Breaking News

Dinkes Sumut Catat 26.399 Balita Alami Stunting, Dinkes Ajak Masyarakat Terapkan ABCDE

Serta, ada sebanyak 12.225 balita wasting (gizi kurang) dari 610.132 yang ditimbang dan diukur atau sekitar 2 persen.

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan
Anak dengan Kondisi Stunting di Kabupaten Langkat. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara mencatat berdasarkan laporan penimbangan Agustus 2023 dan aplikasi elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada tanggal 3 Oktober 2023 tercatat 26.399 Balita stunting (pendek dan sangat pendek) dari 609.617 yang diukur atau sekitar 4,3 persen.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sumut, Hamid Rijal Lubis mengatakan, ada sebanyak 18.402 Balita underweight (berat badan kurang) dari 611.238 yang ditimbang atau sekitar 3,01 persen.

Serta, ada sebanyak 12.225 balita wasting (gizi kurang) dari 610.132 yang ditimbang dan diukur atau sekitar 2 persen.

"Guna mencegah kenaikan angka stunting, Dinas Kesehatan Sumatra Utara (Sumut) mengajak masyarakat untuk menerapkan langkah ABCDE," ujar Hamid saat diwawancarai, Senin (9/10/2023).

Baca juga: Bupati Simalungun Keluarkan SK Bapak Asuh Anak, Bertujun Tekan Prevalensi Stunting

Dikatakannya, ABCDE merupakan akronim dari Aktif minum tablet tambah darah, Bumil teratur periksa kehamilan, Cukupi konsumsi protein hewani, Datang ke Posyandu setiap bulan, dan Eksklusif ASI 6 bulan.

"Saat ini dalam menanggulangi permasalahan tersebut, Dinas Kesehatan Sumut sejauh ini membantu daerah merumuskan regulasi, strategi termasuk rencana aksi. Melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi program kegiatan," katanya.

Selain itu, ujar Hamid, pihaknya juga membantu daerah dalam mengidentifikasi kendala dan hambatan serta perumusan solusi untuk permasalahan yang ditemukan.

Serta mengkoordinir pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan percepatan program gizi masyarakat.

"Mengkoordinasikan peningkatan kerja sama dan kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya. Peningkatan kapasitas bagi petugas di daerah untuk penyelenggaran program gizi masyarakat," jelasnya.

Hamid menuturkan, untuk sejumlah faktor yang menjadikan stunting pada anak adalah disebabkan kekurangan gizi kronis dan atau penyakit infeksi berulang.

Sehingga untuk pencegahan agar tidak terjadi stunting dimulai dari remaja putri rutin mengkonsumsi tablet tambah darah dan melakukan skrining calon pengantin.

"Selanjutnya melaksanakan skrining layak hamil, pemeriksaan kehamilan minimal enam kali selama masa hamil, konsumsi gizi seimbang untuk ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah untuk ibu hamil, persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan," ujarnya.

Kemudian, inisiasi menyusu dini, skrining hipotiroid kongenital atau skrining/uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita.
Pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI untuk anak usia 6-23 bulan, konsumsi gizi seimbang untuk anak usia di atas 23 bulan.

"Selanjutnya, pemantauan tumbuh kembang Balita, imunisasi dasar lengkap, stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih, dan pola asuh," pungkasnya.

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved