TRIBUNWIKI
Sejarah Kerja Tahun, Ucapan Syukur Masyarakat Karo Atas Hasil Panen
Kegiatan tahunan ini, diketahui merupakan acara yang melambangkan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang didapat selama setahun terakhir.
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
Hari pertama yang disebut cikorkor, merupakan bagian awal dari persiapan menyambut kerja tahun yang ditandai dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang biasanya ada di dalam tanah.
Umumnya lokasinya di bawah pepohonan. Pada hari itu semua penduduk pergi ke ladang untuk mencari kor-kor untuk dijadikan lauk makanan pada hari itu.
Hari kedua, yang disebut cikurung, ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah.
Kurung adalah binatang yang hidup di tanah basah atau sawah, biasa dijadikan lauk oleh masyarakat Karo.
Baca juga: TERBARU Aksi Kebrutalan KKB di Papua, 5 Orang Pekerja Bangunan Tewas dan Kepala Suku Luka-luka
Hari ketiga yang disebut ndurung, kegiatan mencari durung sebutan untuk ikan di sawah atau sungai. Pada hari itu penduduk satu kampung makan dengan lauk ikan.
Ikan yang ditangkap biasanya nurung mas, lele yang biasa disebut sebakut, kaperas, belut.
Hari keempat yang disebut mantem atau motong, yaitu satu hari menjelang hari perayaan puncak. Pada hari itu penduduk kampung memotong lembu, kerbau, dan babi untuk dijadikan lauk.
Hari kelima, manata yang artinya hari puncak perayaan. Pada hari itu semua penduduk saling mengunjungi kerabatnya.
Setiap kali berkunjung semua menu yang sudah dikumpulkan semenjak hari cikor-kor, cikurung, ndurung, dan mantem dihidangkan. Pada saat tersebut semua penduduk bergembira.
Panen sudah berjalan dengan baik dan kegiatan menanam padi juga telah selesai dilaksanakan.
Hari keenam, nimpa. Hari itu ditandai dengan kegiatan membuat cimpa, makanan khas Karo, biasa disebut lepat.
Tidak lengkap rasanya merdang merdem tanpa kehadiran cimpa. Untuk kecamatan lain di Tanah Karo kegiatan nimpa diganti dengan ngerires yaitu acara membuat rires yang dalam bahasa indonesia disebut lemang.
Hari ketujuh disebut rebu. Hari tersebut merupakan hari terakhir dari serangkaian pesta enam hari sebelumnya.
Baca juga: 5 Pekerja Jembatan Penghubung Jalan Tol Trans Papua Ditembak Mati KKB, Kepala Suku Luka-luka
Pada hari tersebut tidak ada kegiatan yang dilakukan. Tamu-tamu sudah kembali ke tempat asalnya.
Momen yang melibatkan seluruh warga kampung tersebut biasanya juga dimanfaatkan muda-mudi sebagai ajang mencari jodoh.
Setiap acara merdang merdem biasanya dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron yaitu acara tari tradisional Karo yang melibatkan pasangan muda-mudi.
(cr4/tribun-medan.com)
