Fakta Tersembunyi di Balik Uap Vape

Anggapan asap vape adalah “versi bersih” dari tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi berhenti merokok tidak benar

|
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
BUKAN SOLUSI BERHENTI MEROKOK - Pengguna vape menggunakan rokok elektronik di sebuah aktivitas. Anggapan, bahwa asap vape adalah “versi bersih” dari rokok tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi untuk berhenti merokok merupakan anggapan yang salah. Spesialis paru RS Persahabatan Jakarta, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) menyebut, di balik uap vape beraroma manis tersebut, para dokter spesialis paru melihat sebuah fakta tersembunyi berupa ancaman kesehatan ancaman kesehatan yang jauh lebih licik dan gelap. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Langit jingga di luar kamar indekos Nina (bukan nama sebenarnya) mulai menjadi gelap ketika ia merebahkan tubuh di tepi ranjang. Perempuan 23 tahun itu mencoba untuk memejamkan mata sebentar setelah sejak siang hingga magrib memelototi tugas akhir di laptop. 

Namun, dering ponsel di atas meja, membuat Nina bangkit. Ia meraih ponsel dan melihat sekilas layar ponselnya, tertera nama teman lamanya, sesama anggota komunitas pengguna vape (rokok elektronik). Ia menerima panggilan. Di ujung telepon, suara temannya terdengar lirih dan cukup terburu-buru. 

“Dadaku sering sering sesak akhir-akhir ini. Sepertinya karena merokok. Bagaimana caranya berhenti merokok?” ujar temannya di ujung telepon. 

Nina menahan napas dan membiarkan keheningan malam terlewat sesaat sebelum mampu menjawab. Pertanyaan itu mengingatkannya pada peristiwa beberapa tahun lalu, ketika ia bolak balik menjadi pasien spesialis THT karena sinusitis kronis. Vape menjadi salah satu pemicunya. 

Sepanjang tahun 2021 hingga akhir 2022, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Medan tersebut merupakan perokok vape aktif. Hampir setiap hari, pod vape menjadi teman setianya untuk sekadar menenangkan diri atau melepas penat sebentar dari tugas-tugas kuliah. Lebih dari alasan tersebut, Nina percaya, bahwa vape merupakan produk yang lebih aman digunakan dibanding rokok biasa (konvensional). 

“Tak seperti rokok biasa yang kadang-kadang mengeluarkan asam hitam dan ada bau penyengatnya, vape justru hanya mengeluarkan uap yang kesannya manis,” kata Nina, pertengahan Agustus lalu.

Sebenarnya, Nina sudah merokok sejak duduk di kelas 1 SMA. Ia bercerita, pergaulan menjadi satu penyebabnya. Ia mengenal rokok dari teman-temannya. “Akhirnya saya ikut-ikutan merokok. Setiap nongkrong, kami pasti merokok. Kalau stres di sekolah, kami merokok. Kalau bolos sekolah pun, kami merokok,” katanya. 

Sekitar dua tahun menjadi perokok tembakau, Nina berusaha untuk menghentikan kebiasaannya. Kepindahannya ke Medan untuk kuliah di tahun 2021 menjadi titik baliknya karena ia sudah jauh dari teman SMA di Aceh. Nina berjanji pada diri sendiri untuk berhenti merokok, walaupun ia tahu sebenarnya janjinya itu sulit ditepati. Dari beberapa teman kuliahnya yang merokok, Nina mendapat informasi, satu cara berhenti merokok tembakau adalah dengan menggunakan vape.

“Kata teman-teman, vape ada rasanya, asapnya lebih wangi, punya bentuk seperti pulpen dan lucu-lucu. Jadi lebih sehat dan tidak seberbahaya rokok biasa. Dengan ngevape, katanya kita bisa mengontrol sendiri nikotinnya. Akhirnya lama-lama bisa hilang ketagihan dengan rokok biasa. Ya sudah, akhirnya saya pilih vape,” ujarnya. 

GrafisVape1
Vape Bukan Alat Terapi Melainkan Sekadar Pengalihan Konsumsi Nikotin.

Alih-alih mengontrol nikotin, Nina mengaku menjadi pengguna vape yang sangat aktif, bahkan lebih aktif dibandingkan saat ia mengisap rokok tembakau. Tak cuma ngevape di kampus dan di kamar indekos setiap hari, Nina juga bahkan ikut komunitas vape di Medan. Dari komunitas ini, Nina menyadari bahwa vape dianggap biasa saja di Medan, termasuk jika penggunanya adalah perempuan berhijab seperti dia.  

“Di sini (Medan), biasa saja kalau perempuan berhijab menggunakan vape di tempat umum. Hal ini membuat saya makin percaya diri. Bahkan alat vape, saya gantungkan saja di leher. Tak terhitung bentuk pod dan aneka liquid yang sudah saya gunakan. Pokoknya saya yakin saja kalau vape membantu mengurangi ketagihan rokok biasa,” katanya. 

Namun semua keyakinannya itu runtuh pada suatu sore di akhir tahun 2022. Saat berada di kamar indekos, hidungnya mengeluarkan darah (mimisan). Nina tak menaruh curiga. Ia menduga, mimisan tersebut karena faktor cuaca Kota Medan yang panas dan khawatir ia terkena Covid-19 yang masih marak kasusnya saat itu. Nina pun mengabaikan mimisannya. 

“Saya hanya berpikir mungkin karena kurang istirahat atau kurang minum air putih. Saya masih tetap pakai vape. Tapi lama kelamaan, keluhan saya tidak hilang, justru bertambah. Kepala pusing dan sering flu. Saya coba minum obat yang dibeli di warung, tapi tak sembuh-sembuh. Oleh mama, saya disarankan berobat ke dokter. Pertama ke dokter umum dan diberikan obat. Tapi tak sembuh juga. Karena tak sembuh, saya dirujuk ke spesialis THT. Berdasarkan pemeriksaan lengkap, saya terkena sinusitis kronis,” terangnya. 

Nina menyatakan kaget saat diberitahu terkena sinusitis. Menurutnya, ia tak memiliki kebiasaan yang membuatnya harus terkena sinusitis. Saat berkonsultasi dengan dokter dan menuding dirinya merokok, ia membantah. Ia menyebut, sudah berhenti merokok dua tahun terakhir dan beralih menggunakan vape. “Saya dicereweti dokter dan bilang bahaya asap rokok dan vape itu sama saja. Bahkan asap vape lebih parah dari asap rokok biasa,” kata dia mengenang ucapan dokter. 

Nina menyatakan, hanya bengong saja waktu itu. Bingung mau mengatakan apa untuk membela diri. Dokter bilang kalau sinusnya mau sembuh, ia harus berhenti ngevape. Kalaupun sinus sembuh dan kembali ngevape, pasti sinusnya kambuh lagi. Syukurlah Nina tak opname, tapi harus minum obat yang tak sedikit selama berbulan-bulan. "Terus terang, waktu itu saya khawatir juga, apalagi aktivitas kuliah sedang padat-padatnya. Saya berusaha untuk mengikuti saran dokter, berhenti vape. Akhirnya bisa. Saya tidak ngevape lagi dan sinus saya sudah sembuh total,” kata Nina. 

Baca juga: SOSOK Fadhal Rahmat, Anggota DPRD Kota Kendari yang Dikecam Karena Isap Vape saat Rapat

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved