Pilpres 2024

Perolehan Suara Prabowo-Gibran Capai 58,47 Persen, Tapi Gerindra di Urutan Ketiga, Mengapa?

Namun, tingginya perolehan suara Prabowo-Gibran tersebut tak sejalan dengan perolehan suara Partai Gerindra, partai pimpinan Prabowo.

|
Editor: Liska Rahayu
Tribun Jabar
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat kampanye 

"Saya tidak melihat sebagai suatu anomali. Kalau dikatakan anomali, kalau presidennya dengan partainya dalam proporsi yang sama, lah ini kan partainya turun juga, kecuali kalau partainya naik, calonnya turun, itu anomali," kata Bestian kepada Kompas.com, Kamis (15/2/2024).

Bestian menuturkan, perbandingan suara antara PDI-P dan Ganjar pun berada di kisaran yang sama sehingga tak bisa disebut sebagai anomali.

"(Misal) PDI-P menang sampai sekian puluh persen, 50 persen, kemudian tiba-tiba capres yang diusungnya tidak 50 persen, tidak menang, itu anomali. Ini kan 16-17 persen, sementara capres yg diusungnya tuh segitu-segitu juga," ujar dia.

Bestian melanjutkan, hasil hitung cepat ini justru menunjukkan bahwa PDI-P dan Ganjar sama-sama didukung oleh pemilih yang identik.

"Tokoh ini, calon ini yg diusung aprtai ini memang tidak punya pendukung, pendukungnya adalah pendukung partai itu yang identik dengan pendukungnya," kata Bestian.

Di samping itu, Bestian menjelaskan mengapa PDI-P masih mendapatkan suara terbanyak meski calon presiden yang diusungnya berada di posisi buncit.

Menurut dia, PDI-P masih dapat bertahan karena didukung oleh kelompok yang ideologis, sedangkan kelompok pemilih Ganjar tergerus akibat arah dukungan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya identik dengan PDI-P.

Selain itu, ia menilai, masyarakat juga mempertimbangkan calon anggota legislatif yang ditawarkan oleh partai politik, tidak sekadar melihat siapa yang diusung sebagai presiden.

"Presiden kayak semacam payung, sosok, tapi di bawah itu kan sosok-sosok juga yg ada dalam partai itu, banyak yg semuanya punya pendukung, itu yg saya rasa menjaga kekuatan ya, salah satu yg menjaga loyalitas," kata Bestian.

"Jadi dia paling tidak sudah memisahkan antara pilihan terhadap presidennya oke dia bisa bernegosiasi di situ, tapi pilihan kepada partai, saya bernegosiasinya dengan caleg-caleg," imbuh dia.

Sebelumnya, Ganjar menilai ada anomali dalam hasil hitung cepat sementara antara Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) 2024.

Sebab, perolehan suara Ganjar-Mahfud MD rendah di sejumlah wilayah basis massa PDI-P, tetapi PDI-P unggul secara nasional, termasuk di wilayah-wilayah kandang banteng, dalam perhitungan pileg.

Daerah yang ia maksud, antara lain, Jawa Tengah, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur yang dimenangkan pasangan Prabowo-Gibran.

"Hasil dari quick count, perolehan PDI-P, saya kira masih tinggi ya, kalau enggak salah masih nomor satu ya. Agak anomali dengan suara saya," kata Ganjar saat ditemui di Gedung High End, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024).

Ganjar menambahkan, pihaknya kini tengah menyelidiki penyebab anomali tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved