Fakta Tersembunyi di Balik Uap Vape

Anggapan asap vape adalah “versi bersih” dari tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi berhenti merokok tidak benar

|
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
BUKAN SOLUSI BERHENTI MEROKOK - Pengguna vape menggunakan rokok elektronik di sebuah aktivitas. Anggapan, bahwa asap vape adalah “versi bersih” dari rokok tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi untuk berhenti merokok merupakan anggapan yang salah. Spesialis paru RS Persahabatan Jakarta, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) menyebut, di balik uap vape beraroma manis tersebut, para dokter spesialis paru melihat sebuah fakta tersembunyi berupa ancaman kesehatan ancaman kesehatan yang jauh lebih licik dan gelap. 

Berbeda dengan Nina, Nofa (21) bahkan tidak pernah mengisap apalagi memegang rokok, baik tembakau maupun elektronik. Namun, ia merasa tubuhnya ada masalah akibat dari kebiasaan merokok orang-orang di sekitarnya, baik di rumah dan di tempatnya bekerja. Nofa sempat bekerja sebagai pelayan (waiter) di sebuah kafe. 

Setahun lalu, Nofa pernah mengalami sesak napas yang tak kunjung reda. Awalnya, ia mengira sesak napas tersebut karena faktor kelelahan bekerja serta terpapar debu dan asap kendaraan di Kota Medan. Ia lalu mencoba menggunakan masker. Bukannya sembuh, ia merasakan dadanya semakin berat dan sesak. Nofa memeriksakan diri ke dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen, terlihat ada penumpukan cairan di paru-paru Nofa.

Nofa menyatakan kaget karena tak merasa melakukan aktivitas yang mengarah ke kondisi tersebut. Tapi ketika ia menceritakan kondisinya yang berada dalam lingkungan perokok, dokter menyebut, cairan di paru-paru bisa jadi akibat terlalu sering mengisap asap rokok, termasuk uap vape dari teman kerja dan pengunjung kafe yang merokok. “Jujur kaget karena saya tidak pernah merokok. Memegang rokok atau vape pun tidak. Tapi setelah mendengar penjelasan dokter dan melihat aktivitas saya, saya jadi percaya,” katanya. 

Khusus untuk vape, Nofa awalnya berpikiran tidak seberbahaya asap rokok tembakau karena uapnya yang wangi. Nofa pun mengabaikannya. “Menurut dokter, uap wangi yang saya hirup sebenarnya mengandung partikel-partikel halus dan zat kimia yang masuk ke paru-paru tanpa kita sadari,” kata dia.

Menurut Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, kasus seperti Nina dan Nofa memberi gambaran bahwa bahaya vape tidak hanya mengancam penggunanya, tapi juga orang-orang di sekitarnya. Bahkan sampai muncul anggapan, bahwa asap vape adalah “versi bersih” dari rokok tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi untuk berhenti merokok. 

Agus membantah semua anggapan ini. Ia menyebut, di balik uap vape beraroma manis tersebut, para dokter spesialis paru melihat sebuah fakta tersembunyi berupa ancaman kesehatan ancaman kesehatan yang jauh lebih licik dan gelap. "Anggapan versi bersih, lebih aman, dan solusi tentu saja tidak benar," kata Agus, Jumat (19/9/2025).

Baginya, vape bukan solusi, melainkan sebuah bentuk adiksi baru yang membawa bahaya laten. Ia menyebut, sering kali masyarakat tidak memahami bahwa di balik uap beraroma manis, tersembunyi tiga kesamaan bahaya antara vape dan rokok biasa. Agus menguraikan, ada tiga "dosa" utama vape yang setara dengan rokok tembakau, yaitu memiliki adiksi yang sama, mengandung karsinogen, dan menghasilkan partikel-partikel halus.

Pertama, nikotin menginduksi aterosklerosis yang berisiko menyebabkan stroke dan penyakit jantung koroner. Kedua, studi terbaru menunjukkan vape mengandung bahan karsinogen, seperti akrolein, aldehid, dan kelompok logam yang terlarut pada cairannya. Ketiga, produk menghasilkan particulate matter (PM), yang bersifat merangsang peradangan atau inflamasi ketika terhirup dalam jangka panjang. 

Menurutnya, dampak kesehatan dari vape bukan lagi ancaman teoritis. Sebagai klinisi, ia dan sejawatnya di Indonesia sudah menemukan kasus-kasus nyata. Risiko yang paling sering ditemui adalah peningkatan infeksi paru seperti pneumonia, iritasi yang memicu batuk kronis, hingga serangan parah pada pasien yang sudah memiliki asma atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah kasus-kasus akut dan parah, yaitu penyakit perlukaan paru akut bernama EVALI (e-cigarettes atau vaping product use-associated acute lung injury) yang sempat menjadi epidemi di luar negeri. Kasus ini menyebabkan gagal napas hingga kematian.

"Apakah kasus ini terjadi di Indonesia? Kami pernah menemukan kecurigaan EVALI. Sejumlah sejawat spesialis paru sudah melaporkan ada kasusnya di Medan. Ada juga kasusnya di Yogyakarta," papar Agus.

"Saya punya satu kasus, pneumotoraks atau paru-parunya bocor. Dicari penyebabnya tidak ketemu, tidak ada infeksi, tidak ada TB, tidak ada kanker, tapi parunya bocor. Dia punya riwayat pakai vape selama dua tahun. Setelah dioperasi dan diminta berhenti menggunakan vape, sakitnya tidak kambuh lagi," lanjut Agus. 

Hingga kini, argumen umum yang diajukan oleh para pengguna rokok elektrik adalah vape berfungsi sebagai alat transisi atau "jembatan" untuk menghentikan kecanduan nikotin sepenuhnya juga dibantah Agus. "WHO sendiri menyatakan bahwa vape ini tidak memenuhi kaidah-kaidah NRT (Nicotine Replacement Therapy)," tegasnya.

Agus menilai, vape bukan merupakan alat terapi melainkan sekadar pengalihan konsumsi nikotin. Menurutnya, jika sebuah alat bantu penghentian rokok berhasil, maka alat tersebut harus dihentikan pemakaiannya secara bertahap. Namun sebaliknya, pengguna vape hanya memindahkan sumber nikotin dari tembakau ke uap dan cenderung mempertahankan kebiasaan tersebut. 

"Terapi medis yang benar harus dimulai dengan dosis tinggi lalu diturunkan (step down) secara bertahap. Sebaliknya, pengguna vape cenderung menaikkan dosis (step up) cairannya, karena didorong oleh adiksi nikotin atau rasa kurang puas," katanya. 

Senada dengan Agus, Nina yakin bahwa cara terbaik untuk berhenti merokok tembakau bukanlah beralih menjadi pengguna vape, melainkan berhenti merokok secara bertahap. Saran ini jugalah yang ia sampaikan kepada teman-temannya yang meminta saran tentang bagaimana cara terbaik untuk berhenti merokok vape. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved