta Pemerintah Indonesia memperhatikan tenaga pengajar di pelosok negeri yang jauh dari kata sejahtera.
Apalagi di wilayah perbatasan banyak tenaga guru honorer.
“Karena di sini banyak guru honorer. Tentunya pemerintah harus membuka mata. Karena, tanpa guru, dunia bisa mati. Guru yang bisa mencerdaskan bangsa,” katanya.
“Kebutuhan sangat menuntut, tapi pemerintah kurang memperhatikan, itu kendala kami di situ. Jadi, kami mohon supaya, untuk ke depan, perhatikan guru,” ucap Lukas melanjutkan.
Serupa dengan Lukas, Frederikus berharap pemerintah lebih memperhatikan tenaga pendidik.
“Anak bangsa ini perlu dididik. Tapi, bagaimana dengan kami yang pendidik? Itu yang perlu diperhatikan oleh pemerintah,” ujarnya.
Terlepas dari hal tersebut, ia berharap agar siswanya yang lulus bisa melanjutkan ke jenjang tinggi dan tidak kalah saing dengan anak yang bersekolah di kota.
(*/TRIBUN-MEDAN.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.