TRIBUN WIKI
Apa Itu Quiet Quitting yang Popler di Kalangan Gen Z, "Gue Kerja, Enggak Mau Dikerjain"
Quiet quitting adalah tren di dunia kerja di mana karyawan memilih untuk bekerja hanya sesuai dengan deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Di saat pekerja mati-matian menjalankan tugas yang bahkan di luar tugasnya, perusahaan justru tidak memberikan apresiasi atau penghargaan.
Baca juga: Apa Itu Syarikah Haji 2025, Peran dan Manfaatnya Bagi Jemaah Haji
Kemudian, alasan kedua munculnya tren di dunia kerja ini lantaran memicu tingkat stres yang berkepanjangan.
Hal ini dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan mental.
Kemudian, alasan ketiga kenapa tren di dunia kerja ini ada untuk menjaga keseimbangan hidup kerja, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z.
Berhenti memberikan segalanya untuk perusahaan
Sumie Kawakami, seorang dosen ilmu sosial di Universitas Yamanashi Gakuin dan seorang konsultan karier profesional mengatakan, munculnya tren quiet quitting karena semakin banyak orang yang tidak merasa berkewajiban untuk mengorbankan diri untuk perusahaan.
Baca juga: Apa Itu Haji Furoda? Berbeda dengan Haji Plus, Ini Biaya dan Masa Tunggu Keberangkatannya
“Banyak anak muda yang melihat orang tua mereka mengorbankan hidup untuk perusahaan, bekerja lembur berjam-jam dan mengorbankan kehidupan pribadi mereka,” ujar Sumie Kawakami, dikutip dari Kompas.com.
Ia mengatakan, di era saat ini, ada kecendrungan perubahan pola kebijakan yang dilakukan sejumlah perusahaan.
“Dulu, kantor akan membayar upah yang adil dan memberikan tunjangan sehingga orang akan tetap bekerja di perusahaan yang sama sampai pensiun,” katanya kepada DW.
“Namun sekarang berbeda, banyak perusahaan berusaha memangkas biaya, tidak semua staf kini memiliki kontrak kerja penuh, serta gaji dan bonus tidak lagi sebesar dulu,” tambahnya.
Baca juga: Apa Itu Satelit Kosmos 482 Milik Uni Soviet yang Jatuh di Sebelah Barat Jakarta
Izumi Tsuji, seorang profesor sosiologi budaya di Universitas Chuo Tokyo, mengatakan bahwa pengalamannya dengan anak muda membuatnya menyimpulkan hal yang sama.
“Ada perubahan besar dalam sikap terhadap pekerjaan di kalangan anak muda dibanding generasi saya yang berusia 50-an,” katanya.
“Dulu, para karyawan sangat setia kepada kantor mereka, bekerja berjam-jam, bekerja lembur tanpa bayaran, dan tidak ingin berpindah perusahaan,” katanya.
Baca juga: Apa Itu Overdosis Anestesi yang Dialami Seleb TikTok Hingga Kejang? Ini Penjelasannya
“Sebagai imbalannya, mereka dan keluarga mereka dinafkahi sampai mereka pensiun.”
Saat ini, anak muda justru ingin “berkonsentrasi pada hobi mereka, lebih bebas dan punya pekerjaan serta kehidupan pribadi yang lebih seimbang,” katanya.
Tsuji melihat pergeseran ini sebagai perubahan yang disambut baik, terutama dengan tingginya tuntutan dari perusahaan di Jepang terhadap karyawan mereka selama beberapa dekade.
“Ini merupakan hal yang baik,” kata Tsuji.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.