Pilpres 2024
ALASAN POLISI Minta Rektor Unika Soegijapranata Buat Video Testimoni: Mengajak Pemilu Berjalan Damai
Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar pun angkat bicara terkait pernyataan Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Ferdinandus Hindarto
TRIBUN-MEDAN.COM - Kepolisian mengakui pihaknya meminta Rektor Unika Soegijapranata membuat testimoni video, tapi untuk mengajak agar pemilu berjalan damai.
Sebelumnya, Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto mengaku diminta seseorang yang mengaku polisi untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Nomor satu diminta mengapresiasi kinerja Pak Jokowi. Kedua bahwa pemilu ini mencari penerus Pak Jokowi. Yang ketiga lupa," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (6/2/2024).
Dia menjelaskan, pemilik nomor yang mengaku dari polisi tersebut mulai menghubunginya pada Jumat 2 Febuari 2024 yang lalu.
"WA (WhatsApp) dari anggota Polrestabes Semarang atas instruksi Polda Jateng menghubungi Jumat," kata dia.
Oknum tersebut memintanya untuk membuat video testimoni untuk Jokowi dengan poin-poin yang telah dikirimkan.
"Beliau meminta saya untuk buat video. Tapi saya nggak respons, karena kami memang berbeda," ujarnya.
Kemudian pada Sabtu, 3 Febuari 2024 menghubunginya kembali dengan mengirimkan video-video testimoni dari kampus lain.
"Ini bapak semuanya sudah ngirim untuk saya kirim ke Kapolda," ucap Hindarto menirukan pesan yang dikirim kepadanya.
Merasa tak perlu membuat video testimoni tersebut, Hindarto memilih untuk tidak membalas pesan dari nomor tersebut.
"Saya nggak respons karena itu bukan pilihan kami," paparnya.
Lalu pada Senin, 5 Febuari 2024 nomor tersebut kembali menghubunginya. Kali ini melalui sambungan telepon.
"Senin siang masih telpon lagi tapi tetap nggak saya respons," ujarnya.
Penjelasan Kapolrestabes Semarang
Setelah ramai masalah ini, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar pun angkat bicara terkait pernyataan Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Ferdinandus Hindarto yang menyebut dihubungi polisi untuk membuat video testimoni berupa apresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Irwan mengungkapkan ajakan tersebut bukan untuk membuat video testimoni tetapi untuk mengajak agar pemilu berjalan damai.
“Tidak ada sama sekali, sekali lagi saya ulangi bahwa ajakan kepada tokoh masyarakat tokoh agama pemuda termasuk ada mahasiswa civitas akademika itu mengajak mensupport terciptanya pemilu damai,” katanya di Semarang, Selasa (6/2/2024) dikutip dari Tribun Jateng.
Irwan mengatakan, penolakan oleh Ferdinandus merupakan pilihan bagi yang bersangkutan apakah mau untuk membuat video tersebut atau tidak.
Dia mengharapkan agar para intelektual dapat membuat narasi menyejukan saat Pemilu 2024 berlangsung.
“Yang Unika itu kan yang kami tangkap itu pilihan. Kami berhadapan dengan orang-orang dengan intelektual yang bagus.”
“Punya pilihan narasi-narasi mana yang disampaikan untuk memberikan kesejukan bagi warga Kota Semarang,” jelas Irwan.
Irwan mengatakan tidak ada paksaan terhadap pihak-pihak yang diminta untuk membuat video tersebut.
Dia juga mengungkapkan tokoh-tokoh yang dipilih untuk membuat video pemilu damai tersebut bukan orang sembarangan.
“Memang ada beberapa yang menolak tapi banyak yang mensupport kegiatan ini,” tukasnya.
Sementara, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Satake Bayu menegaskan video pemilu damai ini sebagai kegiatan cooling system.
Senada dengan Irwan, Satake mengungkapkan video tersebut dibuat demi menjaga pemilu berjalan aman, lancar, dan tertib.
Hal ini, sambungnya, sekaligus membantah bahwa permintaan pembuatan video ini sebagai wujud dukungan kepada salah satu paslon capres-cawapres.
“Tidak ada arahan untuk mendukung salah satu paslon (Presiden dan Wakil Presiden),” tegasnya.
Kronologi
Sebelumnya, Ferdinandus mengaku menolak untuk membuat video apresiasi kinerja Jokowi dan ajakan untuk memilih penerusnya.
Terkait video tersebut, dia mengatakan bahwa video tersebut jika dibuat akan diserahkan ke Kapolda Jateng, Irjen Ahmad Luthfi.
“Iya, video itu akan diserahkan ke Kapolda (Jateng). Namun, saya tolak untuk membuat videonya,” kata Ferdinandus di Kampus Unika, Semarang, Selasa (6/2/2024).
Lantas, Ferdinandus pun membeberkan kronologi dirinya diminta polisi membuat video apresiasi tersebut. Dia mengungkapkan permintaan itu berawal ketika ada seorang polisi yang mengaku berasal dari Polrestabes Semarang menghubunginya via apilkasi pesan, WhatsApp pada Jumat (2/2/2024) lalu.
Pada saat itu, dia hendak pergi ke Surabaya untuk menghadiri pertemuan pimpinan perguruan tinggi Katolik.
Ferdinandus mengungkapkan dirinya langsung menolak dengan tegas terkait permintaan pembuatan video tersebut. “Kami nyatakan tidak (bikin video) karena kami memilih sikap itu. Kami bukan membenci. Semisal hal baik maka dibilang baik. Sebaliknya, ketika ada sesuatu tidak pas ya bilang tidak pas," ucapnya.
Ferdinandus menyebut polisi tersebut tak patah arang dan kembali menghubunginya pada keesokan harinya. Bahkan, di kesempatan tersebut, polisi itu turutu mengirimkan contoh-contoh video dari kampus lainnya di Jawa Tengah.
"Setahu saya video contohnya dari Undip, UIN,dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) lainnya di Semarang. Adapula Unsoed (Purwokerto)," jelasnya.
Lagi-lagi, meski Ferdinandus menolak, polisi tersebut terus memohon agar membuat video apresiasi kinerja Jokowi. Dia mengatakan polisi tersebut, saat itu, menyederhanakan permintaannya menjadi hanya membuat pernyataan saja tanpa membuat video.
"WA tadi pagi terakhir jam 11, bahasanya pak mbok kasihani saya. Saya jawab, saya tahu jenengan jalankan tugas tapi tolong hormati pilihan kami," terangnya.
(*/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Polrestabes Semarang Buka Suara soal Ajak Rektor Unika Bikin Video Testimoni: Biar Pemilu Damai
Kapolrestabes Semarang
Kombes Irwan Anwar
Rektor Unika Soegijapranata
polisi minta rektor unika bikin testimoni
Viral Medsos
Berita Viral
| Nama 55 Anggota DPRD DI Yogyakarta Periode 2024-2029, PDIP Kursi Terbanyak Disusul Gerindra dan PKS |
|
|---|
| Nama 50 Anggota DPRD Surabaya 2024-2029, PDIP, Gerindra dan PKB Raup Kursi Terbanyak |
|
|---|
| NASIB PDIP Usai Kalah di Pilpres Juga Bisa Gagal Raih Kursi Ketua DPR Gegara Oposisi: Revisi UU MD3 |
|
|---|
| USAI Nyatakan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Minta Relawan Perubahan Jangan Berhenti Berjuang |
|
|---|
| PKS Niat Gabung Koalisi Prabowo: Golkar Anggap Sensitif, Gelora Tegas Tolak, PSI Sebut Tak Sehat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.