Berita Viral

KEWALAHAN Menghadapi Rudal Balistik Iran, Kini Israel Menggunakan Pertahanan Udara Ketapel Nabi Daud

Perang antara Israel dengan Iran telah berlangsung selama 9 hari, Sabtu (21/6). Memasuki hari kesepuluh, Minggu (22/6/2025), ratusan rudal Iran

Editor: AbdiTumanggor
Kolase Istimewa/X
Perang antara Israel dengan Iran telah berlangsung selama 9 hari, Sabtu (21/6). Memasuki hari kesepuluh, Minggu (22/6/2025), ratusan rudal balistik Iran terus menggempur Israel. Dilaporkan Al Jazeera, rudal balistik Iran terus menembus sistem pertahanan udara Israel yang dikenal paling canggih di dunia, termasuk Iron Dome dan Arrow. (Kolase Istimewa/X) 

Bagaimana Rudal Iran Bisa Menembus Iron Dome Israel?

Profesor Stephan Fruehling dari ANU's Strategic and Defence Studies Centre mengatakan tidak ada sistem yang sepenuhnya anti gagal, termasuk milik Israel yang berhasil ditembus rudal Iran.

"Sebagian (rudal) akan selalu berhasil menembus. Dan bahkan jika Anda menghancurkan rudal balistik, hulu ledaknya masih dapat jatuh dan meledak," kata Profesor Fruehling.

Untuk menghentikan rudal balistik, Israel mengandalkan sistem Arrow 2 dan Arrow I3. 

Jika sistem tersebut gagal mencegat, Iron Dome dapat berfungsi sebagai cadangan. Namun, rudal Iran tetap bisa menembusnya.

"Ini merupakan kegagalan seluruh sistem pertahanan udara terpadu Israel, Namun sangat sulit untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi atau 100 persen sempurna ketika mereka menembakkan salvo 50 hingga 100 rudal balistik sekaligus," sebut Travis Hawley, seorang analis keamanan.

Negara-negara Barat telah menyuarakan kekhawatiran tentang kemampuan rudal Teheran hingga diduga menggunakan senjata nuklir, yang dituduh telah mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.

Namun, Iran telah berulang kali membantah negaranya berupaya memperoleh senjata nuklir, dan bersikeras bahwa ambisi nuklirnya bertujuan damai dan untuk tujuan sipil.

Teheran juga mengesampingkan pembahasan dengan Washington mengenai kemampuan militer dan pertahanannya, termasuk program rudal balistiknya.

Presiden AS Donald Trump sempat mengancam akan menyerang Iran jika upaya diplomasi gagal, dan telah menjatuhkan sanksi tambahan menargetkan sektor minyak negara tersebut.

Baca juga: TNI Kerahkan Alutsista Evakuasi 115 WNI di Iran dan 11 WNI di Israel, Mayjen Kristomei: Jalur Darat

Israel Kewalahan Menghadapi Serangan Rudal Iran

Setelah pertahanan udara iron dome dan arrow kewalahan menghadapi serangan rudal balistik Iran, kini Israel dikabarkan mengandalkan sistem pertahanan lain, yaitu David's Sling alias Ketapel Nabi Daud.

Lantas, apa itu David's Sling?

Pada dasarnya David's Sling dirancang untuk menghancurkan roket jarak menengah hingga jauh, rudal jelajah, serta rudal balistik pada jarak antara 40 hingga 300 kilometer.

Sistem ini dikembangkan bersama oleh Rafael Advanced Defense Systems dari Israel dan Raytheon dari Amerika Serikat, dan mulai beroperasi pada tahun 2017.

Seperti Iron Dome, David's Sling ( Ketapel Nabi Daud) hanya menargetkan misil yang mengancam wilayah permukiman, demikian dikutip dari BBC, Sabtu (21/6/2025).

Baik David's Sling maupun Iron Dome juga dirancang untuk mencegat pesawat, drone, dan rudal jelajah.

Setiap misil "Stunner" milik David's Sling diperkirakan memiliki harga sekitar US$1 juta (sekitar Rp16 miliar).

Sistem Rudal David's Sling saat ini digunakan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), demikian menurut laporan dari laman Army Recognation.

Sebelumnya, negeri Zionis ini memang mengandalkan Iron Dome dan Arrow untuk menangkis rudal-rudal jarak pendek dari negara tetangga seperti roket Hamas dan Hizbullah.

Namun Iron Dome ternyata bukan lawan seimbang rudal balistik Iran dalam perang Iran-Israel kali ini.

Untuk itu, Israel mengandalkan sistem pertahanan lain yaitu, David's Sling (Ketapel Nabi Daud), Arrow-1 dan Arrow-3. 

Baca juga: KEHEBATAN Kapal Induk AS Meluncur ke Iran, Matikan Sinyal saat Melintasi Laut Indonesia dan Malaysia

Apakah Israel Minta Bantuan AS?

Jika David's Sling (Ketapel Nabi Daud), Arrow-1 dan Arrow-3 masih gagal menghalau rudal balistik Iran, maka Israel diprediksi bakal minta bantuan Amerika Serikat.

Namun, kemungkinan Israel meminta bantuan Amerika Serikat, bukan untuk menghalau rudal balistik iran, tetapi untuk meruntuhkan fasilitas nuklir Iran yang misterius.

Situ nuklir itu dilaporkan sangat terlindungi. 

Dari satelit, terlihat lima terowongan yang masuk ke beberapa gunung, struktur sekitar yang besar, dan perimeter keamanan luas. Kompleks rahasia yang dijaga ketat itu dibangun dekat kota Qom.

Aula utamanya diperkirakan berada 80 hingga 90 meter di bawah tanah sehingga aman dari bom udara apa pun yang dimiliki Israel.

Maka menghancurkan fasilitas tersebut dari udara adalah mustahil bagi Negara Zionis itu.

Maka Israel berharap bantuan Amerika Serikat.

"Agar Fordow dihancurkan oleh bom dari langit, satu-satunya negara di dunia yang memiliki bom itu adalah AS. Dan itu adalah keputusan yang harus diambil AS," cetus Dubes Israel untuk AS, Yechiel Leiter dikutip dari NYT.

Senjata itu diprediksi dapat merusak Furdow Iran. GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator seberat sekitar 15 ton. Bom itu hanya dapat dibawa oleh pesawat bomber siluman B-2 Spirit yang juga hanya dimiliki oleh AS.

GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator adalah bom non nuklir terbesar di AS dan dirancang oleh Boeing untuk Angkatan Udara AS.

"AS mengontrol bom dan pembomnya," sebut John Spencer dari Modern War Institute.

Harganya sekitar USD 500 juta, dengan kemampuan menembus kedalaman sampai sekitar 61 meter, yang dinilai cukup dalam untuk merusak fasilitas seperti Ferdow, meskipun diperkuat oleh baja dan granit.

Bom ini melakukan penetrasi sebelum meledak di kedalaman. Strateginya, misalnya menembakkannya berulangkali sampai target benar-benar hancur.

"Berdasarkan berat dan gaya kinetiknya, GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator dirancang untuk menembus jarak tertentu ke dalam tanah sebelum meledak," kata Spencer dikutip NY Post.

"Itulah sebabnya penghancur bunker ini disebut Penetrator. Mereka menembus tanah sebelum meledak. Ledakannya ditunda secara strategis," paparnya.

Meskipun AS menjual senjata penghancur bunker yang kurang kuat ke Israel, mereka menolak untuk berbagi Massive Ordnance Penetrator dengan sekutu manapun.

Meski demikian, belum diketahui apakah Presiden AS akan membantu Israel dengan bom itu.

Mengenai seperti apa ledakan dari Massive Ordnance Penetrator, Spencer hanya bisa menebak. 

"Saya pernah melihat bom seberat 500 pon dan itu akan mengguncang gigi Anda saat meledak. Kalau bom itu seperti gempa Bumi, akan jauh lebih dari itu,"pungkas John Spencer.

(*/Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Baca juga: DAFTAR NAMA 7 Jenderal IRGC Iran yang Diklaim Israel Telah Dibunuh, Terbaru Dua Jenderal

Baca juga: KORBAN TEWAS Akibat Serangan Israel ke Iran Capai 639 Jiwa, Salah Satunya Gadis Niloufar Ghalehvand

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved