Kisah Kota Besar Paling Kejam/Jahat Port Royal Jamaika Dihukum Tuhan, Dua Per Tiga Kotanya Terkubur

Namun pada akhir abad ke-17 reputasinya Port Royal begitu buruk sehingga dianggap sebagai tempat paling kejam/berdosa di muka bumi.

Editor: Tariden Turnip
Wikimedia Commons
Kisah Kota Besar Paling Kejam/Jahat Port Royal Jamaika Dihukum Tuhan, Dua Per Tiga Kotanya Terkubur. Henry Morgan pemimpin bajak laut Port Royal mengalahkan armada Spanyol. Dilukis Alexandre-Olivier Oexmelin in 1678. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Kisah Kota Besar Paling Kejam/Jahat Port Royal Jamaika Dihukum Tuhan, Dua Per Tiga Kotanya Terkubur

Sekitar pukul 08:09 pagi tanggal 20 Januari lalu, sebuah peristiwa yang tidak pernah dibayangkan masyarakat Jamaika berlangsung.

Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir, sebuah kapal pesiar bersandar di Port Royal yang bersejarah.

Sebuah dermaga apung baru diperluas untuk menyambut sekitar 2.000 pengunjung yang tersenyum saat menjejakkan kaki di pulau itu.

Itu adalah peristiwa yang membanggakan bagi penduduk Kota Kingston.

Peristiwa itu sebenarnya sudah lama didambakan, tapi tak pernah terwujud karena konflik politik dan minimnya pengembangan pelabuhan tersebut.

Kedatangan kapal pesiar itu juga menandai babak baru yang cerah untuk Port Royal, sebuah sejarah yang dikenal banyak orang Jamaika tetapi jarang dibicarakan di luar pantainya.

Port Royal sekarang menjadi kampung nelayan yang tenang di ujung lahan sepanjang 29 kilometer yang membentang dari Kingston.

Namun pada akhir abad ke-17 reputasinya begitu buruk sehingga dianggap sebagai tempat paling kejam/berdosa di muka bumi.

Bahkan ada yang menyebutnya sebagai Kota Sodom di era modern. 

Dikendalikan Spanyol selama lebih dari 150 tahun karena lokasinya yang strategis, pada tahun 1655 Jamaika diserang pasukan Inggris. Secara tiba-tiba peralihan kepemilikan yang menguntungkan Inggris terjadi.

Namun karena tenaga kerja Inggris terbatas untuk melindungi pulau itu, gubernur jenderal saat itu, Edward D'Oyley, akhirnya merekrut bajak laut dan prajurit bayaran.

Situasi itu, ditambah dengan keuntungan dari perdagangan budak, gula dan kayu gelondongan, membuat Port Royal berubah menjadi tempat alkohol, uang, dan seks.

Bahkan, seperempat dari seluruh bangunan di tempat ini adalah bar dan rumah bordil.

Kawasan ini dengan cepat berkembang menjadi lahan basah bergelimang uang.

Sumber: bbc
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved