TRIBUN WIKI

Apa Itu Quiet Quitting yang Popler di Kalangan Gen Z, "Gue Kerja, Enggak Mau Dikerjain"

Quiet quitting adalah tren di dunia kerja di mana karyawan memilih untuk bekerja hanya sesuai dengan deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab

Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
ChatGPT/Tribun-medan.com
KELELAHAN- Ilustrasi ini dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau AI, Rabu (28/5/2025). Pada gambar terlihat pekerja yang tampak kelelahan. 

Di saat pekerja mati-matian menjalankan tugas yang bahkan di luar tugasnya, perusahaan justru tidak memberikan apresiasi atau penghargaan.

Baca juga: Apa Itu Syarikah Haji 2025, Peran dan Manfaatnya Bagi Jemaah Haji

Kemudian, alasan kedua munculnya tren di dunia kerja ini lantaran memicu tingkat stres yang berkepanjangan.

Hal ini dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan mental.

Kemudian, alasan ketiga kenapa tren di dunia kerja ini ada untuk menjaga keseimbangan hidup kerja, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z.

Berhenti memberikan segalanya untuk perusahaan

Sumie Kawakami, seorang dosen ilmu sosial di Universitas Yamanashi Gakuin dan seorang konsultan karier profesional mengatakan, munculnya tren quiet quitting karena semakin banyak orang yang tidak merasa berkewajiban untuk mengorbankan diri untuk perusahaan.

Baca juga: Apa Itu Haji Furoda? Berbeda dengan Haji Plus, Ini Biaya dan Masa Tunggu Keberangkatannya

“Banyak anak muda yang melihat orang tua mereka mengorbankan hidup untuk perusahaan, bekerja lembur berjam-jam dan mengorbankan kehidupan pribadi mereka,” ujar Sumie Kawakami, dikutip dari Kompas.com.

Ia mengatakan, di era saat ini, ada kecendrungan perubahan pola kebijakan yang dilakukan sejumlah perusahaan.

“Dulu, kantor akan membayar upah yang adil dan memberikan tunjangan sehingga orang akan tetap bekerja di perusahaan yang sama sampai pensiun,” katanya kepada DW.

“Namun sekarang berbeda, banyak perusahaan berusaha memangkas biaya, tidak semua staf kini memiliki kontrak kerja penuh, serta gaji dan bonus tidak lagi sebesar dulu,” tambahnya.

Baca juga: Apa Itu Satelit Kosmos 482 Milik Uni Soviet yang Jatuh di Sebelah Barat Jakarta

Izumi Tsuji, seorang profesor sosiologi budaya di Universitas Chuo Tokyo, mengatakan bahwa pengalamannya dengan anak muda membuatnya menyimpulkan hal yang sama.

“Ada perubahan besar dalam sikap terhadap pekerjaan di kalangan anak muda dibanding generasi saya yang berusia 50-an,” katanya.

“Dulu, para karyawan sangat setia kepada kantor mereka, bekerja berjam-jam, bekerja lembur tanpa bayaran, dan tidak ingin berpindah perusahaan,” katanya.

Baca juga: Apa Itu Overdosis Anestesi yang Dialami Seleb TikTok Hingga Kejang? Ini Penjelasannya

“Sebagai imbalannya, mereka dan keluarga mereka dinafkahi sampai mereka pensiun.”

Saat ini, anak muda justru ingin “berkonsentrasi pada hobi mereka, lebih bebas dan punya pekerjaan serta kehidupan pribadi yang lebih seimbang,” katanya.

Tsuji melihat pergeseran ini sebagai perubahan yang disambut baik, terutama dengan tingginya tuntutan dari perusahaan di Jepang terhadap karyawan mereka selama beberapa dekade.

“Ini merupakan hal yang baik,” kata Tsuji.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved