Berita Viral

SEBELUM Nyatakan Mundur, Airlangga Sempat Bertemu Jokowi, Pengamat Duga Ada Campur Tangan Istana

Airlangga Hartarto sempat berbicara dengan Jokowi di Istana Negara sebelum menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar. 

Kompas.com/Muhammad Adimaja
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kanan) meninggalkan ruangan usai membuka secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Jakarta, Selasa (3/12/2019) 

TRIBUN-MEDAN.com - Airlangga Hartarto sempat berbicara dengan Jokowi di Istana Negara sebelum menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar. 

Pertemuan mereka berlangsung pada Jumat (9/8/2024) siang. 

Airlangga tiba di Istana Negara pada pukul 14.05 WIB. Ia kemudian keluar sekitar pukul 15.43 WIB.

Artinya Airlangga bertemu dan berbicara dengan Jokowi selama sekitar 1 jam 38 menit.

Kepada awak media di Istana, Airlangga mengaku pertemuannya dengan Jokowi itu hanya membahas soal perkembangan ekonomi di Indonesia.

Tak ada membahas masalah Partai Golkar. "Update ekonomi tadi," kata Airlangga.

Selain itu kata dia, dalam pertemuan itu ia dan Jokowi juga membahas masalah perdagangan dengan China yang mengalami surplus 8 billion USD.

Menurut Airlangga, tidak banyak negara yang bisa mengalami surplus perdagangan dengan China.

"Sehingga kebijakan kita dan daya saing baik. Apalagi kan harga komoditas sudah turun juga," katanya.

Airlangga Hartarto secara resmi menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar. Pengunduran diri Airlangga terhitung sejak Sabtu (10/8/2024) malam.
Airlangga Hartarto secara resmi menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar. Pengunduran diri Airlangga terhitung sejak Sabtu (10/8/2024) malam. (HO)

Airlangga juga mengaku dalam pertemuan itu ia telah menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa undang-undang EU CEPA harus segera difinalisasi.

Airlangga mengatakan telah meminta kementerian dan lembaga menyerahkan hasil negosiasi final.

"Karena Eropa berikan konsesi kita juga berikan konsesi. Targetnya EU CEPA bisa diselesaikan perundingannya sebelum bulan Oktober nanti. Sekarang sudah 19 ronde perundingan dan sudah tinggal chief negotiator-nya aja," ujarnya.

Diketahui, Airlangga Hartarto secara mengejutkan menyatakan mundur sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Dalam rekaman video yang disebarkannya kepada jajaran Partai Golkar dan media, Airlangga menyatakan mundur dari jabatan sebagai orang nomor satu di Partai Golkar sejak Sabtu, 10 Agustus 2024.

"Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim serta atas petunjuk Tuhan yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Pengunduran diri ini terhitung sejak semalam, yaitu Sabtu 10 Agustus 2024," kata Airlangga.

Airlangga mengatakan pertimbangannya mundur sebagai Ketua Umum Golkar adalah untuk menjaga keutuhan partai dan dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat.

"Untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.

Selanjutnya kata Airlangga, partai akan menyiapkan mekanisme untuk menentukan pimpinan selanjutnya  di Golkar. Mekanisme tersebut sesuai dengan AD/ART Golkar.

Tak diketahui pasti apa yang menjadi alasan sebenarnya di balik mundurnya Airlangga sebagai Ketum Golkar.

Namun sehari sebelum menyatakan pengunduran diri itu, Airlangga ternyata sempat bertemu dan berbicara empat mata dengan Presiden Jokowi.

Pengamat: Ada Campur Tangan Istana

Direktur Eksekutif Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai ada kekuatan besar di balik pengunduran diri Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.

Dedi menilai keputusan Airlangga mundur dari Ketua Umum Golkar cukup mengejutkan.

Pasalnya, Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga memiliki prestasi yang gemilang.

"Mundurnya Airlangga Hartarto di tengah prestasi membawa Golkar di Pemilu 2019 dan 2024 memang cukup mengejutkan," kata Dedi kepada Tribunnews.com, Minggu (11/8/2024).

Menurut Dedi, Airlangga berhasil melewati momentum di mana pernah dalam posisi "digoyang" sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

"Sehingga rasanya bukan persoalan soliditas, tetapi mungkin ada tekanan yang memiliki kekuatan, dibandingkan rival-rival politiknya di Golkar tentu kekuatan ini mengarah ke Istana," ujarnya.

Lebih lanjut, momentum pengunduran diri Airlanngga bertepatan dengan penyelenggaraan Pilkada 2024.

Dia menilai, kekuatan itu turut membatasi ruang gerak Airlangga untuk mengusung kader terbaik di Pilkada Serentak 2024.

Misalnya, keinginan Airlangga yang hendak mengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jawa Barat, namun akhirnya malah maju di DKI Jakarta.

"Keputusan Airlangga Hartarto yang sebelumnya menginginkan Ridwan Kamil tetap di Jawa Barat tetapi Gerindra lebih dulu mewacanakan Ridwan Kamil di Jakarta dan tiba-tiba Ridwan Kamil disetujui maju di Jakarta," ucapnya.

"Menurut saya banyak persoalan yang membuat Airlangga tidak bebas lagi menentukan keputusan," ucapnya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menegaskan tak ada sesuatu yang janggal terkait mundurnya Ailangga Hartarto dar kursi Ketua Umum Partai.

Ia mengatakan pengunduran diri Airlangga bertujuan agar soliditas Golkar tetap terjaga menjelang Pilkada Serentak 2024.

"Justru untuk menjaga itu semua supaya agenda agenda partai Golkar, agenda nasional termasuk Pilkada supaya lebih smooth, lebih terjaga, maka Ketua Umum kami dengan ikhlas dengan suka rela menyatakan mundur dari partai Golkar," kata Doli di Jakarta, Minggu (11/8/2024).

Dijelaskan Doli, ada sejumlah pertimbangan Airlangga mundur dari Ketua Umum Golkar.

Pertama, Airlangga ingin menjaga soliditas partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Tadi sudah saya sampaikan, dasar pertimbangan Pak Airlangga mundur jadi Ketua Umum partai itu adalah pertama untuk menjaga soliditas partai Golkar. Keutuhan partai Golkar di dalam menghadapi agenda ke depan termasuk menghadapi agenda menjalankan masa transisi pemerintahan yang sampai pemerintahan yang baru," ungkapnya.

Kata Doli, Airlangga akan berkonsentrasi menjabat Menko Perekonomian RI.

Mengingat banyak program yang harus dituntaskan dalam masa transisi pemerintahan Jokowi-Maruf ke Prabowo-Gibran.

"Jadi, transisi di masa kepemerintahan Pak Jokowi ini kan harus juga dituntaskan dan berkesinambungan dengan program pemerintahan yang akan datang di bawah Pak Prabowo dan Pak Gibran. Jadi ketua umum kami akan konsentrasi menangani masalah ini," katanya.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved