KTT G20 di Bali
POLEMIK Menlu Rusia Sergei Lavrov Dikabarkan Walk Out saat Dikritik Bertubi-tubi oleh Negara Barat
Disebutkan, Sergei Lavrov menghadapi kritik bertubi-tubi dari negara-negara barat hingga dirinya memutuskan walk out.
Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani menyebut tidak ada delegasi yang melakukan walk out selama pertemuan berlangsung.
Kalaupun ada yang melakukannya, kata Dian, walk out merupakan suatu hal yang normal dalam dunia diplomasi.
“Tetapi yang penting bukan merupakan upaya walk out terhadap kepemimpinan Indonesia (di G20),” kata dia.
Ia menjelaskan bahwa justru dengan kehadiran semua menlu G20 di Bali menunjukkan kepercayaan kepada presidensi Indonesia untuk dapat melakukan pertemuan secara netral, mengingat rekam jejak politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan selalu berusaha mencari solusi atas permasalahan dunia. “Ini suatu modal yang berharga,” kata Dian.
Di bawah presidensi Indonesia, FMM G20 membahas dua isu utama yaitu multilateralisme serta pangan dan energi.
G20 adalah sebuah platform multilateral strategis yang menghubungkan 20 ekonomi utama dunia dan memegang peran strategis dalam mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global.
G20 terdiri dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Perancis, China, Turki, dan Uni Eropa.
Menlu Rusia: Barat Sudah Nyatakan Perang Total dengan Kami
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Jumat (27/5/2022) menuduh negara-negara Barat melancarkan perang total terhadap Rusia, rakyatnya, serta budayanya.
"Barat telah menyatakan perang terhadap kami, secara keseluruhan, dunia Rusia. Budaya mengucilkan Rusia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan negara kami sudah mencapai titik absurditas," kata Lavrov pada pertemuan kementerian dikutip dari AFP.
Dia menuduh Barat sampai melarang penulis, komposer, dan tokoh budaya Rusia lainnya. "Bisa dikatakan bahwa situasi ini akan kami rasakan untuk waktu yang lama," tambahnya.
Menurut Lavrov, Washington "dan satelitnya menggandakan, tiga kali lipat, empat kali lipat upaya mereka untuk menahan negara kami".
Lavrov juga mengatakan, Barat "menggunakan berbagai alat--dari sanksi ekonomi sepihak hingga propaganda palsu sepenuhnya di ruang media global".
"Di banyak negara Barat, Russophobia sehari-hari telah menjadi sifat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan, yang sangat kami sesalkan, didorong oleh kalangan pemerintah di sejumlah negara," ujar Lavrov.
Negara-negara Barat menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Rusia setelah Presiden Vladimir Putin mengerahkan pasukan ke Ukraina pada 24 Februari.
(*/tribun-medan.com/ Kompas.com/ kontan.co.id )
