Sumut Terkini

Menyelami Tradisi Penenun Tumtuman di Bustak Nabirong, Warisan Leluhur hingga Pemberdayaan Ekonomi

Di desa ini, sebagian besar penduduknya masih aktif menggeluti seni tenun tradisional yang dikenal dengan nama Tumtuman.

TRIBUN MEDAN/RISYA
Tiurma Siagian (38) seorang penenun asal Bustak Nabirong, Desa Banua Huta, Kecamatan Sigumpar, Kabupaten Toba sedang menenun kain Tumtuman yang menjadi mata pencahariannya. Dari hasil tenun ini, Tiurma mampu menghidupi keluarganya hingga sang anak meraih gelar sarjana. 

“Kami menenun Tumtuman ini, bisa menambah pencaharian suami kami. Kami dapat duit untuk anak sekolah, belanja, dan keperluan lainnya,” ungkap Rosita.

Tidak hanya itu, keberadaan pemerintah pun turut mendukung para penenun di Bustak Nabirong, seperti yang disampaikan Rosita mengenai bantuan yang mereka terima.

"Kami sangat bangga melihat pemerintah karena permohonan kami dipenuhi. Kami mendapatkan alat tenun sepasang setiap orang dan benangnya juga diberikan jika kita membuat proposal,” lanjutnya.

Di samping itu, Rosita juga mengajak orang-orang yang tertarik untuk datang melihat langsung proses pembuatan tenun di desanya.

“Bagi orang-orang yang mau melihat proses kami bertenun, bisa datang ke kampung kami ini. Kami juga menerima pesanan, jika ada yang berminat bisa memesan langsung ke kami,” kata Rosita.

Saat ditemui bersama sang ibu, Nanianti Hasibuan (29) mengungkapkan, bertenun adalah bagian dari kehidupannya sejak usia 15 tahun.

Kini, ia terus menjalankan pekerjaan ini sebagai sumber kehidupan, dan juga menghidupkan tradisi yang telah ada di keluarganya.

Seperti ibunya dan neneknya, Nanianti merasa bangga bisa terus melestarikan seni menenun ini, terlebih ia mendapatkan penghasilan dari hasil tenunannya.

Namun, menjadi seorang penenun tidaklah mudah.

Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran, lantaran benang yang digunakan sangat halus dan mudah putus.

“Dalam menenun, kita perlu ketelitian, kehati-hatian dan kesabaran karena benangnya halus, jadi mudah putus,” jelas Tiurma.

Hal ini menunjukkan, selain sebagai pekerjaan yang menguntungkan, menenun juga membutuhkan keahlian khusus dan kesabaran yang tinggi.

Ekonomi Desa yang Berkembang Melalui Keterampilan Menenun Mayoritas penduduk pria di Bustak Nabirong adalah petani yang menanam padi, jagung, dan ubi.

Namun, para wanita desa inipun memiliki peran penting dalam meningkatkan ekonomi keluarga melalui keterampilan bertenun.

Selain menghasilkan pendapatan tambahan, bertenun juga telah menjadi pilar dalam perekonomian desa, membawa perubahan positif bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved