Sumut Terkini

Sumut Catat Inflasi Tertinggi se-Indonesia, Capai 4,97 Persen pada Oktober 2025

Ini merupakan kali kedua berturut-turut sejak September, Sumut menempati posisi puncak inflasi tertinggi nasional.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TANGKAP LAYAR RILIS BPS SUMUT
INFLASI SUMUT- Perkembangan inflasi cabai merah di Sumatera Utara pada Oktober 2025. BPS mencatat komoditas ini menyumbang andil inflasi sebesar 0,16 persen (m-to-m) secara bulanan, dengan inflasi kumulatif mencapai 132,72 persen (y-to-d). Kabupaten Labuhanbatu menjadi daerah dengan tingkat inflasi cabai merah tertinggi, yakni 29,23 persen dan andil inflasi 0,59 persen. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Sumatera Utara kembali menjadi daerah dengan tingkat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan rilis resmi BPS, Senin (3/11/2025), inflasi Sumut pada Oktober 2025 mencapai 4,97 persen (YoY), jauh di atas rata-rata nasional sebesar 2,86 persen (YoY).

Ini merupakan kali kedua berturut-turut sejak September, Sumut menempati posisi puncak inflasi tertinggi nasional.

Inflasi provinsi YoY tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 4,97 persen dengan IHK [indeks harga konsumen] sebesar 110,89. Di kawasan Sumatra, Sumut juga unggul tipis dari Riau (4,95 persen) dan Aceh (4,66 persen).

Kepala BPS Sumut Asim Saputra menjelaskan bahwa meskipun angka inflasi Sumut masih tergolong tinggi, tren menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

“Jika pada bulan lalu Sumut mencatat inflasi tinggi 5,32 persen, saat ini secara YoY sudah turun menjadi 4,97 persen. Ini merupakan ikhtiar bersama sehingga laju inflasi tahunan Oktober 2025 dapat ditekan,” ujarnya saat menyampaikan rilis berita resmi statistik (BRS) Sumut, Senin (3/11/2025).

Secara bulanan (month-to-month/mtm), Sumut bahkan mengalami deflasi sebesar 0,20 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) tercatat 3,39 persen hingga Oktober 2025.

Asim mengungkapkan, kelompok pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi Sumut. Komponen ini mengalami inflasi hingga 9,58 persen (YoY) dan berandil 3,35 persen terhadap total inflasi provinsi.

“Kelompok ini masih sangat mempengaruhi inflasi di Sumut, terutama dari komoditas cabai merah dan beras yang harganya fluktuatif,” jelasnya.

Selain itu, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga menjadi penyumbang besar dengan andil 0,79 persen, bahkan mencatat inflasi tertinggi di antara 11 kelompok pengeluaran, yakni 13,03 persen (YoY).

Lima komoditas utama penyumbang inflasi di Sumut pada Oktober 2025 antara lain, Cabai merah (1,22 persen), Emas perhiasan (0,67 % ), Ikan dencis (0,25 % ), Beras (0,24 % ) dan Bawang merah (0,21 % ).

Sementara itu, beberapa komoditas justru menekan inflasi atau menjadi penyumbang deflasi, seperti bawang putih (-0,08 % ), angkutan udara (-0,07 % ), sabun detergen bubuk (-0,03 % ), serta daging babi dan bayam yang masing-masing berandil -0,02 persen.

Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menilai Sumut masih menghadapi tekanan inflasi yang tinggi, namun peluang deflasi pada November sangat terbuka.

“Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, Sumut merealisasikan deflasi pada bulan Oktober sebesar 0,2 persen secara bulanan. Harga cabai rawit dan cabai hijau memang turun, namun harga cabai merah yang rata-ratanya masih tinggi membuat peluang Sumut kembali mencetak deflasi di November sangat terbuka,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).

Menurut Benjamin, harga cabai merah kini sudah turun ke kisaran Rp45 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram, dan pada dua pekan terakhir November diproyeksikan bisa berada di rentang Rp35–40 ribu per kilogram.

“Artinya, Sumut memiliki peluang besar untuk mencetak deflasi yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Saya memperkirakan deflasi November akan dipicu oleh turunnya harga cabai merah, emas perhiasan, cabai hijau, wortel, dan kemungkinan bawang merah,” ujarnya.

Namun, Benjamin juga mengingatkan adanya potensi kenaikan harga pada sejumlah komoditas.

“Inflasi bisa saja disumbangkan oleh komoditas minyak goreng, beras, dan daging ayam. Ancaman cuaca buruk juga berpeluang memicu kenaikan harga yang tak terduga nantinya,” katanya.

Benjamin menambahkan, perbedaan angka inflasi Sumut dengan wilayah di Jawa maupun luar Jawa cukup signifikan.

“Untuk wilayah di luar Sumatra, inflasinya banyak yang di bawah 3 persen. Jadi Sumut, Aceh, Riau, dan Sumbar berpeluang secara bergantian menduduki posisi inflasi tertinggi di akhir tahun,” jelasnya.

Ia memproyeksikan, dengan sumbangan produksi tanaman hortikultura seperti cabai dari Aceh, Sumbar, dan Sumut, maka peluang wilayah dengan inflasi tertinggi di penghujung 2025 berada di antara Riau dan Sumut.

“Pemicu tingginya inflasi di Sumatra belakangan ini adalah minimnya mitigasi terhadap dampak kemarau yang melanda sekitar tiga bulan di dataran rendah Sumut dan lebih dari empat bulan di dataran tingginya,” pungkasnya.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved