Prabowo Subianto Akui Penculikan Aktivis 1998 ke Budiman Sudjatmiko : Sudah Dikembalikan Semua

Disampaikan Politikus PDI-P Budiman Sudjatmiko membongkar bahwa Prabowo Subianto pernah mengakui soal penculikan 1998. Ia juga menguak soal hilangnya

|
Kolase/TribunSumsel/Tribunnews
Momen Budiman Sudjatmiko menemui Prabowo Subianto 

Sementara, aktivis lain yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.

Prabowo mengaku tidak tahu nasib mereka.

Baca juga: Jokowi Ngegas Wartawan Saat Ditanya Soal Duet Prabowo dan Erick: Gak Ada Hubungannya!

Baca juga: Respon Keras PKB Tolak Duet Prabowo-Erick, Kemesraan Keduanya Makin Bikin Panas

"(Prabowo bilang) 'Yang saya ambil sudah kembali semua. Saya kembalikan semua. Saya tidak tahu kenapa sebagian tidak pernah kembali ke rumah,” ujarnya.

“Tapi yang saya ambil saya sudah lepaskan semua'. Itu pengakuannya," tutur dia.

Budiman menyebut pertemuan di tahun 2002 itu adalah kali pertama dirinya bertemu dengan Prabowo.

Adapun, saat peristiwa penculikan terjadi pada tahun 1997-1998, Prabowo masih menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.

FADLI ZON - Deretan Foto Muda Mantan Aktivis Fadli Zon, Fahri Hamzah,Budiman Sudjatmiko Jadi Sorotan
FADLI ZON - Deretan Foto Muda Mantan Aktivis Fadli Zon, Fahri Hamzah,Budiman Sudjatmiko Jadi Sorotan (kolase/twitter/tribunsolo)

Kopassus diketahui membentuk tim kecil bernama Tim Mawar, yang melakukan operasi penculikan.

Sebagai informasi, semasa era Orde Baru, Presiden ke-2 Soeharto melakukan segala cara untuk mempertahankan kuasanya.

Ia meredam segala kritik yang ditujukan, bahkan dengan lewat cara kekerasan. Sejumlah aktivis diculik.

Beberapa dilepaskan, namun sebagian tak pernah kembali hingga kini.

Dalam kasus penculikan aktivis 1997/1998, Kopassus membuat tim kecil untuk melakukan operasi penculikan tersebut.

Baca juga: Ganjar Pranowo Mengaku Selalu Kagum pada Prabowo Subianto, dan Mendoakan Agar Sehat Selalu

Baca juga: Kedapatan Main Judi Online, Kejari Pidie Eksekusi Lima Warga Dengan Hukuman Cambuk

Tim kecil ini disebut Tim Mawar, dibentuk karena peristiwa 27 Juli 1996.

Kala itu, para preman didukung tentara merampas kantor dan menyerang simpatisan yang mendukung Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Tim Mawar bertugas untuk mendeteksi kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror.

Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved