Pulau Sumatera, Sampai Jumpa
Saatnya untuk berpisah, hati saya penuh keengganan, tetapi perpisahan adalah untuk pertemuan kembali yang lebih baik.
Oleh:
Zhang Min
Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan
TANPA disadari, waktu berlalu dengan cepat. Pada 30 Maret 2022, saya beserta istri, Liu Yuqing tiba di Medan untuk menduduki jabatan baru.
Ketika menginjakkan kaki di tanah Pulau Sumatera yang merupakan wilayah kerja konsuler, kami disambut dengan hangat oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Suasana penyambutan saat itu masih membekas di benak saya, seolah baru terjadi kemarin. Namun dalam sekejap mata, tiba saatnya untuk saya berpamitan.
Saya merasa terhormat menjabat sebagai Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan yang kelima di saat hubungan Tiongkok-Indonesia memasuki babak baru dalam pembangunan komunitas senasib sepenanggungan.
Baca juga: Rektor UINSU Gelar Silaturahmi dengan Konjen Tiongkok di Medan, Begini Penjelasannya
Baca juga: Dubes Tiongkok Wang Lutong Diajak Rico Waas Tinjau Program MBG ke Sekolah Dasar
Selama tiga tahun terakhir, saya dan rekan-rekan saya telah dengan sungguh-sungguh melaksanakan konsensus penting yang dicapai oleh para pemimpin kedua negara tentang pendalaman kerja sama strategis menyeluruh dan pembangunan komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Indonesia dengan pengaruh regional dan global.
Kami juga bersama dengan teman-teman dari semua lapisan masyarakat Pulau Sumatera mendorong pertukaran persahabatan dan kerja sama pragmatis antara wilayah kerja konsuler dengan Tiongkok ke tingkat yang baru.
Pulau Sumatera merupakan salah satu dari enam koridor ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan Indonesia. Terletak di Selat Malaka yang strategis dan merupakan titik tumpu penting bagi pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan” yang berkualitas tinggi antara Tiongkok dan Indonesia.
Pulau Sumatera juga merupakan wilayah penting yang dicakup oleh proyek-proyek kerja sama utama seperti “Dua Negara, Taman Kembar” dan lain-lain. Dalam membangun proyek andalan baru Inisiatif “Sabuk dan Jalan” setelah kereta api cepat Jakarta-Bandung, Pulau Sumatera tidak akan absen dan memiliki potensi besar.
Selama tiga tahun terakhir, saya telah melakukan perjalanan ke 10 provinsi di Pulau Sumatera dan telah bertemu dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat, termasuk pemerintah daerah, partai politik, anggota dewan perwakilan rakyat daerah, komunitas Tionghoa, tokoh agama, perwakilan bisnis, media, sekolah, serta karyawan PMA Tiongkok, guru relawan Tiongkok dan siswa asing, serta perwakilan konsuler berbagai negara di Medan.
Secara pribadi, saya telah merasakan kehangatan dan keramahan masyarakat Pulau Sumatera, keragaman dan toleransi suku, agama, dan budaya, kekayaan sumber daya mineral, dan keindahan pemandangan alam. Saya juga telah mendengar hasrat dan harapan dari semua sektor untuk lebih memperkuat kerja sama yang bersahabat antara Tiongkok dan Indonesia.
Selama tiga tahun terakhir, saya beserta rekan-rekan saya telah bekerja keras untuk mendorong kemajuan baru dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan serta pertukaran budaya antara wilayah kerja konsuler dengan Tiongkok.
“Persahabatan antarnegara bergantung pada persahabatan antarmasyarakat” dan “persahabatan antarmasyarakat bergantung pada konektivitas satu sama lain”.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.