Berita Nasional

Ucapan Maaf Purbaya Untuk Pemda Soal Pemangkasan TKD: Kalau Tersinggung, Saya Mohon Maaf

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta maaf kepada pemerintah daerah terkait pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD)

|
Kolase Tribun Medan
Bantahan Gubernur Jabar dan Gubernur Sumut ke Menkeu Purbaya: Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan fenomena dana pemerintah daerah (pemda) yang belum terserap dan masih mengendap di bank hingga mencapai angka fantastis Rp 234 triliun. Data resmi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) per 15 Oktober 2025 menunjukkan bahwa jumlah tersebut merupakan akumulasi simpanan daerah hingga akhir September 2025. (Kolase Tribun Medan) 

"Tidak ada. Namun saya baru tahu, bahwa sebagian orang, enggak bisa terima tapi biar saja. For the save of the country, I don't care. I don't care.  Tapi karena ini diperintah, maka kalau diperintah berubah, saya berubah. Jadi ini hanya ini perpanjangan tangan dari Bapak Presiden, dengan versi yang lebih halus," paparnya.

Purbaya mengatakan hal ini bukan berarti apa yang dikatakan dirinya akan selalu didengar Prabowo.

"Enggak didengarkan, tapi kalau ada yang salah-salah suruh koreksi, gitu kira-kira," katanya.

Desy Anwar lalu menanyakan ke Purbaya soal dana Rp 200 triliun yang diberikannya ke sejumlah bank di Himbara, dan bagaimana cara memonitornya.

"Bagaimana memonitor memastikan bahwa memang Rp 200 triliun ini diterjemahkan dalam menggerakkan roda perekonomian. Bukan saja nanti dipakai untuk ya, nih mumpung dapat uang banyak, untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya ataupun tidak produktif. Bagaimana memastikan Rp 200 triliun itu setiap peser itu menjadi penggerak roda ekonomi?" tanya Desy.

Purbaya menyatakan tidak peduli bank menggunakan uang itu untuk apa, asalkan tidak untuk membeli dolar dan untuk konglomerat jahat.

"Saya enggak peduli banknya makai untuk apa, asal enggak untuk beli dolar dan enggak untuk konglomerat yang jahat, untuk manipulasi segala macam, itu yang kita monitor. Yang lain terserah banknya. Saya enggak monitor, saya diamin aja. Kalau itu kan ada laporannya, uangnya ke mana. Pinjaman kita bisa monitor pinjamannya ke mana sih dari bulan ke bulan," kata Purbaya.

Ia memastikan tidak ikut campur bagaimana cara bank memakai uang tersebut.

Namun Purbaya mengumpulkan keahlian orang-orang di Perbankan itu sendiri.

"Saya pakai keahlian orang perbankan, untuk berpikir mencari program-program yang paling menguntungkan. Mereka lebih ahli dari pemerintah atau dari saya. Jadi saya manfaatkan mereka untuk berpikir mencari proyek-proyek yang paling menguntungkan. Jadi saya menggunakan kepintaran sistem untuk memakai uang yang saya kasih tadi," papar Purbaya.

Karena, kata Purbaya ketika ia memindahkan uang ke sistem atau Perbankan, maka seperti ada peserta baru.

"Bank kan pasti nyari penyalurannya. Kalau tidak, kan dia bayar ke saya, hampir 4 persen. Rugi dia 4 persen , jadi dia pasti akan nyalurin," kata Purbaya.

Sebab, mereka tidak bisa lagi memberikan uang itu ke BI.

"Dia akan nyari tempat yang lain. Dia akan pasti mencari proyek-proyek yang menguntungkan pertamanya atau yang paling gampang mereka buang ke interbank market itu sudah bagus juga. Bunga di perbankan turun," katanya.

"Nanti kalau sudah itu habis, cari kredit-kredit. Jadi saya maksa mereka berpikir menggunakan kerja kecerdasan mereka yang selama ini nganggur, untuk membuat keuntungan maksimal buat mereka sendiri dan untuk saya, buat negara," papar Purbaya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved