Berita Viral
FAKTA BARU Kematian Aulia Risma Lestari, Diperas Rp 40 Juta Per Bulan Sejak Semester I Tahun 2022
Fakta Baru Kematian Mahasiswi PPDS Anestesi Undip Aulia Risma Lestari, Diperas Rp 40 Juta Per Bulan Sejak Semester I Tahun 2022.
Fakta Baru Kematian Mahasiswi PPDS Anestesi Undip Aulia Risma Lestari, Diperas Rp 40 Juta Per Bulan Sejak Semester I Tahun 2022. Kini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Dinonaktifkan dari Jabatannya sebagai Dokter Spesialis Onkologi di RSUP dr Kariadi Semarang.
TRIBUN-MEDAN.COM - Oknum-oknum senior diduga meminta uang di luar biaya pendidikan resmi kepada mahasiswi PPDS Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari.
"Permintaan uang ini berkisar antara Rp 20 juta–Rp 40 juta per bulan," ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam keterangannya dikutip Senin (2/9/2024).
Syahril mengatakan, berdasarkan kesaksian, permintaan ini berlangsung sejak almarhumah masih di semester 1 pendidikan atau di sekitar Juli hingga November 2022.
Aulia Risma ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya dan juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik.
Kebutuhan non-akademik itu meliputi membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya.
"Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu," kata Syahril.
Syahril menyebut bukti dan kesaksian akan adanya permintaan uang di luar biaya pendidikan ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk dapat diproses lebih lanjut.
"Investigasi terkait dugaan bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian," kata dia.
Hentikan sementara PPDS anastesi Undip
Terkait dengan penghentian sementara PPDS anastesi Undip berpraktik di RS Kariadi sejak 14 Agustus 2024, kata dia, Kemenkes mengambil kebijakan tersebut antara lain karena adanya dugaan upaya perintangan dari individu-individu tertentu terhadap proses investigasi oleh Kemenkes.
Dr. dr. Yan Wisnu Prajoko, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) telah dinonaktifkan sementara dari jabatannya sebagai dokter spesialis onkologi di RSUP dr Kariadi Semarang.
Keputusan itu tertuang dalam surat nomor KP.04.06/D.X/7465/2024 perihal penghentian sementara aktivitas klinis yang ditujukan kepada Dr dr Yan Wisnu Prajoko, M.Kes, Sp.B, Supsp.Onk(K).
Surat tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama RSUP Dr Kariadi, dr Agus Akhmadi, M.Kes pada 28 Agustus 2024.
Penonaktifan Yan Wisnu Prajoko ini buntut dari kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa S2 Undip yang dirundung seniornya di RSUP Kariadi. Korban sedang menempuh program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip.
Aulia ditemukan tewas di kosnya. Dalam penyelidikan polisi ditemukan curhatan Aulia yang sering dirundung seniornya. Bahkan dia diperas hingga Rp 40 juta per bulan untuk membiayai kebutuhan senior di luar kampus. Fakta ini menyakitkan keluarga korban.
Yan Wisnu Prajoko Dibela Undip
Sementara, Wakil Rektor IV Undip Wijayanto menyayangkan pemberhentian itu karena investigasi oleh polisi belum usai. Apalagi, pembelajaran di PPDS juga diberhentikan sementara sejak 14 Agustus 2024.
Hal ini dinilai tergesa-gesa dan merugikan masyarakat yang menjadi pasien maupun mahasiswa PPDS yang menjalani praktik di RSUP Kariadi.
"Penutupan program studi itu tidak hanya merugikan 80-an para mahasiswa PPDS lainnya. Namun juga masyarakat yang mesti panjang mengantre karena kelangkaan dokter di RS Karyadi," ungkap Wijayanto melalui keterangannya, Minggu (1/9/2024).
Menurutnya, pemberhentian oleh direktur rumah sakit itu dilakukan karena direktur mendapat tekanan dari kementerian kesehatan untuk mengeluarkan keputusan itu. Padahal, dia menyebut jam kerja yang overload itu adalah kebijakan rumah sakit yang merupakan ranah kebijakan Kementerian Kesehatan.
"Seorang residen, julukan untuk mahasiswa PPDS yang praktik di RS, mesti kerja lebih dari 80 jam seminggu. Tidur hanya 2-3 jam setiap hari. Kadang mesti bekerja hingga 24 jam alias sama sekali tidak tidur," ungkapnya.
Dia melihat peristiwa ini ibarat puncak gunung es. Undip mendorong agar investigasi dilakukan secara tuntas. Sehingga akar struktural dan sistemik dari keadaan ini dapat menjadi modal pembenahan ke depan.
"Undip sangat terbuka dengan hasil investigasi dari pihak luar, baik itu kepolisian maupun Kemenkes. Jika memang terbukti ada perundungan, hukuman untuk pelakukanya jelas dan tegas, drop out," tegasnya.
Terpisah, Guru Besar Bidang Hukum Acara Pidana Fakultas Hukum (FH) Universitas Jenderal Soedirman, Prof Hibnu Nugroho, turut menyayangkan penghentian sementara Dekan FK Undip oleh pihak RSUP Dr Kariadi. Menurutnya, surat penghentian sementara itu harus berdasarkan penelitian internal serta mekanisme evaluasi yang melibatkan semua pihak terkait.
"Tidak bisa ujuk-ujuk. Harusnya ada klarifikasi terlebih dahulu. Kalau ini namanya otoriter dan itu harus dilawan," kata Hibnu, Minggu (1/9/2024).
Sementara itu, dia menilai persoalan penyebab wafatnya mahasiswi PPDS Undip, dr ARL menjadi kewenangan pihak kepolisian karena persoalan itu masuk pada ranah pidana. Sedangkan Kemenkes, hanya memiliki kapasitas administrasi. "Jadi tidak bisa melakukan justifikasi melalui media," katanya.
Hibnu juga meminta semua civitas akademika dapat memerangi praktik perundungan. Untuk itu perlu ada evaluasi dalam upaya melakukan perbaikan.
"Kalau betul itu (perundungan) terjadi maka harus ada perbaikan. Tapi ketika belum cukup bukti maka jangan terlalu dini untuk menggiring opini terjadi perundungan, apalagi sampai dugaan bunuh diri," katanya.
Profil Yan Wisnu Prajoko
Dr. dr. Yan Wisnu Prajoko, M.Kes., Sp.B.Subsp.-onk (K) merupakan memimpin Fakultas Kedokteran (FK) atau dikenal juga sebagai Dekan FK Undip (Universitas Diponegoro).
Ia menjabat untuk periode 2024-2029.
Pengangkatan Yan Wisnu Prajoko sebagai Dekan FK ini dilakukan secara resmi oleh Rektor Undip Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum,.
Upacara Pelantikan berlangsung pada 15 Januari 2024 di Gedung Prof. Sudarto S.H., Kampus Undip Tembalang.
Adapun Dr. dr. Yan Wisnu Prajoko ini dilantik sebagai Pemimpin atau Dekan FK Undip untuk menggantikan posisi Prof. Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes., Sp.S(K) yang sebelumnya sudah menjabat selama satu periode.
Yan Wisnu Prajoko ini merupakan Dokter Spesialis Bedah dengan Subspesialis Bedah Onkologi yang mana secara khusus mendiagnosis, menangani serta melakukan prosedur pembedahan pada penyakit kanker
Sang Ayah Susul Aulia ke Akhirat
Kepedihan kembali dirasakan oleh ibunda dari dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Undip yang diduga jadi korban bully dari seniornya.
Ibunda dokter Aulia Risma Lestari harus kembali merasakan kehilangan setelah sang putri kesayangan pergi untuk selamanya.
Kini, suami tercinta atau ayah dari dokter Aulia menyusul putrinya meninggal dunia karena penyakit yang diderita setelah mendapat perawatan di rumah sakit.
Sang ayah dari almarhumah Aulia Risma Lestari, Moh Fakhruri, meninggal dunia pasca 16 hari penguburan Aulia.
Moh Fakhruri sempat masuk rumah sakit karena drop akibat memikirkan nasib putrinya, Aulia Risma Lestari, meninggal dunia karena dugaan perundungan.
Setelah ayah dari Aulia Risma Lestari, meninggal dunia, menyusul sang putri tercintanya itu, beredar voice note dokter Risma.
Pesan suara atau voice note dokter Risma kepada ayahandanya Moh Fakhruri terungkap ke publik.
Voice note yang berisi percakapan dokter Risma dengan ayahnya itu dilakukan saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Undip.
voice note tersebut menggambarkan dugaan perundungan yang terjadi di PPDS Anestesi Undip
Voice note yang berisi rekaman suara curhatan mendiang dr Risma Aulia Lestari itu muncul di saat ayahandanya meninggal dunia tepat di hari Selasa (27/8/2024).
Almarhumah Aulia Risma Lestari menderita kesakitan yang sangat akut akibat punggungnya mengalami kecetit.
Kecetit adalah kondisi punggung kecetit, atau dalam istilah medis merupakan kondisi yang disebut HNP atau hernia nucleus pulposus, kondisi ketika ada salah satu struktur tulang belakang yang keluar dari posisi aslinya, dan menekan saraf tulang belakang sehingga menimbulkan nyeri.
Dalam rekaman suara atau voice note itu terungkap, almarhumah bahkan untuk sekedar beranjak dari tempat tidurnya di kosan untuk membeli air minum saja tidak mampu dia lakukan.
Aulia musti meminta tolong kepada salah seorang pesuruh atau Costumer Service (CS).
Rekaman suara itu bahkan telah diserahkan pihak kuasa hukum keluarga kepasa pihak investigasi Kemenkes demi penyelidikan lebih lanjut.
Berikut rekaman lengkap voice note (vn) antara dr Aulia dengan ayahnya:
“Ngga pak, aku tu pak, tiap pulang badanku tu pak, sakit semua. Kakiku tu kapalan. Iya mandi itu aku juga jarang, aku pulang itu mending milih makan banyak pak. Dari pada mandi.
Terus, apa namanya, e, mau (suara amarhumah terbatuk-batuk) biasanya aku baruk kan biasanya ngga bisa minum obat. Kalau diterusin batuknya ilang sendiri. Ini udah mendingan. Batuknya tinggal dikit.
Tiap bangun tidur aku itu pak, badannya sakit semua, punggungnya sakit pak. Banhun harus pelan-pelan. Kalau ngga pelan-pelan ngga bisa bangun.
Aku aja tadi mau minum susah. Di bangsal tadi kan minumnya habis kan. Terus aku minta tolong CS (Costumer Service) terus aku kasih 50 ribu (rupiah).
Aku minta nitip minum, buat dia beliin minum, kan aku ngga bole ke mini market, ga bole ke kantin sama sekali tho.
Terus kembaliannya aku kasihkan dia tho, dikasih 30 ribu aja dia seneng banget lo. Bener bener ya pak, di sini tu, program kerjanya panjang-panjang.
Aku tanya temen yang di UNS 24 jam pak (panjang programnya),” bunyi voice not tersebut.
Mengutip dari akun Narasi dan Instagram Najwa Shihab @najwashihab, Selasa (27/8/2024), dinarasikan bahwa rekaman suara dr Aulia Risma tersebut menyiratkan adanya perundungan.
Selain itu, diduga ada pula pemerasan dan eksploitasi yang dilakukan dokter senior di Undip. Korban diduga dipaksa kerja rodi di Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang.
Sebelumnya, pihak Undip membantah adanya perundungan yang diduga menyebabkan dr Aulia nekat bunuh diri.
Rektor Undip Prof Dr Suharnomo SE, M.Si menyampaikan bahwa korban selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun, korban disebut mempunyai problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh.
"Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan."
Terkait problem kesehatan korban, pihak Undip mengeklaim telah memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan.
"Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga almarhumah mengurungkan niat tersebut."
Jatuh Sakit Seusai Pemakaman dr Aulia Risma, Kini Sang Ayah Susul Kepergian Putrinya
Moh Fakhruri ayah dr Aulia Risma Lestari meninggal dunia pasca 16 hari kepergian sang putri.
Moh Fakhruri meninggal dunia pada hari Selasa, (27/8/2024) di RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pukul 1.30 WIB.
Kabarnya, Moh Fakhruri akan dimakamkan berdampingan dengan makam dr Aulia Risma Lestari di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panggung Kota Tegal, sekira pukul 13.00 WIB.
Adapun penyebab ayah dr Aulia Risma meninggal dunia adalah karena sakit. Hal ini diungkapkan oleh adik almarhum Moh Fakhruri, Miftahudin.
"Saya sangat kehilangan, karena beliau kakak pertama yang begitu merangkul adik-adiknya," katanya.
Sebelumnya, Moh Fakhruri dikabarkan jatuh sakit usai pemakaman sang buah hati, dr Aulia Risma pada Selasa (13/8/2024).
Kondisi ayah dr Aulia Risma tersebut diungkapkan oleh kuasa hukum keluarga, Susyanto SH MH.
Ia mengungkapkan, Moh Fakhruri masuk ICU di RSUD Kardinah Tegal setelah jenazah dr Aulia dimakamkan.
Kasus meninggalnya dr Aulia Risma ini menyita perhatian publik, hingga Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin ambil sikap.
Ia diketahui menjenguk ayah dr Aulia Risma yang sakit pada Minggu (18/8/2024).
Kuasa hukum, Susyanto SH MH mengatakan, keluarga tiba-tiba mendapat kunjungan secara langsung dari Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, sekira pukul 14.00 WIB.
Dia hadir bercengkerama layaknya mengunjungi orang sakit dan menanyakan keluhan ayah almarhumah.
"Alhamdulillah bapak menteri langsung merespon. Bapak almarhumah langsung dirujuk ke RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan difasilitasi olej Kemenkes RI. Pukul 19.00 langsung dirujuk kesana," katanya kepada wartawan.
Susyanto mengatakan, ayah dari almarhumah masuk ke rumah sakit setelah jenazah almarhumah dimakamkan hari selasa, pukul 14.00 WIB. Malamnya sakit dan langsung dibawa ke RSUD Kardinah.
"Bapaknya masuk rumah sakit karena kepikiran dan memang punya riwayat penyakit dalam. Bapaknya sakit penyakit dalam. Dirawat sejak kematian almarhumah. Setelah dimakamkan, malamnya sakit. Iya karena kepikiran," jelasnya.
Penjelasan Menkes
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan ayah dari Aulia Risma Lestari, mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi diduga korban bullying, meninggal dunia. Ia menyampaikan, ayah Aulia masuk rumah sakit setelah kematian putrinya.
"Yang wafat adalah bapaknya. Dia masuknya ke rumah sakit memang sesudah kematian putrinya. Sudah, lah, enggak enak kita ngomonginnya," kata Budi di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2024).
Budi mengaku sempat mengunjungi keluarga korban di Tegal, Jawa Tengah, usai mendengar dugaan bullying. Saat itu, ia melihat kondisi keluarga korban, termasuk kondisi ayah korban yang memburuk dan harus dirujuk ke rumah sakit.
Budi bilang, saat itu pilihannya dirujuk ke RS Kariadi, RS tempat Aulia berpraktik. Namun, karena masalah dugaan bullying ini, Budi memutuskan menawarkan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
"Jadi waktu saya pulang langsung bapaknya dibawa ke RSCM. Jadi mereka sudah ada di RSCM sekitar tiga hari karena memang kondisinya berat. Jadi tadi malam sekitar jam 01.00 WIB wafat," tutur dia.
Selain bertemu keluarga, kunjungannya ke rumah korban juga menemukan sejumlah informasi berupa bukti chat WhatsApp perundungan. Ia pun meminta bukti-bukti itu didokumentasikan dan diserahkan kepada pihak kepolisian.
"Saya minta didokumentasikan biar polisi yang menyelidiki. Sudah, sudah. Diary, Whatsapp, chat, banyak sekali. Itu nanti bisa tanya polisi (apakah terbukti korban bullying atau tidak)," ucap Budi.
Sebelumnya diberitakan, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ditemukan tewas di kamar kosnya, Senin (12/8/2024) malam.
Polisi menyebutkan, korban, Aulia Risma Lestari, tewas usai menyuntikkan diduga obat penenang ke tubuhnya sendiri.
Warga asli Kota Tegal itu ditemukan meninggal pada Senin (12/8/2024) sekitar pukul 22.00 WIB di kamar kos yang berlokasi di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Benar bunuh diri, yang bersangkutan menyuntikkan obat ke badannya sendiri," ujar Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena melalui pesan singkat, Rabu (14/8/2024).
(*/ Tribun-medan.com)
Aulia Risma Lestari
Mahasiswi PPDS Undip
senior bully junior
Aulia Risma Lestari Diperas Rp 40 Juta Per Bulan
Yan Wisnu Prajoko
| PENGAKUAN Ammar Zoni Dapat Pesan WA Misterius, Tawarkan Hentikan Kasus Tapi Bayar Rp 300 Juta |
|
|---|
| SATU Tahun Prabowo-Gibran, Aliansi Mahasiswa Nusantara Sorot Kebijakan dan Harapan Program ke Depan |
|
|---|
| RELAWAN MBG Geruduk Dapur SPPG, Kesal Gaji Dipotong Rp 130 Ribu Jadi Rp 100 Ribu, Lembur Tak Cair |
|
|---|
| ALASAN Fideli Amin Bunuh dan Bakar Istrinya di Ladang Tebu: Cekcok dan Sering Ditolak Berhubungan |
|
|---|
| PEMILIK Bakso Babi Ogah Pasang Spanduk Non Halal Takut Omzet Turun, Warga Kesal Langsung Bikin Aksi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.