Inilah 3 Konglomerat Asal Sumut, Dulu Pernah Jadi Loper Koran, Ada yang Sempat Putus Sekolah

Dalam daftar Forbes Real Time Billionaires, ada beberapa sosok asal Sumatra Utara (Sumut) yang dianggap tajir melintir.

Editor: Juang Naibaho
Kolase Tribun Medan/HO
Tiga konglomerat asal Sumut versi Forbes per Juli 2024, Bachtiar Karim, Martua Sitorus, dan Sukanto Tanoto. 

Produk Wilmar antara lain, minyak goreng Sania, minyak goreng Fortune, minyak goreng Sovia, tepung terigu Sania.

Selain bisnis di bidang minyak kelapa sawit, Martua Sitorus juga membangun perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan bernama PT Murni Sadar pada tahun 2010.

PT Murni Sadar membawahi beberapa rumah sakit, antara lain Rumah Sakit Murni Teguh di Medan.

Martua Sitorus terus melebarkan sayap bisnisnya. Ia mendirikan bisnis PT Cemindo Gemilang yang berfokus pada produksi dan distribusi semen dengan nama produk Semen Merah Putih.

Martua Sitorus juga memiliki perusahaan yang bergerak pada bidang properti yang dia bangun bersama kakaknya, Ganda Sitorus.

Bisnis property ini benama Gamaland, yang membawahi beberapa property seperti, Gama Tower, Apertement Pulo Gadung,dan masih banyak yang lain.

Properti dari perusahaan ini tersebar di Inggris, Bandung, Bekasi, Cilegon, Medan, Bali, dan Pekanbaru.

Dengan segala bisnis yang dimilikinya, Martua Sitorus tercatat memiliki kekayaan USD 3,4 miliar atau setara Rp 54,9 triliun.

Ia tercatat menduduki urutan ke-18 orang terkaya di Indonesia versi Forbes per 1 Juli 2024.

2. Sukanto Tanoto

Sukanto Tanoto, Miliarder Asal Medan yang Beli Rumah dan Mal Mewah di Singapura
Sukanto Tanoto, Miliarder Asal Medan yang Beli Rumah dan Mal Mewah di Singapura (KOLASE/TRIBUN MEDAN)

Posisi kedua taipan asal Sumut diduduki oleh Sukanto Tanoto.

Ia merupakan pengusaha kayu sekaligus pemasok peralatan dan kebutuhan bagi perusahaan minyak milik negara atau Pertamina.

Sukanto lahir pada 25 Desember 1949 di Belawan, Kota Medan.

Ayahnya seorang imigran dari China. Fakta menariknya ialah, Sukanto Tanoto sempat putus sekolah pada zaman Orde Baru.

Dia tidak dapat melanjutkan ke sekolah nasional karena sang ayah masih berkewarganegaraan China.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved