Simalungun

Kuota Pupuk Bersubsidi di Simalungun Tahun 2024 Berkurang Drastis, Ini Kata Dinas Pertanian

Kuota pupuk bersubsidi di Kabupaten Simalungun tahun 2024 terealisasi jauh dari harapan Pemerintah Kabupaten Simalungun dibanding tahun 2023.

Penulis: Alija Magribi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
Petani di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun. 

TRIBUN-MEDAN.com, RAYA - Kuota pupuk bersubsidi di Kabupaten Simalungun tahun 2024 terealisasi jauh dari harapan Pemerintah Kabupaten Simalungun dibanding tahun 2023. Adapun angkanya, pupuk 21.975, 972 ton pada tahun lalu kini hanya 13.301 ton.

Selain pupuk urea, kuota pupuk lainnya yang menurun adalah NPK yang tahun lalu sebesar 15.315,809 ton kini 10.257 ton. Terakhir adalah Pupuk NPK Formula sebesar 161,1 ton kini 17,07 ton.

Terkait distribusi pupuk ini, Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun Mudianto, menyampaikan bahwa pihaknya akan mendistribusikan pupuk kepada petani melalui kelompok tani.

"Ada 9 komoditi dengan 3 golongan yang berhak menerima pupuk bersubsidi, diantaranya, tanaman pangan, tanaman hortikultura, serta perkebunan," ujar Mudianto saat dikonfirmasi Senin (4/3/24).

Lebih lanjut, jenis tanaman pangan yang mendapat pupuk subsidi adalah, padi, jagung, serta kedelai. Sementara untuk tanaman hortikultura, cabe merah, bawang putih, dan bawang merah.

Kelompok Tami Penerima pupuk bersubsidi sedangkan dari kalangan perkebunan adalah, kakao, tepung rakyat, dan kopi.

Minimnya kuota pupuk bersubsidi di Simalungun masih terus dirasakan sejumlah petani.

T Silalahi yang merupakan petani asal Sidamanik mengatakan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi sudah dirasakan sejak dulu kala. Selain langkanya pupuk bersubsidi, harga di kios juga seakan mencekik leher.

"Namanya bekerja sebagai petani, kebutuhan utama yang harus didapatkan ya pupuk, agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Kalau mendapatkan pupuk saja sulit, bagaimana petani bisa produktif untuk memenuhi ketahanan pangan nasional," keluhnya.

Keluhan-keluhan itu juga disampaikan petani di Siborna yang mengaku selalu kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi dari kios yang menjadi tempat pengambilan pupuk sesuai RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani) yang telah diberikan masyarakat.

"Iya, sekalinya ada harganya udah tinggi. Makanya kayak mana mengakali ini," kata T Silalahi.

(ali/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved