Berita Nasional
Pandemi Covid-19 Belum Usai dan Kemungkinan Vaksin Dosis Keempat, Ini Penjelasan Epidemiolog
Vaksin dosis keempat tersebut sedang dipertimbangkan karena adanya prediksi pandemi Covid-19 yang bakal berkepanjangan.
TRIBUN-MEDAN.com - Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menyebutkan pemerintah mulai mempertimbangkan adanya booster kedua atau vaksin dosis keempat untuk masyarakat umum.
Menurutnya, saat ini vaksin dosis keempat tersebut sedang dipertimbangkan karena adanya prediksi pandemi Covid-19 yang bakal berkepanjangan.
Terkait dengan rencana adanya booster ini sejumlah warganet menanyakan di media sosial mengenai sampai kapan harus terus disuntik vaksin Covid-19 booster.
Baca juga: Tiga Kasus Subvarian Omicron BA.2.75 Terdeteksi Masuk ke Indonesia, Begini Gejalanya
Salah satu yang menanyakan hal tersebut adalah akun Tiktok berikut. “Kalian baca nih ‘Siap-Siap! Pemerintah Mulai Pertimbangkan Vaksin Dosis 4, Kemenkes: Pandemi Masih Panjang’ Astaughfirullah! Jujur aku mau nanya, kalian kaya capek gitu nggak sih? Gua nggak tahu ya, vaksin ke 4 ini penting apa nggak ? Tapi yang gue tau beberapa negara maju di dunia sudah memperbolehkan dosis kedua aja. Beberapa negara maju udah memperbolehkan untuk turis masuk ke negara mereka dengan minimal vaksin kedua. Dengan catatan regulasi mereka, di mana kita harus membuktikan kalau kita negatif covid lewat PCR. Nah pertanyaannya dosis ke 4 ini buat tapa?” kata akun tersebut dalam potongan unggahannya.
Penjelasan Epidemiolog
Dikutip dari Kompas.com, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyampaikan, penyuntikan vaksin terhadap masyarakat tergantung bagaimana keberhasilan kita meredam laju penularan Covid-19.
“Dengan cara apa (meredam laju penularan) ya dengan cara kombinasi 3T, 5 M serta cakupan vaksinasi global,” ujar Dicky dihubungi Kompas.com, Minggu (24/7/2022).
Dicky menyampaikan, seandainya seluruh dunia bisa mencapai dua dosis vaksinasi sampai 70 persen di bulan Juli maka tentunya akan sangat membantu meredam laju penularan subvarian Covid-19 termasuk BA 2.75 yang saat ini merebak.
“Tapi faktanya ada 136 negara yang belum mencapai ini di Juli. Itu yang membuat mutasi terus terjadi dan lebih leluasa. Karna ada ketimpangan,” ungkap Dicky.
Sehingga Dicky mengatakan, selama hal tersebut terjadi maka solusi yang harus dilakukan adalah tetap harus konsisten untuk melakukan 3T, 5 M dan vaksinasi.
“Jadi jawabannya ya, terus konsisten 3T, 5M, vaksinasi,” kata dia.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Medan, Dinkes Tambahkan 70 Titik Pelayanan Vaksin Booster
Lebih lanjut Dicky menambahkan, yang harus dipertimbangkan agar booster tak harus terus-menerus dilakukan adalah upaya dukungan berkelanjutan terhadap riset vaksin.
Karena saat ini vaksin yang ada memiliki keterbatasan waktu terkait efektivitasnya, maka dukungan terhadap riset vaksin untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan.
“Nah, kalau misal vaksin merah putih atau vaksin lain yang tengah diriset dunia kemudian muncul dengan durasi yang lebih lama dari yang ada saat ini, itu yang akan jadi solusi,” ucap Dicky.
Pihaknya mengatakan, vaksin penyakit menular lain umumnya memiliki jangka waktu 5 hingga 10 tahunan, sehingga jika riset berhasil membuat vaksin Covid-19 seperti itu maka bisa mengurangi keharusan seseorang dibooster berulang kali.
