Dugaan Malapraktik

Happy Damanik Diduga Jadi Korban Malapraktik, RSUD Amri Tambunan Tutupi Hasil Pemeriksaan

Happy Yansdika Damanik, wanita yang meninggal dunia setelah menjalani operasi caesar di RSUD Amri Tambunan diduga menjadi korban malapraktik

Editor: Array A Argus
HO / Tribun Medan
Happy Yansdika Damanik 

TRIBUN-MEDAN.COM,DELISERDANG- Happy Yansdika Damanik (27), wanita yang meninggal dunia setelah diminta dokter jalani operasi caesar saat melahirkan diduga menjadi korban malapraktik.

Keluarga curiga, banyak hal janggal yang terjadi sebelum dan sesudah istri Aprianto Manurung ini dioperasi caesar oleh pihak RSUD Amri Tambunan.

Menurut Pniel Damanik, abang kandung Happy Yansdika Damanik, adiknya itu sebelum menjalani operasi caesar atas masukan dokter RSUD Amri Tambunan kondisi hemoglobin (HB) darahnya tidak normal.

Kala itu HB darah Happy Yansdika Damanik cuma 7,1.

 

 

"Saya memang bukan orang kesehatan, tapi kami sudah sharing juga dengan pihak yang memahami masalah kesehatan. Bahwa standar (kalau mau operasi) nya itu harus di atas 10," kata Pniel Damanik, Rabu (5/7/2022).

Pniel mengatakan, dia curiga, bahwa proses pembedahan yang dilakukan pihak RSUD Amri Tambunan juga bermasalah.

Sayangnya, saat pihak keluarga meminta hasil pemeriksaan Happy Yansdika Damanik, pihak RSUD Amri Tambunan terkesan menutupi.

Pihak RSUD Amri Tambunan cuma bilang bahwa kondisi adiknya bagus, tapi tak pernah memberikan rekam medik kepada pihak keluarga. 

"Hasil scan otak sempat kami minta, tapi tidak dikasih. Scan sudah disetujui keluarga, tapi hasilnya cuma disebut bagus saja sama dokter," kata Pniel Damanik.

Pniel bilang, ia merasa kesal, karena pihak RSUD Amri Tambunan terkesan tidak profesional.

Semestinya, kata Pniel, rekam medik Happy Yansdika Damanik diberikan pada keluarga. 

"Kami yang enggak senangnya dan kami rasa janggal itu, kenapa hasil scan tidak ada ditunjukkan, cuma disampaikan kayak ngobrol saja," ucap Pniel.

Pniel bilang, keluarga ingin tahu rekam medik dari sang adik, karena kebetulan ada kerabat yang juga merupakan petugas medis. 

"Dimana pun kita menjalani perawatan, kita berhak menerima secepatnya hasil pemeriksaan supaya bisa keluarga tahu dan sinkron. Karena hal ini yang buat kami curiga," paparnya.

Disinggung apakah keluarga ada berniat membawa masalah ini ke jalur hukum atau tidak, Pniel masih membicarakannya dengan keluarga. 

"Ada juga keluarga orang hukum. Belum tahu mau ini diteruskan atau tidak, karena harus disusun juga rencana untuk nyusun saksi atau data-data. Kami lima bersaudara, saya anak pertama, dan Happy ini adik saya nomor 4. Dia ini orangnya ramah sama orang dan selalu happy sesuai namanya," kata Pniel mengenang sang adik.

Belum ada jawaban yang jelas

Pihak rumah sakit beralasan, bahwa penyebab Happy Yansdika Damanik meninggal dunia karena komplikasi emboli air ketuban dan infeksi organ dalam.

Sampai detik ini, belum ada penjelasan dari RSUD Amri Tambunan, kenapa dokter mengarahkan Happy Yansdika Damanik untuk operasi caesar.

Apakah penyebab komplikasi emboli air ketuban dan infeksi organ dalam akibat operasi caesar yang disarankan dokter atau bukan, juga belum terjawab.

 

 

Direktur RSUD Amri Tambunan, dr Hanif Fahri SpKJ mengatakan, pihaknya sudah menurunkan Tim Komite Medik, guna melihat apakah ada kesalahan SOP atau tidak dalam penanganan operasi caesar Happy Yansdika Damanik.

Sejauh ini, masalah tersebut sudah ia ketahui berdasarkan laporan dari stafnya. 

"Mohon maaf, saya sedang pendidikan. Namun, kami tentunya tidak menginginkan kejadian ini. Sementara itu dulu yang bisa saya konfrontir," kata Hanif, Selasa (5/7/2022).

Hanif mengatakan, informasi lengkap akan disampaikan oleh pihak Kehumasan RSUD Amri Tambunan

Dia juga berjanji akan menjelaskan lebih lanjut, apa alasan dokter menyarankan korban untuk operasi caesar, meski kondisi bayi saat itu dalam keadaan sehat, tidak sungsang. 

Baca juga: RSUD Amri Tambunan Dinilai Mengisap Darah Rakyat Miskin, Berobat Harus Ada Jaminan Rp 1 Juta

"Kami dari managemen turut prihatin dan berduka bersama keluarga besar ibunda tersebut," kata Hanif.

Sementara itu, suami Happy Yansdika Damanik, Aprianto Manurung mengatakan bahwa istrinya menjalani operasi caesar pada 20 Juni 2022 lalu.

Sebelum menjalani operasi caesar, kondisi sang istri baik-baik saja.

Bahkan, dari video yang diunggah oleh Aprianto manurung, sang istri sempat tertawa bahagia menanti kelahiran anak kedua mereka.

Belakangan, setelah menjalani operasi caesar atas saran dokter RSUD Amri Tambunan, kondisi Happy Yansdika Damanik langsung drop.

Selama 14 hari dirawat, Happy Yansdika Damanik kemudian meninggal dunia pada Minggu, 3 Juli 2022 kemarin.

Baca juga: DPRD Minta Bupati Deliserdang Evaluasi Direktur RSUD Amri Tambunan Karena Minta Duit Warga Miskin

Kepergian Happy tentu sangat membuat sedih sang suami.

Aprianto Manurung sampai tak habis pikir, kenapa musibah ini bisa terjadi. 

Catatan buruk RSUD Amri Tambunan

RSUD Amri Tambunan, fasilitas kesehatan milik Pemkab Deliserdang berulangkali menjadi sorotan.

Sebelum kasus Happy Yansdika Damanik viral, RSUD Amri Tambunan juga sempat dikritisi karena beragam kebijakannya yang dinilai menyengsarakan rakyat.

Satu diantara kebijakan yang sampai saat ini belum diterima sejumlah warga adalah soal adanya uang jaminan Rp 1 juta, bagi warga miskin yang ingin berobat.

Tiap warga miskin yang ingin mendapat pelayanan rumah sakit, harus menyediakan uang jaminan Rp 1 juta.

Baca juga: Warga Miskin Dimintai Uang Rp 1 Juta Berobat ke RSUD Amri Tambunan, DPRD: Jangan Bebani Masyarakat

Aturan ini pun sempat dikomplain beberapa kepala desa di Kabupaten Deliserdang, yang membawa warganya ke RSUD Amri Tambunan.

Para kepala desa menilai, bahwa warga miskin datang ke rumah sakit pemerintah dengan harapan bisa mendapat keringanan.

Namun, uang jaminan Rp 1 juta yang diminta pihak RSUD Amri Tambunan, justru menyusahkan masyarakat.

Kemudian, kasus lain yang sempat bikin heboh di RSUD Amri Tambunan adalah ketika seorang balita tidak ditangani dengan cepat oleh petugas medis.

Balita anak pasangan M Fahrur Rozi dan Intan Sari itu akhirnya meninggal dunia, lantaran lamban ditangani pihak RSUD Amri Tambunan.

 

 

Karena masalah ini pula, kakek sang balita bernama Surya Darma mengaku kecewa berat dengan pelayanan RSUD Amri Tambunan.

Surya Darma yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Bidang Kerohanian DPD Partai Golkar Deliserdang ini menyebut bahwa petugas di RSUD Amri Tambunan itu tidak punya akhlak, karena mengabaikan pasien yang butuh pertolongan.

Lalu, kasus lain yang sempat disoroti masyarakat adalah terkait pungutan biaya untuk fasilitas pelayanan Covid-19.

Sejumlah pihak menilai, program layanan ini cuma ajang cari untuk pihak RSUD Amri Tambunan.

Meski masalah terus muncul di RSUD Amri Tambunan, sayangnya Bupati Deliserdang, Amri Tambunan belum ada mengambil sikap tegas terhadap manajemen rumah sakit pelat merah itu.

Para petinggi rumah sakit masih menjabat, meski masalah terus-terusan muncul dan meresahkan masyarakat.(tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved