Gempa di Pinangsori
Kisah Lasmaida Sitompul, Rumahnya Rusak dan Ladangnya Dihantam Longsor Usai Gempa Bumi
Rumahnya berada di pinggir jalan dan berada di pinggiran sungai. Tiang penyangga rumahhnya sudah mulai miring dan dinding bangunan sudah retak.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Satia
TRIBUN-MEDAN.com, TARUTUNG - Seorang ibu bernama Lasmaida Sitompul (53) bersama dua putrinya lari sekencang-kencangnya saat gempabumi terjadi pada hari ini, Selasa (18/3/2025) pukul 5.23 WIB.
Rumahnya berjarak 50 meter dari jalanan yang tertimbun longsor di Desa Hutabarat, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara. Tanah yang menutupi akses utama Tapanuli Utara - Tapanuli Selatan tersebut adalah areal perladangannya.
Terlihat juga rumah pada bagian kamar tidur dan kamar mandinya retak akibat gempa. Walaupun demikian, ia bersama putrinya tetap bersemangat melayani para petugas yang sedang membersihkan material longsor tersebut. Rumahnya dijadikan sebagai lokasi memasak makanan bagi para petugas di lapangan.
Dengan mata berkaca-kaca, ia mengaku masih trauma akan gempabumi tadi pagi. Saat gempa, ia bahkan tak sadar bahwa kakinya menabrak sepeda motor yang ada di rumahnya karena panik. Walau kesakitan, ia berlari sekencang mungkin untuk menghindari dampak bencana.
Rumahnya berada di pinggir jalan dan berada di pinggiran sungai. Tiang penyangga rumahhnya sudah mulai miring dan dinding bangunan sudah retak.
"Saat terjadi gempa, aku bersama dua putriku langsung lari menuju perkampungan," ujar Lasmaida Sitompul (53), Selasa (18/3/2025).
"Tak kupikirkan lagi bahwa kakiku sudah menabrak sepeda motor yang ada di rumah. Panik dan tak tahu lagi berbuat apa selain lari saja," ujarnya.
Ibu yanga saat ini sebagai single parent merugi karena yang lahan pertaniannya berkurang. Berbagai pohon berbuah ia tanam di ladang tersebut.
"Sehari-hari, aku bertani untuk menghidupi keluarga. Saya sudah ditinggal mati suami. Saat ini bersama dua putri saya," terangnya.
"Kondisi rumahku sudah retak gara-gara gempa. Kamar mandi dan kamar tidur sudah retak padahal baru saja saya bangun itu," lanjutnya.
Dengan kondisi rumah yang rusak, ia berharap uluran tangan pemerintah.
"Saya berharap juga bantuan pemerintah. Selain rumah yang retak, yang belakang rumah juga ada longsor. Lahan pertanian itu lumayan luas yang longsor," sambungnya.
Sebelum tinggal di pinggir jalan tersebut, ia tinggal di kebunnya. Sejak enam tahun mendiami rumahnya, baru kali ini ia alami gempabumi.
"Awalnya saya tinggal di kebun kami itu. Lalu, kami pindah ke sini sejak 6 tahun lalu," terangnya.
"Saya maaih takut karena gempa tadi," pungkasnya. (cr3/tribun-medan.com)
Pascagempa Taput, Wabup Deni Lumbantoruan Minta Warga Tetap Waspada |
![]() |
---|
Tinjau Lokasi Terdampak Gempa di Taput, Bupati dan Wabup Harus Dibonceng Warga Pakai Sepeda Motor |
![]() |
---|
Diguncang Gempa, Akses Tarutung Menuju Sipirok Putus Tertimbun Longsor |
![]() |
---|
Kapolres Taput: Butuh 2 Jam Pembersihan Material Longsor, Jalan Lintas Tarutung-Sipirok Terputus |
![]() |
---|
Cerita Herianto Panggabean, Sejak 2006 Rasakan Gempa Bumi di Kecamatan Pahae Julu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.