Sumut Terkini

Masjid Muhammad Cheng Ho Berastagi, Masjid Dengan Nuansa Khas Tionghoa Pertama di Kabupaten Karo

Bagaimana tidak, masjid yang dibangun di tanah seluas 1700 m2 ini, memiliki nuansa yang kental akan bangunan khas Tionghoa. 

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL
MASJID CHENG HO : Suasana Masjid Cheng Ho yang berletak di Jalan Lau Tengah, Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Minggu (16/3/2025). Masjid yang diresmikan pada bulan September 2024 lalu, menarik perhatian dengan bangunan bernuansa khas Tionghoa pertama di Kabupaten Karo. 

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Setiap bangunan tempat ibadah terutama masjid, biasanya tentunya memilki nilai dan sejarah sendiri dalam pembagunannya.

Hal ini juga tampak jelas seperti yang ada di Masjid Muhammad Cheng Ho, yang terletak di Jalan Lau Tengah, Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo

Jika dilihat secara kasat mata, tentunya bangunan masjid yang berada di komplek Pesantren Al Purbanta ini memiliki visual yang cukup mencolok.

Bagaimana tidak, masjid yang dibangun di tanah seluas 1700 m2 ini, memiliki nuansa yang kental akan bangunan khas Tionghoa. 

Bangunan yang didominasi oleh warna merah di setiap pilarnya, dan juga warna emas di beberapa bagian, diketahui merupakan masjid dengan arsitektur dan nuansa khas Tionghoa pertama di Kabupaten Karo.

Sejarahnya, masjid ini juga terbilang baru dimana dibangun pada tahun 2023 lalu dan diresmikan sekitar bulan September 2024 lalu.

Lokasinya yang berada di dataran tinggi Sumatera Utara ini, membuat suasana masjid semakin syahdu.

Tak hanya bangunannya yang kental akan warna merah dan emas, bangunan yang bersih ditambah lagi udara sejuk dan saat solat berjamaah bersama puluhan santri membuat ibadah semakin khusyuk. 

Masjid ini sendiri, diwakafkan oleh seorang pria asli Karo Syahrial Purba yang mengungkapkan awal mulai bangunan masjid ini merupakan villa yang ia bangun pada tahun 2009 lalu.

Saat itu, pria yang dulunya bekerja sebagai dokter di Kota Medan tersebut mengatakan membeli lahan dan membangun villa tersebut untuk tempatnya beristirahat ketika ke Berastagi

"Dulunya ini villa, dan ini luarnya juga masih dinding yang lama. Hanya saja memang kita perluas bagian luarnya," ujar Syahrial. 

Namun, perjalanannya seiring waktu bersosialisasi dengan beberapa pengurus masjid menimbulkan niatnya untuk mewakafkan tanahnya untuk keperluan umat muslim di Kabupaten Karo hingga akhirnya dibangun pesantren.

Sementara, masjid yang awalnya sebagai bangunan villa tersebut, dibangun pada tahun 2023 setelah dirinya bersama sang istri berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah umroh. 

Sepulang dari umroh, dirinya memiliki niatan untuk membangun rumah ibadah di lahan seluas 1700 m2 tersebut.

Diceritakan Syahrial, awal mula dirinya memiliki niatan membuat masjid dengan nuansa Tionghoa berangkat dari keluarnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved