Korban kemudian sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan fasilitas perawatan.
Laila sempat dilarikan ke RS Medika Darmaga dengan menggunakan ambulans IPB.
Kemudian, dokter RS Medika Darmaga memutuskan untuk merujuk Laila ke rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan lebih lengkap.
“Dari dokter yang menangani disampaikan bahwa pasien perlu dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan yang lebih baik,” tutur Yatri.
Pada malam harinya, tim dari IPB bersama keluarga membawa Laila ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif.
Namun, pada Sabtu (19/8/2023) sekitar pukul 10.00 WIB, Laila meninggal dunia saat menjalani perawatan dari tim dokter di RSCM.
“Setelah mendapat penanganan intensif dari tim dokter RSCM, Sabtu 19 Agustus 2023 sekitar pukul 10.00 WIB, Laila Atika Sari meningal dunia,” kata Yatri.
Selanjutnya, jenazah korban Laila Atika Sari dikebumikan di wilayah Serang, Banten, pada Sabtu sore.
Yatri memastikan tidak ada korban lain selain Laila Atika Sari saat laboratorium meledak dan terbakar.
Tidak Berbahaya
Yatri mengatakan metode penelitian yang dilakukan oleh korban dan dua rekannya bukanlah penelitian yang beresiko tinggi.
"Kalau di manajememen resiko itu level dua, jadi engga bahaya-bahaya banget. Kalau menurut orang-orang di lab Fafet, ini prosedur konvensional yang dilakukan oleh orang-orang selama bertahun-tahun, tidak hanya di IPB," ujarnya kepada wartawan, Senin, (21/8/2023).
Meski begitu, kata dia, dalam melakukan penelitian harus tetap memedomani setiap prosedur yang berlaku agar tidak berakibat fatal.
Ia pun mengakui pada bahan yang digunakan untuk penelitian analisis tersebut terdapat zat yang mengandung gas sehingga sangat mudah terbakar.
Namun, ia mengaku belum bisa memberikan kesimpulan lantaran saat ini masih dalam proses investigasi untuk mencari tahu penyebab awalnya.