Berita Viral

DIRUT PT Sritex Ungkap Penyebab Perusahaannya Tutup Mulai 1 Maret, Tangis Pilu 12 Ribu Karyawan PHK

Editor: AbdiTumanggor
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PERUSAHAAN TUTUP: PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, perusahaan tekstil ternama di Sukoharjo, Jawa Tengah, resmi berhenti beroperasi sejak Sabtu (1/3/2025). PT Sritex yang telah berdiri selama 58 tahun resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Sebanyak 12 ribu karyawan PHK karena penutupan ini. (Kolase via kompas.com)

Ia juga menegaskan bahwa hak-hak karyawan akan menjadi prioritas dalam daftar tagihan utang perusahaan.

Sebelumnya, dalam rapat kreditur terkait kepailitan PT Sritex, diputuskan bahwa perusahaan tidak akan melanjutkan operasionalnya (going concern) dan akan segera dilakukan proses penyelesaian utang sesuai dengan kondisi yang telah dipaparkan oleh kurator maupun debitur pailit.

Tangis Pilu Karyawan

Keputusan ini membuat ribuan karyawan harus menerima kenyataan pahit kehilangan pekerjaan. 

Sejumlah karyawan yang telah bekerja selama puluhan tahun di Sritex menceritakan kisah mereka menjelang hari-hari terakhir beroperasinya perusahaan.

Beberapa di antaranya mengemas barang pribadi, mengabadikan momen kenangan, hingga mengikuti acara perpisahan dengan rekan kerja mereka.

Wagiyem (48), salah satu karyawan Sritex, mengungkapkan keterkejutannya atas kebangkrutan perusahaan tempatnya bekerja sejak 1997. 

"Hari ini (Jumat) cuma acara perpisahan saja. PHK-nya sudah kemarin. Hak-haknya dikasih, tapi masih menunggu," ujarnya, Jumat (28/2/2025).

Ia mengaku, selama bekerja di Sritex, banyak suka dan duka yang dialaminya.

Wagiyem bahkan pernah menerima selembar saham dari pendiri perusahaan, H.M. Lukminto.

"Dulu pernah dapat satu lembar saham per karyawan. Saya lupa tahunnya, tapi saya ingat itu zaman Pak Lukminto. Saat itu, order ekspor banyak, jadi sering ada lembur," kenangnya.

Namun, menurutnya, kondisi perusahaan mulai memburuk sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020 hingga akhirnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang.

"Gak nyangka aja pabrik sebesar ini, terkenal di luar negeri, kok bisa bangkrut," tuturnya. 

Karyawan lainnya, Karwi Mardiyanto (45), turut merasakan kesedihan atas keputusan PHK massal ini.

Ia berencana membuka usaha warung makan setelah Lebaran.

"Kalau saya untuk sementara ini karena bulan suci Ramadhan, akan fokus beribadah," kata Karwi.

Halaman
1234

Berita Terkini