Breaking News

Catatan Sepak Bola

Bagaimana Kalau Wilhelmus dan Indonesia Raya Berkumandang di Stadion yang Sama?

Laga Jumat malam itu, 6 Juni 2025 di Gelora Bung Karno, berkesudahan 1-0 dan membuat posisi Indonesia relatif aman

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUNNEWS
Rayakan Gol - Pemain Indonesia rayakan gol yang dicetak Ole Romeney pada laga putaran tiga kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan China di Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/6/2025). Indonesia yang telah memastikan lolos ke putaran empat akan melakoni laga terakhir putaran ketiga kualifikasi kontra Jepang, Selasa (10/5/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com- SAYA menemukan pertanyaan ini di satu akun media sosial yang dikelola suporter Tim Nasional Indonesia. Jumlah pengikutnya banyak sekali. Awalnya, saya kira ini pertanyaan iseng belaka.

Pertanyaan main-main untuk lucu-lucuan.

Atau, sangat boleh jadi sebangsa euforia, yang mencuat pascakemenangan Tim Nasional Indonesia atas China pada matchday 9 putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.

Laga Jumat malam itu, 6 Juni 2025 di Gelora Bung Karno, berkesudahan 1-0 dan membuat posisi Indonesia relatif aman untuk melangkah ke putaran empat –sebelum beberapa jam berselang hasil laga Bahrain versus Arab Saudi, melegitimasinya.

Namun kemudian segera saya sadari betapa pertanyaan ini bukanlah euforia, apalagi sekadar iseng.

Sama sekali tidak. Ada dua kemungkinan. Pertama, ini gumpalan harapan yang siap meledak dahsyat.

Pertanyaan yang mengandung keyakinan, bahwa kelak, di stadion-stadion yang menjadi tempat penyelenggaraan Piala Dunia, entah di Amerika Serikat, Meksiko, atau Kanada, lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ akan berkumandang.

Indonesia yang telah memastikan lolos ke putaran empat akan melakoni laga terakhir putaran ketiga kualifikasi kontra Jepang, Selasa (10/5/2025).
Indonesia yang telah memastikan lolos ke putaran empat akan melakoni laga terakhir putaran ketiga kualifikasi kontra Jepang, Selasa (10/5/2025). (TRIBUNNEWS)

Kemungkinan kedua, bentuk perlawanan, yang halus, bertendensi humor, tapi sungguh mengena.

Di tengah gegap-gempita suka cita, kita tahu, masih ada saja orang-orang yang memandang dengan sikap sinis.

Orang-orang yang kerap menunjukkan ketidaksukaan terhadap perkembangan sepak bola nasional, terutama yang berkorelasi dengan naturalisasi.

Mungkin ini pula yang menjadi alasan kenapa pelontar tanya menyandingkan ‘Indonesia Raya’ dengan ‘Wilhelmus’.

Ditulis ulang dan pada tahun 1932 dari melodi yang sudah ada sejak 1568 (dan diperbarui pada 1626), ‘Wilhelmus’, atau lengkapnya ‘Wilhelmus van Nassouwe’ adalah lagu kebangsaan Belanda.

Satu di antara lagu kebangsaan terpanjang di dunia.

Hanya kalah dari ‘Ymnos eis tin Eleftherian’ atau ‘Hymn to Liberty’, lagu kebangsan Yunani yang memiliki 152 stanza, dan lagu kebangsaan Uruguay, ‘Orientales, la Patria o la tumba!’ atawa ‘Uruguayans, the Fatherland or Death!’, yang memiliki 108 bars, yang jika dinyanyikan seluruhnya tanpa jeda akan memakan waktu hampir lima menit. 

Lazimnya, saat dikumandangkan di forum-forum resmi internasional, termasuk di arena olahraga, lagu-lagu ini dipotong, hanya diambil bagian-bagian tertentunya saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved